Hari sudah semakin gelap saat Rian memacu sepeda motornya, dengan Kania yang duduk di boncengan ke arah jalan menuju rumah mereka.
Sesampainya di halaman rumah Kania menahan tangan adiknya.
"Jangan bilang ke Ayah soal kejadian tadi, kakak nggak mau buat Ayah khawatir." pinta Kania pada adiknya.
Rian hanya mengangguk lemas menuruti ucapan Kania.
Mereka pun berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.
"Kalian udah pulang? tanya Ayahnya yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Iya Ayah, gimana acara mancing Ayah hari ini, dapat ikannya nggak?" tanya Kania, namun gadis itu berusaha mengalihkan wajahnya agar Ayahnya tak melihat luka dan lebam di wajahnya.
"Tuh ikannya udah ada di atas meja makan, tadi Ayah minta bi Lastri buat masak pindang ikan kesukaan kamu." jawab pak Dedi.
"Ya udah kalau gitu Kania mandi dulu, trus kita makan sama-sama, awas kalau kamu makan duluan." ucap Kania sambil mencubit hidung adiknya yang duduk tak jauh dari Ayahnya.
Kania bergegas ke kamarnya, sebelum masuk ke kamar mandi Kania menatap wajahnya di depan cermin yang tergantung di salah satu dinding kamar.
Gadis itu meraba pipinya yang sedikit memar dan menyentuh sudut bibitnya yang terluka.
Aw...Kania meringis menahan perih dibibirnya.
Tak ingin membuat Ayahnya menunggu lama, Kania segera bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lengket.
Hampir lima belas menit Kania di dalam kamar mandi bermanja ria dengan busa sabun yang membalut tubuhnya.
Kemudian Kania keluar dan berpakaian senyamannya sambil mengeringkan rambutnya yang masih sedikit basah.
Tok tok tok..terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar Kania.
Kania segera membuka pintu dan mendapati adiknya berdiri dengan membawa kotak P3K di tangannya.
"Rian boleh masuk kak?" tanya Rian meminta izin pada Kania.
"Kamu ini...biasanya juga langsung masuk." Kania mengacak rambut Rian dan membuka lebar pintu kamarnya sehingga adiknya bisa segera masuk.
"Sini biar Rian aja yang obati lukanya." ucap Rian dengan wajah sedih.
Kania hanya menuruti kemauan Rian, dia duduk disisi tempat tidurnya dan membiarkan adiknya mengoleskan salep di sudut bibirnya.
"Trus lebam di pipi kakak ini gimana? kelihatan banget ini kak... gimana nutupinya dari ayah?" tanya Rian bingung sambil menatap pipi Kania, rasa bersalahnya kembali muncul.
"Udah tenang aja, kakak punya solusinya kok, jadi Ayah nggak bakalan tau." ucap Kania santai.
Dia berjalan ke arah meja riasnya dan mencari fondation yang jarang dipakai.
Kania mengoleskannya merata di pipi halusnya agar bisa menutupi lebamnya dengan sempurna.
"Selesai, gimana... masih kelihatan nggak?" tanya Kania sambil menunjukan sisi pipinya yang lebam.
"Kelihatan kak..." jawab Rian, membuat Kania menjengit dan kembali ke deoan cermin untuk meneliti wajahnya.
"Akhhh...yang bener, perasaan kakak udah pake rada tebel deh, apa iya masih kelihatan?" Kania menambahkan fondation lagi, memastikan lebam di wajahnya tak terlihat.
"Iya kelihatan banget malah..., kelihatan seperti hantu." tawa Rian pecah setelah sempat menahan kelucuan wajah kakaknya yang lebih mirip hantu di film horor yang sering ia tonton.
"Seneng ya bisa ngeledekin kakak." sungut Kania dengan bibir manyun dan berjalan keluar kamar meninggalkan Rian yang masih terbahak di atas tempat tidurnya.
"Tunggu kak, idih...ngambek." ujar Rian berlari menuruni anak tangga.
Mereka pun menikmati makan malam dengan nikmat, pindang ikan hasil pancingan pak Dedi merupakan menu makan malam spesial bagi keluarga ini.
Suasana rumah yang hangat, dengan obrolan yang penuh canda tawa berbanding terbalik dengan suasana di apartemen Tania.
