Kania merasakan wajahnya menghangat saat cahaya mentari menerobos masuk lewat celah-celah jendela kamarnya.
Perlahan dia mengerjapkan mata dan melakukan sedikit peregangan di tubuhnya yang masih terbungkus selimut.
Kedua sudut bibirnya membentuk senyuman saat melihat foto ibunya yang masih berada di atas tubuhnya.
"Selamat pagi ibu..." Kania menatap foto itu lagi dan meninggalkan sebuah kecupan sebelum meletakannya kembali ke atas meja.
Setelah mengumpulkan semangat paginya Kania beranjak dari ranjang dan merapikannya sebelum menuju ke kamar mandi.
Tubuhnya kini merasa lebih segar, kembali Kania menatap wajahnya di depan cermin.
"Sepertinya obat itu bekerja dengan sangat baik." ucap Kania saat melihat lebam di pipinya sudah tidak terlalu terlihat.
Senyumnya mengembang sempurna menatap wajahnya sendiri yang masih mematung di depan cermin.
Kania memutuskan hari ini untuk memakai sedikit polesan agar lebamnya benar-benar tidak terlihat.
Dan dia baru sadar kalau ternyata wajahnya bisa terlihat begitu berbeda hanya dengan polesan riasan.
"Ceh, kenapa aku bisa secantik ini..." gumam Kania sedikit menyombongkan diri.
Kemudian gadis itu bersiap turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan seperti biasa.
"Pagi bi Lastri..." sapa Kania saat mendapati pelayan di rumahnya yang tengah menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak pagi ini.
"Eh pagi juga mbak Kania " ucap bi Lastri sedikit kaget dengan kehadiran Kania.
"Hari ini kita masak apa bi?" tanya Kania sambil melihat bahan-bahan yang sudah bi Lastri siapkan.
"Tumis cumi kesukaan mas Rian dan ini juga bibi lagi nyiapain bahan-bahan untuk capcay mbak." ucap bi Lastri dengan tangannya yang cekatan saat memotong sayur.
Kania tersenyum dan langsung memulai berperang di depan kompor.
Mengeluarkan semua kemampuannya agar bisa menyajikan masakan lezat untuk Ayah dan adiknya.
Kini mereka tengah duduk di meja menyantap sarapan pagi mereka.
Sesekali Ayah dan Rian melirik Kania yang nampak sedikit berbeda.
"Memangnya hari ini ada yang spesial ya Rian?" tanya pak Dedi sambil terus menyuapkan makanan ke dalam mulut sembari meneliti penampilan anak gadisnya.
"Mmm...kayaknya enggak ada deh yah..." jawab Rian yang seakan mengerti maksud dari ucapan ayahnya.
Kania menoleh ke arah ayah dan adiknya secara bergantian.
Merasa menjadi pusat perhatian, Kania lantas mendengus sembari meneruskan sarapannya.
"Kalau tiap hari cantik gini kan enak lihatnya, siapa tau aja bentar lagi ayah bakal kedatangan tamu." ujar Rian yang membuat pak Dedi dan Kania melihat ke arahnya.
"Tamu? siapa?" tanya pak Dedi tak mengerti.
"Calon mantu..." Rian terkekeh dan langsung mendapati pelototan tajam dari Kania.
"Kali aja penampilan baru kakak bikin kakak makin cepet ketemu jodoh." tambah pemuda itu.
"Aamiin..." pak Dedi menganggukan kepalanya.
"Pada ngomongin apaan sih..." protes Kania menyudahi sarapannya dan bergegas membereskan piring kotornya ke arah dapur.
Rian sontak mempercepat suapannya, bisa kacau kalau sampai kakaknya merajuk pagi ini.
Seperti biasa Rian akan mengantar Kania terlebih dahulu ke toko Rotinya.
"Hati-hati bawa motornya, dan kamu masih ingat dengan ucapan kakak tadi malem kan..." ucap Kania penuh penekanan.
"Iya kak.. kalau perlu nanti Rian akan traktir semua temen sekelas deh." ucap Rian untuk melihat senyum Kania karena senang.
"Begitu lebih baik, tapi apa uangmu cukup?" tanya Kania lagi.
"Ya kan Rian cuma mau traktir mereka makan cilok seribuan...ya pasti cukup lah..." ucap Rian disertai kekehan.
Kania pun tak mampu untuk tidak tertawa mendengar celotehan adiknya.
