Kedua sudut bibir Tania melengkung, menunjukan seutas senyum penuh arti saat matanya menatap setiap inci tubuh kekar pria yang kini berdiri dihadapannya.
"Silahkan duduk , tak perlu merasa sungkan, aku jamin mereka tidak akan keberatan, bukankah begitu Tania?" Mike mengedipkan sebelah matanya pada Tania yang menatapnya tak percaya.
Mike tak pernah main-main dengan ucapannya, dan berhasil menyeret pria yang Tania incar hingga kini mereka semua bisa duduk bersama.
"Perkenalkan...namaku Jeremy. " pria itu mengulurkan tangannya kepada Tania terlebih dahulu.
"Aku Tania, senang berkenalan denganmu Jeremy." Tania menyambut jemari Jeremy dengan suka cita.
Pandangan keduanya terpaut penuh arti, saling melempar senyuman manis menggoda dan tak berniat melepaskan genggaman tangan yang juga masih terpaut.
Setelah acara perkenalan singkat berlangsung, mereka berempat pun larut dalam obrolan ringan.
Namun Jeremy tak mampu menghindar saat Tania secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya.
Gadis itu selalu menatap Jeremy dengan cara yang berbeda.
Dan Jeremy cukup paham jika gadis itu menginginkannya, tentu saja sebagai pria normal ia tak akan menolak kemolekan yang disuguhkan di depan mata.
Jangan lupakan paras Tania yang juga cantik, jadi tidak ada salahnya jika sebagai pria Jeremy berinisiatif untuk mendekati gadis itu lebih dulu.
"Kau cukup kuat untuk ukuran seorang gadis." ucap Jeremy saat melihat Tania yang masih sadar meski sudah menghabiskan begitu banyak minuman.
"Aku tidak hanya kuat minum Jeremy, tapi aku juga kuat dalam hal lain." bisik Tania di telinga Jeremy.
Membuat darah Jeremy berdesir, suara Tania yang sengaja di buat sensual begitu menggelitik telinga.
"Kau membuatku penasaran dengan hal lain itu Tania, sungguh." ucap Jeremy sambil menenggak kembali minumannya.
"Oh ya, kalau begitu akan aku tunjukan padamu." Tania menggeser tubuhnya dan langsung naik ke pangkuan Jeremy.
Tak menghiraukan Mike dan Jenifer yang duduk bersama mereka, tanpa sungkan Tania langsung mengalungkan kedua lengannya pada leher Jeremy dan menyatukan bibir mereka.
Diawali dengan ciuman lembut dan menuntut, tubuh mereka mulai bergerak gelisah.
Jeremy cukup lihai meladeni keberanian Tania, sesekali pria itu tampak meremas bokong Tania yang masih berada di pangkuannya.
Pria itu menggeram tertahan saat Tania terus bergerak hingga membangkitkan miliknya di dalam sana.
Sementara bagi Tania, kali ini ia merasa menemukan apa yang ia cari dari seorang Jeremy, permainan liar seperti inilah yang mampu membangkitkan hasratnya.
Gadis itu melepaskan pagutannya, meski tangannya masih mengalung indah di leher Jeremy, meremas lembut rambut belakang pria itu sambil memberikan tatapan mengiba meminta lebih dari sekedar ciuman yang baru saja mereka lakukan.
"Apa kita harus meneruskannya disini?" senyum nakal Jeremy terlihat menggoda.
Bahkan kedua tangannya mulai meraba punggung dan bokong sekal Tania.
"Bukan ide yang buruk, tapi lebih baik melakukannya di tempat yang lebih nyaman, bagaimana? hmm..." bisik Tania sambil menghembuskan nafasnya yang terasa hangat di telinga Jeremy.
Tubuh Jeremy semakin menegang, bahkan hanya dengan suara nafas Tania di telinganya saja bisa membuat pria ini begitu tertantang oleh permainan liar yang Tania tawarkan.
"Bisa kita pergi sekarang, karena aku ingin kau segera bertanggung jawab atas milikku yang sudah meronta di dalam sini." jawab Jeremy yang mengarahkan pandangannya ke bawah.
Tania terkekeh, lalu berdiri dan menarik tangan Jeremy untuk mengikutinya.
"Thank's Mike, sepertinya hari ini aku harus menggunakan kamar itu lagi." ucap Tania sebelum dia berlalu meninggalkan Mike dan Jenifer yang tersenyum melihat kegilaan Tania.
"Bagaimana perasaanmu Mike, apa kau baik-baik saja?" tanya Jenifer saat melirik ke Mike yang terlihat brgitu santai
"Seperti yang kau lihat Jen, aku baik-baik saja" ucapnya sambil tersenyum.
"Kau bisa menyangkalnya Mike, tapi jarimu menunjukan kau sedang dalam kondisi buruk saat ini." Jenifer tau betul kebiasaan Mike yang selalu memainkan jemarinya bila suasana hatinya sedang buruk.
Meski Mike mencoba menutupinya, namun perasaannya menuntun tubuhnya bertindak lain.
"Aku lupa kita sudah berteman sangat lama, dan sialnya aku tak bisa berbohong di hadapanmu Jen." Mike kembali menenggak minumannya, entah sudah gelas yang keberapa.