Yah...seperti biasa Tania hanya akan menghabiskan malamnya di dalam apartemennya seorang diri.
Sepulang pemotretan sore tadi, Tania kini sedang terbaring sendirian di ranjangnya.
Tubuhnya yang lelah membuatnya malas untuk pergi ke club malam memenuhi undangan teman seprofesinya.
Pekerjaan Tania sebagai seorang model memang membuat Tania akrab dengan dunia malam yang sarat akan kebebasan seperti yang Tania harapkan selama ini.
Namun jauh di dasar hatinya dia begitu rindu dengan suasana rumah yang penuh kehangatan seperti dulu saat ibunya masih hidup.
"Ini semua karena anak sialan itu, kalau bukan karena dia ibu pasti masih hidup dan memelukku saat ini..." batin Tania.
Tania kembali mengingat kemarahannya pada Rian yang tak pernah ia akui sebagai adiknya.
Gadis itu berjalan ke mini bar untuk menikmati sebotol wine, setidaknya dengan cara ini dia bisa tidur nyenyak dan melupakan pikirannya yang kacau.
Tania mengambil ponselnya dan memanggil seseorang di deretan pertama pada daftar kontaknya.
"Hallo sayang...bisakah kamu kesini sekarang, aku benar-benar merindukanmu, hiks... hiks..."Tania menangis dan langsung memutuskan panggilannya.
Tubuhnya meringkuk di sofa sambil memegang gelas berisi wine ditangannya.
Kesedihannya selepas kepergian sang ibu begitu membekas hingga saat ini.
Kebenciannya yang menggunung pada adiknya memberikan siksaan batin yang membuat Tania sering kehilangan kontrol diri.
Tarrrrrrr.. Tania membanting gelas ditangannya dan dibiarkan berserak mengotori lantai apartemennya.
Dia kembali meringkuk dengan air mata yang masih membasahi pipi mulusnya.
Tak berapa lama datang seorang pria dengan langkah sedikit berlari mendekati Tania.
"Kamu kenapa sayang? ucap pria itu sambil mengusap rambut Tania.
Tania mendongakan kepalanya dan mendapati wajah tampan kekasihnya yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Aku merindukanmu Daniel..." Tania langsung menghambur kedalam pelukan sang kekasih dan menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu.
"Jangan membuatku khawatir, taukah kamu betapa cemasnya aku saat mendengarmu menangis tadi." ucap Daniel sambil mengecup lembut puncak kepala Tania.
"Maafkan aku sayang, tapi aku benar-benar sangat merindukanmu saat ini, apa kamu tidak merasakan hal yang sama? sudah dua hari kamu tidak menemuiku..." ucap Tania dengan nada manja.
"Apa ini...darah? apa kamu terluka sayang? aku akan mengantarmu ke rumah sakit, bersiaplah sekarang" ucap Daniel panik melihat darah di tangan Tania.
"Ini hanya luka kecil sayang, jangan sepanik itu." ucap Tania semakin mengeratkan pelukannya.
"Apa kamu yakin? tunggu disini, dimana kamu meletakkan kotak obat sayang, biar aku mencarinya dan mengobati lukamu." Daniel melepaskan pelukannya dan membuka setiap lemari yang ada di kamar Tania.
Setelah dia menemukannya, Daniel segera berlari menghampiri Tania dan mengobati luka di tangan gadis itu.
"Ayo aku antar ke kamarmu, aku rasa kamu perlu istirahat sekarang." ucap Daniel dengan suara lembut.
"Gendong aku sayang, aku benar-benar lelah..." Tania memasang wajah manisnya yang mampu meluluhkan hati Daniel.
"Aku suka sikapmu yang manja seperti ini." Daniel langsung membopong tubuh Tania dan membawanya ke kamar.
"Pasti aku berat ya?" tanya Tania sembari menyerukkan kepalanya di leher Daniel.
"Tidak sama sekali sayang, tubuhmu justru sangat ringan, maafkan aku karena belakangan ini jarang mengajakmu makan makanan lezat, kamu tau sendiri kan akhir-akhir ini aku sangat sibuk di kantor." Daniel menurunkan Tania di ranjangnya.
"Aku mengerti, dan aku akan selalu menunggumu." Tania memeluk Daniel.
