"Hallo mbak..hallo..mbak masih dengar suara saya." suara itu terdengar kencang dari ponsel Kania
"Ya hallo, terima kasih sudah menghubungi saya pak, saya akan segera menuju kerumah sakit sekarang." jawab Kania panik.
Tanpa pikir panjang lagi gadis itu langsung meraih jaket dan tas yang ada di lemari pakaian.
Menyempatkan melirik jam yang menunjukkan pukul tiga pagi, Kania sempat ragu apakah harus memberi tau sang ayah atau tidak mengenai kabar kecelakaan Tania.
Kania tidak ingin membuat ayahnya kaget dan khawatir bila mendengar kabar mengejutkan ini.
Lalu ia memutuskan untuk pergi sendiri kerumah sakit tanpa memberi tau ayahnya.
Kania keluar menuju halaman rumah, melihat ke arah jalanan yang masih sangat sepi.
Di jam segini mencari taksi juga pasti sangat sulit, lagipula terlalu berbahaya bagi gadis sepertinya, dan Kania masih sadar untuk tidak mengambil resiko.
Menghubungi Reyhan adalah pilihan terbaik, berharap pria itu masih terjaga dan segera menjawab telponnya.
Jarak rumah mereka juga tidak begitu jauh, hanya perlu beberapa menit jika mengendarai mobil ataupun sepeda motor.
"Hallo Rey, maaf mengganggumu di jam segini, tapi aku mau minta tolong jemput aku sekarang Rey, aku tunggu di persimpangan jalan." ucap Kania sembari menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat situasi.
"Ntar aku jelasin, yang pasti jemput aku sekarang Rey, kumohon..."seru Kania sembari merapatkan jaket untuk menghalau dinginnya angin malam yang terasa menusuk.
Tidak sampai sepuluh menit Reyhan akhirnya datang dengan mengendarai mobilnya.
"Ke rumah sakit sekarang Rey." ucap Kania panik saat Rey keluar dan membukakan pintu mobil untuknya.
"I..iya." Reyhan langsung memacu mobilnya tanpa banyak bertanya, melihat Kania yang panik tentu membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya lebih banyak.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Kania terlihat begitu gelisah.
Satu hal yang terlintas di kepalanya saat ini, bagaimana ia harus menjelaskan pada ayahnya nanti tentang kecelakaan yang di alami Tania.
Akhirnya mereka tiba di rumah sakit, buru-buru Kania membuka pintu mobil dan segera berlari menuju ruang IGD.
Gadis itu berlari dengan Reyhan yang mengikutinya dari belakang, lalu Kania bertanya pada salah satu perawat yang sedang melintas untuk mencari informasi.
"Apa tadi ada wanita muda korban kecelakaan yang di bawa kesini suster?" tanya Kania dengan suara panik.
"Oh ada... saat ini korban masih ada di IGD dan sedang di tangani oleh dokter." ucap suster itu menjelaskan.
"Baik, terima kasih banyak suster." Kania segera masuk ke ruang IGD, menyibak satu persatu tirai yang tertutup sampai pandangannya melihat wanita yang terbujur tak berdaya dengan banyak luka di sekujur tubuhnya.
"Tania..." lirih Kania tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Kedua kaki Kania melemas seolah kehilangan keseimbangan, gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangan untuk meredam tangisannya.
Untunglah Reyhan segera menahan tubuhnya dari belakang, meraih Kania ke dalam pelukan pria itu.
"Apa anda keluarga dari pasien?" tanya seorang perawat pada Reyhan yang masih mencoba menenangkan Kania.
"Iya suster, kami keluarga dari pesien bernama Tania." jawab Reyhan menyadari Kania yang tak lagi mampu menjawab pertanyaan dari sang perawat.
"Kalau begitu anda bisa ikut saya untuk mengurus segala keperluan administrasi agar pasien bisa segera mendapatkan penanganan lebih lanjut." ucap perawat itu lagi sambil berjalan menjauh.
"Kania..." panggil Reyhan dan menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya.
Diusapnya air mata yang sudah mengalir deras di pipi gadis itu.
"Kamu harus kuat, sekarang kita urus dulu segala keperluan Tania, percayakan semuanya pada dokter, aku yakin semua akan baik-baik saja...oke." ucap Reyhan yang langsung mendapat anggukan kepala dari Kania.
Kania mengikuti semua yang Reyhan ucapkan, setelah semua urusan administrasi beres, mereka kembali ke ruang IGD dan melihat Tania yang langsung di bawa oleh beberapa perawat ke ruangan operasi untuk di lakukan tindakan.
Menurut penjelasan singkat dari dokter yang menangani Tania tadi, gadis itu mengalami luka yang cukup serius di bagian kakinya.
Meski Kania membencinya, namun melihat keadaannya yang seperti itu membuat hati Kania turut hancur.
Hati kecilnya berharap Tania akan baik-baik saja dan kembali sehat seperti sedia kala.
Dan Kania tak bisa berhenti menangis membayangkan hal buruk yang akan terjadi pada Tania.
"Sabar, kita harus yakin jika dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Tania." ucap Reyhan menenangkan Kania yang masih berada dalam pelukannya.
"Gimana kalau sampai terjadi hal buruk Rey, apa yang harus aku jelaskan pada ayah." lirih Kania tersedu mengeluarkan tangisan yang sulit di bendung.
"Berdoalah, mudah-mudahan semua itu enggak akan terjadi pada Tania." Reyhan menepuk lembut punggung Kania, pria itu hanya perlu meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Kania masih belum berniat melepaskan pelukan Reyhan, saat ini gadis itu benar-benar butuh sandaran.
