Kevin masih mematung, pria itu masih tidak percaya bisa bertemu Kania disini.
Dan yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah kebersamaan gadis ini bersama Daniel sahabatnya.
Ada rasa kecewa yang tiba-tiba muncul karena gadis yang ia sukai ternyata dekat dengan Daniel, bahkan mereka terlihat seperti sepasang kekasih.
"Makan malam kamu belum habis, selesaikan itu dulu baru kita pulang...oke." bujuk Daniel yang merasa tak enak hati pada sikap tak ramah Tania terhadap Kevin.
"Selera makanku mendadak hilang, aku mau langsung pulang sekarang." ketus Tania yang membuat Daniel menghembuskan nafas frustasi setiap menghadapi kemarahan tanpa sebab kekasihnya ini.
"Sory kalau kehadiran gua ganggu makan malam kalian, sepertinya gua harus cabut." seru Kevin yang bisa membaca jika situasinya mulai tidak nyaman.
Tania menghembuskan nafas lega begitu Kevin beranjak dan berjalan menjauhi meja mereka.
"Tapi tunggu, rasanya kurang sopan jika gua pamit tanpa memperkenalkan diri terlebih dulu, Kevin...sahabatnya Daniel." ucap Kevin yang kembali dan langsung mengulurkan tangan ke arah Tania.
"Sayang..." tegur Daniel ketika melihat Tania hanya diam tanpa berniat menyambut Kevin yang sudah memperkenalkan diri.
"Tania." sambut gadis itu dengan keterpaksaan.
Senyum di bibir Kevin memudar, pria itu semakin di buat bingung karena nama lain yang baru saja ia dengar berbeda dengan harapannya.
Yang Kevin tau gadis yang ada di hadapannya ini adalah Kania, sahabat Mila adik sepupunya.
Meskipun harus Kevin akui jika penampilan yang ia lihat saat ini jelas berbeda dengan penampilan Kania yang ia kenal selama ini.
Kania terlihat lebih dewasa dengan balutan gaun malam yang indah.
Bahkan polesan di wajahnya tak akan membuat Kevin serta merta melupakan wajah cantik Kania.
Dan yang membuat Kevin semakin tak habis pikir adalah sikap Kania yang acuh dan seolah tak mengenalinya.
Meskipun mereka baru beberapa kali bertemu,
tapi alangkah mustahil jika Kania tak mengenalinya.
"Pacar gua ini Vin, segitunya lo ngeliatin Tania." ucap Daniel dengan nada kesal.
Dan Kevin segera tersadar, mencoba menutupi rasa canggung karena banyaknya pertanyaan yang tiba-tiba muncul.
"Kalau gitu gue langsung cabut deh, gak enak lama-lama disini ganggu orang pacaran." ucap Kevin hendak melangkah pergi.
"Duduk aja dulu...kepalang tanggung, lagian gua memang ada niat buat ngenalin lo ke Tania. Kamu enggak keberatan kan sayang." ucap Daniel sambil meraih tangan Tania dan menggenggamnya erat di atas meja.
Tania tidak punya pilihan selain mengangguk pasrah, meski dalam hatinya kesal karena rencana Dinner romantisnya bersama Daniel berantakan.
Dan yang lebih mengkhawatirkan, Kevin jelas mengenal Kania, saudara kembar yang selama ini tak pernah Tania akui, apalagi di depan Daniel.
"Yakin ini gak ganggu?" tanya Kevin meyakinkan, karena sekilas dia dapat melihat rasa tidak suka di balik senyum Tania.
"lo macem sama orang lain aja, bukannya selama ini lo begitu penasaran sama Tania?
Gitunya ketemu lo malah gak antusias gini." ucap Daniel sambil menarik kursi disebelahnya agar memudahkan Kevin untuk duduk.
Awalnya Kevin merasa canggung, namun keberadaan Tania memang menggoda rasa penasaran pria itu untuk menerima tawaran Daniel.
Setidaknya Kevin bisa mengorek lebih jauh, apa alasan gadis dihadapannya ini bersikap acuh padanya
"Oh ya Vin, lo belum jawab tadi ada urusan apa lo disini, jangan-jangan lo juga lagi ngedate ya?" ceplos Daniel yang disambut senyum tipis Kevin.
"Gue cuma menuhi undangan makan malam partner bisnis gue disini, emang lo yang pacaran pake acara ngumpet-ngumpet segala." celetuk Kevin, dan ucapannya langsung mendapat pelototon tajam Daniel.
"Upss sory bro, oh ya Kania..mm..maksud aku Tania, udah berapa lama kalian jadian, maklum selama ini Daniel pinter banget umpetin pacarnya dari kita sahabatnya?" tanya Kevin sambil memperhatikan dengan lekat wajah Tania yang duduk di hadapannya.