Namun hal itu tak berpengaruh besar untuk Mike yang memang cukup kuat minum.
Tubuhnya dapat dengan mudah menolerir pengaruh alkohol yang masuk ke tubuhnya.
Pikirannya kembali menerawang jauh ke masa lalu, bagaimana dirinya dan Tania bisa
terikat dalam satu hubungan yang tidak seharusnya.
Disaat status pemuda ini adalah pacar dari Kania yang tidak lain adalah saudari kembar Tania.
Saat itu mereka cukup dekat karena Mike dulu sering datang kerumah Kania.
Sifat Tania yang terbuka dan gampang bergaul membuat Mike memahami alasan sikap nakal Tania saat itu.
Tak beda jauh darinya yang merasa kehilangan sosok orang tua, Mike dan Tania saling memahami dan mengerti keadaan mereka masing-masing.
Namun hanya sebatas itu, karena Mike tetap menyerahkan cintanya hanya untuk Kania, hingga malam itu tiba.
Tania yang saat itu masih remaja pergi dari rumahnya dalam keadaan berantakan.
Hujan di luar sana membuat tubuhnya basah kuyup saat dia mengetuk pintu kamar kos Mike.
"Apa yang terjadi Tania? kenapa kau kemari saat hujan begini? ayo masuklah." ucap Mike sambil menuntun Tania yang masih terdiam dan menggigil kedinginan.
"Ganti pakaianmu dengan ini." Mike membawa dua potong pakaian yang ia pilih untuk menggantikan baju Tania yang basah.
Tania hanya menurut, meraih pakaian yang Mike berikan dan masuk ke dalam kamar mandi.
Tak berapa lama Tania keluar dengan baju yang terlihat kebesaran, bahkan tubuhnya bisa di bilang hampir tenggelam mengingat postur tubuh Mike yang tinggi.
Mike tersenyum melihat Tania, meski begitu Mike mengakui penampilan Tania tetap cantik dan menggemaskan seperti kekasihnya.
Mengingat mereka adalah kembar identik yang terkadang membuat Mike bingung dan menganggap Tania adalah kekasihnya.
"Apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan?" omel Mike lagi sambil membantu gadis itu untuk mengeringkan rambutnya.
"Izinkan aku tinggal disini bersamamu Mike." ujar Tania dengan mata sayunya.
"Aku tidak ingin orang tuamu berpikiran buruk tentangku Tania, keringkanlah rambutmu, aku akan membuatkanmu minuman hangat, apa kau sudah makan? aku punya mi instan kalau mau akan kubuatkan." tawar Mike sambil berjalan ke arah dapur.
"Aku tak menginginkan semua itu Mike, aku hanya ingin kau mengizinkanku tinggal disini bersamamu, aku sudah muak dengan keluarga itu, aku tidak mau lagi berada di sana Mike." ucap Tania sambil berlari dan mendekap punggung Mike dari belakang.
Mike memutar tubuhnya, kini matanya dengan jelas melihat kesedihan mendalam di balik mata Tania.
"Jangan bercanda Tania, kau tau itu tidak mungkin." ucap Mike masih menatap Tania heran.
"Aku serius Mike." saat itu pula Mike dapat melihat bulir-bulir kristal meluncur jatuh ke pipi mulus Tania.
Entah apa yang merasuki Mike hingga dia memberanikan diri mengecup kedua kelopak mata Tania bergantian.
Mike melihat Tania seolah sedang menatap Kania di hadapannya.
Tania terpejam, dia merasa begitu nyaman bersama Mike.
Bahkan saat Mike mendaratkan ciumannya kebibir ranum milik Tania, wanita itu masih saja terpejam.
"Aku takut tak bisa menahan diri bila kau disini bersamaku Tania, kau masih bisa berubah pikiran dan aku akan mengantarkanmu pulang malam ini." ucap Mike saat dia menghentikan keinginannya untuk berbuat lebih jauh pada Tania.
Dia sadar hal itu tidak benar, bagaimanapun wanita yang ada di hadapannya saat ini bukanlah kekasihnya.
Meski mereka memiliki wajah yang sama hingga membuat Mike hampir hilang akal.
Tania membuka matanya, menatap dalam kedua mata Mike yang juga masih menatapnya.
Tania sudah yakin dengan keputusannya, gadis itu mengangguk mantap.
Dan entah karena cuaca dingin dari hujan yang masih mengguyur di luar rumah yang cukup mendukung.
Atau keduanya yang memang sudah di selimuti gairah karena hanya ada mereka berdua dalam kamar ini.
Dan entah siapa yang memulai kedua remaja itu kini sudah bergumul di atas ranjang.
Menciptakan kehangatan diiringi desahan dan lenguhan seiring bulir-bulir keringat yang kian menetes membasahi keduanya.
Tania meringis kesakitan bersamaan dengan rasa nikmat, mencengkram kuat sprei yang sudah tak berbentuk saat Mike menerobos pertahanannya.
Membuat gadis itu kembali meneteskan bening kristal di sudut matanya saat mereka berhasil menyatukan tubuh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Isu💟THY
lanjut
2020-09-24
0
Sept September
bawa payung kak 💕
2020-08-06
0
Kadek
lnjutkan
mmpir lagi ya
2020-07-22
0