Dan beruntungnya ia yang memiliki Reyhan, sahabat yang selalu ada di sampingnya di kala susah maupun bahagia.
Cukup lama mereka menunggu di depan ruangan operasi, dan dokter yang menangani Tania masih belum keluar dari dalam ruangan itu.
"Apa enggak sebaiknya kamu hubungi om Dedi, takutnya dia malah panik kalau tau pagi-pagi gini kamu enggak ada di rumah." ucap Rey sambil menggeser posisi duduknya.
"Iya...kamu benar Rey." Kania segera mengambil ponselnya dari dalam tas.
Dengan alasan harus buru-buru ke toko roti karena harus menyiapkan pesanan pelanggan, Kania harus membohongi sang ayah agar tak membuat pria paruh baya itu curiga.
Untungnya pak Dedi langsung percaya, meski setelah itu timbul rasa bersalah karena harus membohongi ayahnya.
Dan Kania berencana akan memberi tau sang ayah jika keadaan Tania nanti sudah lebih baik dari sekarang agar ayahnya tidak terlalu khawatir.
Tak lupa Kania menghubungi pegawai tokonya dan meminta mereka untuk mengatakan jika Kania memang berada di sana kalau-kalau sang Ayah menghubungi pihak toko.
*
*
*
Flashback...
Di salah satu kamar yang terletak di atas club malam milik Mike, terlihat sepasang manusia masih asyik bercumbu dan bergumul mesra di atas ranjang.
Suara erangan dari bibir Tania menggema kala Jeremy pria yang tiga jam lalu baru dikenalnya itu menyentuh area sensitifnya dengan begitu rakus.
Berulang kali Jeremy berhasil membuat Tania memekik ketika gulungan kenikmatan itu hadir dan menggetarkan tubuhnya.
Dan kini mereka berdua masih betah berada di atas ranjang untuk saling memberikan sentuhan dan cumbuan yang sudah mereka mulai sejak dua jam lalu.
"Kau benar-benar luar biasa Tania." bisik Jeremy di sela aktifitasnya yang masih membuat Tania menggila.
Tania tak menjawab, hanya desahan manja yang selalu keluar dari bibirnya setiap kali Jeremy menghentakkan miliknya, menghujam semakin dalam ketika merasakan milik Tania yang terus berdenyut memanjakan alat tempurnya.
Keduanya semakin hanyut, meski kedua tubuh polos mereka sudah bermandikan keringat, namun tak menyurutkan hasrat yang terlanjur melambung tinggi.
Jeremy meraup kedua aset milik Tania bergantian, menghisap, menjilat dan memilinnya bergantian.
Pria itu mendongak dan mendapati mata sayu Tania yang baru saja mendapatkan pelepasan.
Rasa puas dan bangga Jeremy rasakan karena sudah membuat Tania berkali-kali melayang atas kelihaiannya dalam bercinta.
Namun Jeremy belum ingin berhenti, ia masih ingin menunjukkan banyak hal pada Tania.
Dan di detik berikutnya, Jeremy memeluk gadis itu, memagut bibirnya sebelum pria itu membalikkan tubuhnya.
"Kau masih sanggup bukan?" bisik Jeremy di telinga Tania yang di jawab dengan pekikan kala Jeremy memasukinya dari belakang.
Kedua tangan pria itu mencengkram pinggang ramping Tania, menggerakkannya dari ritme yang paling pelan sampai yang paling menghentak.
Kedua mata Jeremy terpejam menikmati sensasi yang begitu luar biasa, Tania cukup lihai dan mampu mengimbanginya.
Bahkan harus Jeremy akui jika Tania melebihi ekspektasinya, dan Jeremy menyukai hal itu.
Tania kembali menggeliat, mengeluarkan lenguhan panjang dari mulutnya yang diikuti oleh suara geraman Jeremy disaat keduanya secara bersamaan mencapai klimaks, melayang bersamaan merasakan gulungan kenikmatan yang mereka ciptakan.
Tubuh Jeremy ambruk di samping Tania, dengan nafas yang masih terengah-engah keduanya saling melempar senyum kepuasan.
"Good job baby." ucap Jeremy sebelum akhirnya dia tertidur karena merasa kelelahan untuk memuaskan hasrat Tania yang luar biasa.
Tania mengecup kilas bibir Jeremy sebelum gadis itu bangkit dari ranjang dan menuju ke kamar mandi.
Meski ia juga merasa lelah akibat pertempuran panjang yang barusan mereka lakukan,namun Tania tidak berniat tinggal dan menginap bersama Jeremy di kamar itu.
Setelah memperbaiki penampilan dan merapikan pakaiannya, Tania memutuskan untuk segera pulang.
Tania turun dari lantai lima dan melihat suasana club yang semakin ramai.
Tak ingin bertemu dan repot berpamitan pada Mike dan Jenifer, Tania langsung keluar menuju parkiran dimana mobilnya berada.
Keadaan jalan yang cukup lengang di jam setengah tiga pagi membuat Tania menambah kecepatan laju mobilnya, berniat segera sampai ke apartemen untuk melepas semua rasa lelah yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
Hingga dia kehilangan keseimbangan dan menabrak pembatas jalan, dan terjadilah kecelakaan tunggal yang akhirnya membuat Tania kehilangan kesadaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Isu💟THY
lanjut
2020-09-26
0
Sept September
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2020-08-06
0
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
like like
2020-07-15
1