"Kamu ini... ya udah sana berangkat, ingat jangan ngebut bawa motornya." ucap Kania tak bosan mengingatkan.
"Iya kak."
Rian tak lupa mengecup kening sang kakak sebelum melajukan sepeda motornya.
Dan Kania menatap punggung adiknya hingga menghilang di tengah keramaian jalanan.
Kemudian dia segera masuk kedalam toko rotinya yang disambut sapaan hangat oleh semua karyawan.
"Mbak Kania, tadi pagi-pagi sekali kita mendapatkan pesanan kue yang cukup banyak untuk acara. Sebagian kuenya sudah siap dan sebagian lagi masih dalam proses. Dan ini alamat kantornya mbak." ucap Sari yang bertugas di bagian dapur.
"Mmm... sepertinya kali ini pesanan mereka lumayan banyak, baiklah ayo kita mulai pagi kita dengan semangat." teriak Kania.
"Semangat..." jawab para karyawan bersamaan.
Kemudian mereka bersama-sama menyelesaikan pesanan dalam jumlah besar dari perusahaan yang sudah biasa memesan kue di toko mereka.
Setelah semuanya selesai Kania meminta pak Ujang untuk menyiapkan mobil box yang akan mengantarnya langsung ke perusahaan tersebut.
"Apa semuanya sudah beres pak?" tanya Kania saat merasa sudah memasukan semua kotak kue yang tersusun rapi di dalam mobilnya.
"Iya mbak semua sudah beres." jawab pak ujang mengangguk sopan.
Mereka akhirnya segera berangkat, dan sesampainya di alamat yang di tuju, Kania melihat seorang karyawan wanita yang sudah menunggu mereka di depan lobby.
"Pak ujang kali ini tidak sendirian rupanya." ucap wanita cantik yang terlihat modis dalam balutan baju kantornya.
"Iya mbak, ini mbak Kania pemilik toko roti tempat saya bekerja, karena kali ini pesanan kuenya agak banyak mbak Kania ingin memastikan kuenya sampai dengan selamat ke tempat tujuan." ucap Pak ujang dengan gayanya yang sopan.
"Perkenalkan... nama saya Kania." sapa Kania diiringi senyuman manis.
"Saya intan, saya ini pelanggan setia dari toko roti kamu. Dan saya tidak pernah kecewa dengan semua kue yang pernah saya coba dari sana. Saya nggak nyangka bos bapak ternyata masih muda dan cantik pak Ujang." puji wanita itu pada Kania.
"Terima kasih atas pujiannya, tapi saya mah nggak ada apa-apanya nya di bandingkan mbak Intan." ucap Kania dengan wajah malu-malu.
"Jadi mau di bawa kemana semua kotak ini mbak Intan?" tanya pak Ujang.
"Oh ayo ikuti saya aja pak." Intan pun membantu membawa sebagian kotak kue ke dalam perusahaan besar itu.
"Memangnya ada acara apa mbak sampai pesan kue sebanyak ini." tanya Kania penasaran pada Intan.
"Oh... ada perayaan kecil yang di buat atasan di divisi kami karena perusahaan berhasil memenangkan kontrak yang lumayan besar.
Dan seperti biasa saya merekomendasikan untuk memesan kue dari toko kamu." ucap sembari menunggu lift yang akan mengantarkan mereka ke tujuan.
"Terima kasih sudah menjadi pelanggan toko kami, semoga produk dan layanan kami tidak mengecewakan." ucap Kania dengan senyuman yang tersemat di bibirnya.
Triing...
Pintu lift terbuka dan Kania pun mengikuti langkah intan menuju ruangan yang berada di lantai 10.
Terlihat saat Intan menekan angka itu saat mereka berada di dalam lift.
Karena jumlah kotak kue yang lumayan banyak, Kania dan pak Ujang yang di bantu Intan harus kembali beberapa kali guna membawa kotak-kotak kue itu.
"Apa saya boleh numpang toiletnya mbak?" tanya Kania pada Intan setelah mengantarkan kotak yang terakhir.
"Oh...toiletnya ada disebelah sana" ucap intan menunjukan arah menuju toilet.
Kania langsung berlari karena sudah menahan rasa sesak di perut bagian bawah.
Setelah selesai Kania kembali masuk ke dalam lift untuk turun dan menyusul pak Ujang.