"Terima kasih sayang, bagaimana aku tidak semakin jatuh cinta padamu yang begitu pengertian padaku." bisik Daniel pada gadis cantik itu.
"Aku juga mencintaimu Daniel..." Tania melepaskan pelukannya dan membelai wajah tampan kekasihnya.
Perlahan Tania mendekatkan wajahnya dan mendaratkan bibirnya ke bibir Daniel.
Memberikan ******* yang tak dapat terelakan oleh pria yang tengah di mabuk cinta oleh pesona seorang Tania.
Tangan Tania mulai menari-nari membelai dada bidang Daniel.
Menarik tubuh pria itu agar segera menyatu menciptakan kehangatan yang lebih lagi.
Tania benar-benar menginginkannya saat ini, pesona Daniel membuat Tania selalu hilang akal hingga tak mampu menahan hasratnya.
Mereka terhanyut dalam ciuman panas yang begitu menggebu, memberikan sensasi berbeda dalam setiap aliran darah.
Namun Daniel masih cukup waras untuk tidak melewati batasan, pria itu tak pernah berniat untuk melakukan hubungan yang lebih intim bersama kekasihnya sebelum mereka terikat dalam ikatan pernikahan.
Daniel melepaskan pagutannya, dia tau sikapnya akan meninggalkan rasa kecewa pada Tania yang tengah bergairah benar-benar mengharapkan lebih darinya.
"Jangan di teruskan sayang, aku tidak ingin kita melewati batasan, kita bisa melakukannya setelah aku resmi menjadikanmu nyonya Atmaja." ucap Daniel mencoba mengatur nafasnya yang menderu karena menahan gairah.
Sama seperti Tania, sebagai pria normal Daniel juga menginginkan lebih dari sekedar mencumbui kekasih hatinya yang begitu menggoda.
"Sampai kapan Daniel, taukah kamu betapa tersiksanya aku menahan ini semua selama ini..." Tania terlihat kesal dan melepaskan tangannya dari tubuh Daniel.
"Secepatnya, aku janji dalam waktu dekat aku akan mewujudkan semua keinginanmu dan membuatmu bahagia." rayu Daniel mencoba menahan tubuh Tania, jujur ia hampir goyah saat melihat kekecewaan di mata sang kekasih.
"Jangan berjanji kalau sampai saat ini saja kamu tidak pernah berniat mengenalkanku pada orang tuamu." Tania mengalihkan pandangannya, dia benar-benar di buat kesal dengan sikap Daniel yang mengatakan mencintainya tapi tidak bisa memberinya kepastian terhadap hubungan mereka.
Selama ini mereka memang menjalin hubungan tanpa di ketahui siapapun, Bukan tanpa alasan.
Daniel masih ragu mengenalkan Tania pada keluarganya, dia tau keluarganya akan keberatan dan menentang hubungan mereka karena rumor yang selama ini beredar.
Profesi Tania sebagai seorang model memang tak bisa jauh dari anggapan miring akan gaya hidup bebas yang mereka jalani.
Daniel pernah meminta Tania untuk meninggalkan pekerjaannya itu, tapi Tania menolak dan malah mengancam akan mengakhiri hubungan mereka.
Daniel yang sedang di mabuk cinta tak ingin kehilangan Tania, dan lebih memilih merahasiakan hubungan mereka untuk sementara ini.
Sambil menunggu waktu yang tepat untuk memperkenalkan Tania kepada keluarga besarnya.
"Aku mencintaimu sayang, aku janji dalam waktu dekat akan segera memperkenalkanmu pada kedua orang tuaku." ucap Daniel membujuk Tania.
Tania merasa bahagia mendengar ucapan Daniel kali ini, senyumnya mengembang sempurna dan langsung mengecup bibir Daniel seakan tak percaya.
"Kali ini kamu tidak akan mengingkarinya lagi kan sayang..." tanya Tania girang.
"Iya aku janji..." Daniel mengecup lembut kening Tania.
Berharap dalam hati semoga kali ini ia tidak membuat Tania kecewa dan segera mengantongi restu dari kedua orang tuanya untuk menikahi kekasih hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍜🍜🍜
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen ☀️☀️☀️
2021-01-07
1
Mairaa
next up
2020-10-10
0
Isu💟THY
lanjut terus
2020-09-20
0