Sore itu Kania meminta Reyhan untuk mengantarnya ke toko roti miliknya.
"Makasih ya Rey udah mau nganterin." ucap Kania sambil melepas helm dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Iya, kamu yakin nggak mau di anterin sampe rumah, aku tungguin deh sampe urusan toko kamu selesai." ucap Reyhan yang masih duduk di atas motornya.
"Nggak perlu Rey, lagian ntar Rian juga jemput aku kok, udah buruan sana pulang." ucap Kania.
"Tega bener kamu, habis manis sepah di lepeh, jadi aku di usir nih." imbuh Reyhan pura-pura kecewa.
Membuat Kania tergelak "Gitu aja ngambek, udah macem anak perawan aja, oh ya sekali lagi makasih kaosnya...besok aku balikin deh, aku masuk dulu, lagi rame tuh...kasihan mereka pasti lagi butuh bantuanku."
Kania pun berlari memasuki toko rotinya dan meninggalkan Reyhan yang masih menatapnya.
"Kapan sih kamu bisa buka pintu hatimu buat aku..." batin Reyhan dalam hati.
Setelah Kania tak terlihat, Reyhan kembali melajukan sepeda motornya untuk pulang kerumahnya.
Melihat karyawannya tengah sibuk melayani pembeli, Kania tak segan turun tangan membantu mereka.
Bahkan Kania turut membantu membuat kue di dapur tokonya guna melayani permintaan dari para customer yang sedang menunggu Roti, kebetulan stok roti yang mereka mau habis di etalase.
Pada jam pulang kantor begini seperti biasanya toko Roti Kania memang selalu ramai oleh pengunjung.
Selama ini usaha Kania memang selalu lancar tanpa kendala.
Dan Kania selalu bersyukur untuk itu, dengan begitu Kania bisa tetap mempekerjakan karyawannya dengan upah yang terbilang lumayan.
Kania juga tidak segan membantu apabila karyawannya sedang dalam masalah keuangan.
Seperti saat anak mbak Dina yang saat itu harus dioperasi usus buntu dan memerlukan biaya.
Kania rela menyisihkan tabungannya untuk diberikan pada mbak Dina guna kelancaran operasi anaknya.
Kania tidak pernah mau meminta imbalan ataupun mengharapkan uangnya di kembalikan.
Baginya, selama dia masih mampu dan bisa membuat orang-orang terdekatnya bahagia, Kania juga akan merasakan kebahagiaan yang sama.
Begitupun dengan karyawan-karyawannya yang lain, karena itu mereka selalu berusaha bekerja sebaik-baiknya guna membalas kebaikan Kania.
"Berhubung Roti dan kue kita sudah habis,
Kita bakal tutup dan bisa pulang cepat hari ini. Terima kasih buat kerja keras kalian semua." ucap Kania pada semua karyawannya.
"Tapi ini masih sore mbak, sayang kalau harus ditutup, kita masih bisa kok buat stok Roti lagi." ucap Sari salah satu karyawan Kania yang selama ini bertugas melayani pengunjung.
"Emang nggak pengen sekali-kali ngerasain makan malem bareng sama keluarga di rumah, lagian uang kalau dicari terus nggak bakal ada puasnya.
Hari ini udah cukup kok, kalian bisa pulang dan istirahat, biar besok bisa semangat kerja lagi buat bantu saya di sini." ucap Kania yang menatap wajah-wajah letih karyawannya.
Kania bahagia memiliki karyawan dengan loyalitas tinggi seperti mereka, walaupun lelah mereka selalu semangat membantu Kania menjalankan usaha toko rotinya agar semakin maju.
"Ya udah kita pamit duluan ya mbak Kania." ucap mereka bergantian meninggalkan toko.
"Hati hati di jalan..." teriak Kania mengantar para karyawannya pergi sampai depan pintu toko.
Sementara Kania harus masuk lagi guna mengecek pembukuan untuk hari ini, dan mencatat semua pesanan untuk besok sambil menunggu kedatangan Rian adiknya.
Saat sedang sibuk di dalam ruangannya, Kania mendengar ada yang memanggil dan mengetok pintu tokonya dari luar.
"Apa itu Rian ya, tapi kalau tu anak pasti akan langsung masuk, ngapain juga dia harus ketok pintu toko." batin Kania.
Karena penasaran Kania berjalan ke depan toko dan melihat wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan pintu tokonya.