Sesampainya di lantai bawah, Kania berjalan melewati pintu lift lain yang terbuka dan terlihat seorang pria tampan dengan setelan jas yang menambah kegagahannya.
Dan Kania begitu terkejut saat pria itu menarik tangannya ke dalam lift yang hanya berisi mereka berdua.
Pria itu langsung memeluk tubuhnya dengan begitu erat.
Membuat Kania melebarkan kedua matanya, gadis itu masih bingung dan tak memberikan reaksi apapun.
Tanpa sadar Kania dapat menghirup aroma maskulin dari pria yang memiliki tubuh tinggi dan atletis itu.
Tak pernah terbayang sebelumnya Kania akan berada dalam pelukan pria asing yang memeluknya begitu erat dan memberikan rasa hangat di sekujur tubuhnya.
Jantung Kania tiba-tiba berdetak semakin cepat kala menyadari dada mereka bersentuhan tanpa jarak.
"Kapan kamu datang sayang, kenapa tidak menghubungiku terlebih dulu." ucap pria itu tepat di telinga Kania yang tak lain adalah Daniel.
Kania tersadar saat merasakan geli di telinganya seiring hembusan nafas Daniel yang terasa hangat.
Kania mengurai pelukan Daniel, dan menatap pria itu dengan wajah bingung.
Bagaimana bisa pria yang tidak dikenalnya ini tiba-tiba saja memeluknya dan menatapnya dengan penuh cinta.
"Siapa dia, kenapa dia memelukku..." batin Kania mencoba mencari opsi atas apa yang terjadi saat ini.
Triiing...suara lift terbuka, namun pria itu kembali menutup pintu liftnya dan menatap lekat Kania.
"Maafkan aku sayang...sepertinya hari ini aku akan sangat sibuk dan tak bisa menemanimu, tapi aku janji setelah urusanku selesai aku akan datang menemuimu, kamu tidak marah kan..." ucap Daniel dengan suara lembut, dan jangan lupakan senyuman yang berhasil membuat Kania terpaku beberapa saat.
Kini tangannya mengusap lembut pipi Kania yang masih terdiam dengan banyak pertanyaan di kepalanya.
"Maaf tuan tapi sepertinya anda..." Kania tak dapat meneruskan ucapannya saat pintu lift terbuka dan kembali tertutup oleh ulah Daniel.
"Hmmmptt..."
Detik berikutnya dunia Kania serasa berhenti berputar karena bibirnya yang terbungkam oleh pagutan Daniel.
Kania merasa menjadi orang bodoh karena tak mampu berpikir untuk saat ini.
Marah, tentu saja...namun Daniel terlalu pro untuk seorang gadis yang belum pernah berciuman seumur hidupnya seperti Kania.
Dan semua terjadi begitu cepat dan...entahlah, Kania tidak bisa menggambarkan rasa yang tertinggal selain rasa panas dari sisa gigitan di bibirnya.
"Aku harus kembali ke kantor, tunggu aku di apartemen malam ini." ucap Daniel dengan nafas menderu seperti orang yang sedang berlari maraton.
"I love you..." bisik Daniel dan disusul dengan kecupan perpisahan yang pria itu sematkan di bibir Kania yang masih diam terpaku.
Pria itu merapikan jasnya dan melangkah cepat keluar dari lift dan meletakan tangannya ditelinga memberi tanda kalau dia akan menelponnya lagi nanti.
Kania mematung, dia masih tak percaya dengan apa yang dia alami barusan.
Gadis itu meraih bibirnya, mengusapnya perlahan, dan merasai sisa-sisa pagutan pria asing yang telah mencuri ciuman pertamanya.
Dan bayangan saat Daniel menyentuhnya tadi membuat wajah Kania memanas.
Walaupun Kania sering mendapatkan kecupan dikening dari adiknya, namun bagi kania kecupan Rian tak pernah masuk ke dalam hitungannya.
Dan Daniel adalah pria pertama yang sudah berhasil menyentuh Kania dengan hal yang tidak pernah Kania duga, begitu memabukkan.
"Arrghhh... kenapa aku malah diem aja sih tadi, dan...ya ampuuun ciuman pertamaku..." teriak kania yang merasa frustasi di dalam lift.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Rin's
berharap Daniel bersama Kania not Tania
2021-07-12
0
Isu💟THY
lanjut
2020-09-23
0
Adine indriani
2 bab boomlike uyeehh
2020-08-16
0