"Selamat malam ibu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Kania pada wanita itu.
"Oh ini, apa tokonya sudah tutup, padahal saya ingin membeli kue kesukaan anak saya disini. Bukannya biasanya tokonya buka sampai malam ya?"
"Iya maaf bu, kami sudah tutup. Kebetulan hari ini kami memang sengaja tutup lebih awal dari biasanya." ucap Kania sopan.
"Sayang sekali,apa nggak ada stok cheese cake hari ini, kebetulan anak saya tadi minta dibelikan itu." ucap wanita itu lesu.
"Maaf...kalau mau ibu bisa kembali lagi besok, saya jamin besok pagi kami sudah bisa membuat cake yang ibu inginkan." ucap Kania sopan tanpa ingin menyinggung wanita itu.
"Baiklah kalau begitu, maaf sudah mengganggu." ucap wanita itu sedikit kecewa.
Kania turut menyesal dan merasa kasihan pada ibu itu yang harus pulang dengan tangan kosong dan harus membuat anaknya kecewa.
"Tunggu sebentar bu!" Kania berlari mengejar wanita paruh baya itu.
"Iya ada apa?" tanya wanita itu berbalik menghadap Kania.
"Kalau ibu tidak keberatan menunggu, saya akan membuatkan cake yang ibu mau, apa ibu bersedia?" tanya Kania sungkan.
"Apa tidak mengganggu? tanya wanita itu ragu.
"Tidak apa2 bu, justru saya yang merasa tidak enak pada ibu." ucap Kania.
"Ya udah saya akan tunggu kamu." ucap Wanita itu dengan wajah riang.
"Kalau begitu ibu bisa ikut saya dan menunggu di dalam." tawar Kania sembari mempersilahkan wanita itu berjalan lebih dulu.
Wanita itu pun tersenyum sambil mengikuti Kania berjalan masuk kedalam tokonya.
Setelah menunggu waktu sekitar empat puluh menit, Kania sudah bisa membuat Cheese cake sesuai permintaan wanita itu.
"Maaf harus membuat ibu menunggu cukup lama." ucap Kania sungkan.
"Panggil saja saya tante Salma, saya yang harusnya meminta maaf karena sudah mengganggu waktu kamu." ujar Salma tak kalah sungkan.
"Tidak apa-apa bu, eh tante..saya harap anak tante tidak akan kecewa dengan rasa cake dari toko kami ini."
"Justru anak tante sukanya cake dari toko ini, pernah tante bohong beli di toko lain dia malah ngambek, karena itu tante udah langganan belanja disini. Tapi ngomong-ngomong tante nggak pernah lihat kamu disini?" tanya Salma mencoba mengingat, namun ia yakin selama berkunjung belum pernah bertemu dengan Kania.
"Oh...saya memang bekerja paruh waktu disini tante, kebetulan lagi tugas beres-beres sehabis tutup toko tadi." ucap Kania sedikit berbohong.
"Ya udah kalau begitu, tante pamit dulu ya, ini totalnya berapa?" Salma mengeluarkan dompet dari dalam tas brandednya, yang Kania yakini harganya setara dengan satu unit mobil mewah.
"Nggak usah tante, karena tante merupakan pelanggan tetap di toko ini, kami memberikan kue ini gratis sebagai ungkapan terima kasih atas apresiasinya selama ini." ucap Kania menolak uang dari Salma.
"Loh...ntar atasan kamu marah, tante jadi nggak enak" Salma kembali menyodorkan beberapa lembar uang ratusan pada Kania.
"Tante enggak usah khawatir, selama satu minggu ini toko kami memang sudah membagikan kue gratis buat semua pelanggan tetap di sini, pelanggan yang lain juga dapet kok, besok saya tinggal beritahu ke bos saya saja" ujar Kania menjelaskan dengan senyum ramah.
"Beneran ini?" tanya tante Salma meyakinkan.
"Iya tante." Kania tersenyum bahagia.
"Ya udah kalau begitu tante pamit dulu, dan sampaikan terima kasih tante buat bos kamu, tante juga terima kasih sama kamu karena sudah baik sama tante." ucap tante Salma.
"Iya tante hati-hati di jalan." teriak Kania, dia pun berbalik untuk melanjutkan pekerjaannya.
Namun baru beberapa langkah Kania mendengar teriakan dari luar tokonya.
Kania segera berlari dan melihat tante Salma
yang sedang mempertahankan dompetnya dari pencopet.
Kania langsung berlari dan memukul pencopet itu sekuatnya agar melepaskan tante Salma.
Copet itu pun jatuh, namun dia kembali berdiri dan menampar Kania yang melindungi tante Salma.
Sepertinya dia belum menyerah sampai Rian datang membantu.
Copet itu langsung lari tunggang langgang karena dihajar oleh Rian.
"Kakak nggak apa-apa?" tanya Rian cemas saat melihat bibir Kania yang berdarah.
"Kakak baik-baik aja, gimana keadaan tante? copet tadi nggak ngelukain tante kan?" Kania memastikan Salma tidak terluka sedikit pun dengan memeriksa wajah dan tubuhnya.
"Tante nggak apa-apa sayang, justru kamu yang terluka gara-gara nolongin tante tadi." Tante Salma memeluk Kania dan menangis penuh rasa sesal.
"Saya baik-baik aja tante." Kania berusaha menenangkan Salma.
"Kakak nggak lagi baik-baik aja kak, lihat wajah kakak jadi begini karena ulah copet itu, ayo ikut Rian ke rumah sakit kak." ajak Rian penuh rasa cemas dan menarik tangan Kania.
"Rian, kakak beneran nggak apa-apa..." ucap Kania sebelum beralih menatap Salma
"Tante pulangnya naik apa? biar saya anterin ya... saya takut tante kenapa napa."
Salma tersenyum bahagia dan mengagumi Kania, jaman sekarang sangat sulit mendapati seorang gadis baik hati seperti gadis yang ia temui saat ini.
Terlebih penampilan Kania yang sederhana justru mampu menarik perhatian Salma.
Cantik, baik dan apa adanya, itu lah penilaian Salma terhadap Kania.
Kriteria yang pas untuk ia jadikan sebagai seorang menantu.
"Supir tante nunggu di depan mall itu, tante biar telpon dia kesini buat jemput tante, kamu ke rumah sakit ya biar tante anterin." ajak Salma merasa bersalah hingga meneteskan air mata melihat ketulusan Kania.
"Jangan khawatir tante, saya beneran nggak apa-apa kok, oh ya saya akan temenin tante sampai supir tante dateng kesini." ucap Kania.
Salma memeluk Kania, dia begitu bersyukur bertemu dengan gadis cantik dan sebaik Kania.
Kemudian mobil mewah berwarna hitam mengkilap berhenti tepat di depan mereka.
"Terima kasih banyak sayang, tante nggak tau gimana nasib tante kalau tadi nggak ada kamu, tapi kamu beneran nggak mau tante anter ke rumah sakit?" tanya tante Salma meyakinkan.
"Iya tante...dikompres bentar juga hilang kok memarnya, tante hati-hati ya, sampai ketemu lagi tante." Kania membukakan pintu mobil dan melambaikan tangannya saat mobil yang membawa Salma melaju pergi.
Rian hanya terpaku melihat sikap kakaknya yang keras kepala.
"Ayo kita pulang, ayah pasti udah nungguin kita dirumah." ajak Kania sambil menarik tangan adiknya.
Namun Rian hanya terdiam dan tak bergerak sedikit pun.
"Kok malah bengong sih...ayo buruan!" Kania kembali menarik tangan adiknya.
"Maafin Rian kak, semua ini salah Rian karena udah telat jemput kak Kania." Rian memeluk Kania dan menangis dengan rasa bersalah.
"Ini bukan salah kamu, hey...lihat kakak, baik-baik aja kan..., dan satu hal yang harus kamu tau, ini cuma musibah." Kania memegang kedua pipi adiknya dan meyakinkannya.
Rian kembali memeluk Kakaknya, dia benar-benar menyayangi Kania melebihi apapun.
Dia tidak rela melihat kakaknya terluka, dan dia merasa sangat bersalah saat ini.
Andai dia bisa datang lebih cepat dan tidak terlambat menjemput Kania, pasti kakaknya tidak akan mengalami hal ini.
Itulah yang saat ini ada di pikiran Rian hingga tidak bisa membendung air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Rin's
tante Salma adlh mama Daniel
2021-07-12
0
Mairaa
lanjuut kak
2020-10-10
0
Isu💟THY
semangat
2020-09-20
0