"Ck, pertanyaan apaan itu...enggak penting banget." potong Daniel saat melihat Tania yang justru sibuk dengan ponselnya.
"Ceh, keputusan gue gabung disini sepertinya salah." oceh Kevin ketika melihat sikap acuh Tania, dan hal itu jelas melukai harga dirinya.
Kevin sadar jika keberadaannya jelas-jelas tidak di harapkan di sini.
"Sayang, Kevin barusan ngajak ngomong ke kamu loh..." seru Daniel masih menggenggam erat jemari Tania.
"Oh ya? sory...tadi aku lagi bales chat dari managerku yang bahas masalah kerjaan." elak Tania tanpa merasa bersalah.
"Kalau boleh jujur, wajah kamu familiar banget...atau sebelumnya kita memang pernah ketemu apa ya?" ujar Kevin ingin mendengar jawaban gadis itu.
"Tania ini model, jadi wajar aja kalo elo ngerasa pernah ngelihat dia." jawab Daniel menimpali.
"Tapi beneran kok, kita pernah ketemu kan? masa iya Kania bisa lupa." pancing Kevin yang masih belum puas mendapatkan informasi yang ingin ia ketahui.
Mendengar nama Kania yang keluar dari mulut Kevin membuat Tania terdiam, tadinya dia tidak begitu menghiraukan saat sebelumnya Kevin salah menyebutkan namanya.
Namun kali ini dia benar-benar yakin kalau Kevin mengenal Kania saudara kembar yang tidak pernah ia ungkapkan ke orang-orang.
Tania semakin tidak nyaman dan ingin segera keluar dari situasi tidak nyaman ini.
Gadis itu tidak mau kalau sampai Daniel tau tentang kehidupan pribadinya dari Kevin.
"Sayang..., kepalaku mulai pusing." Tania memegangi kepalanya seolah untuk meyakinkan Daniel.
"Kamu sakit, kalau gitu kita pulang sekarang, Vin... maaf sepertinya kami harus ninggalin lo sendiri disini." Daniel menoleh pada Kevin penuh rasa sesal, namun dia lebih khawatir dengan keadaan kekasihnya.
"It's okey bro, kapan-kapan kita bisa ketemuan lagi, gua juga masih punya urusan di tempat lain." jawab Kevin santai.
"Ya udah gua cabut dulu ya." pamit Daniel sambil melingkarkan lengannya di pinggang Tania.
"Gue harus ketemu Mila sekarang." ucap Kevin sambil menatap kepergian Daniel dan Tania yang semakin menjauh.
*****
"Kamu yakin gak mau aku anter ke rumah sakit?" tawar Daniel merasa cemas, sepanjang perjalanan pulang sampai sekarang Tania mendadak diam dan mengacuhkannya.
"Aku hanya butuh istirahat. " ucap Tania dengan suara lirih.
"Tapi aku khawatir sayang, muka kamu pucet gini..." bujuk Daniel.
"Di bawa tidur juga entar enakan kok, dan aku mau kamu nginep dan nemenin aku di sini...kamu mau kan." Tania menyandarkan kepalanya di dada bidang Daniel.
Perlahan Daniel dapat merasakan jemari Tania membelai lembut dadanya.
Daniel hanya bisa terpaku saat kepala Tania mendongak keatas hingga pandangan mereka bertemu.
Dan tak bisa dipungkiri, Daniel begitu terpukau setiap menatap mata sendu Tania yang begitu menginginkannya.
Hingga entah siapa yang memulai, bibir mereka kini bertemu dan saling memagut mesra.
Mata mereka terpejam menikmati ciuman yang semakin dalam, memberikan rasa yang berbeda.
Tania begitu lihai menuntun Daniel untuk membawa tubuh mereka semakin mengikis jarak, saling bersentuhan membawa rasa hangat.
Hawa dingin dari pendingin ruangan seolah tak memberi pengaruh banyak dibandingkan dengan hawa panas yang tercipta dari pergumulan dua insan yang semakin terbakar gairah yang semakin membuncah.
Satu persatu kancing kemeja Daniel terbuka, hingga Tania dapat dengan jelas melihat perut berotot membentuk kotak-kotak yang menggoda.
Tania masih mengalungkan kedua tangannya ditengkuk leher Daniel, membuat ciuman mereka semakin panas dan bergelora.
Bahkan Tania lebih mendominasi dengan mulai memasukan lidahnya ke dalam mulut Daniel dan bermain-main disana, melilit dan menari-nari membuat Daniel semakin tak dapat menahan hasratnya.
Sesaat Daniel terpaku, di satu sisi dia begitu tergoda dengan kenikmatan yang Tania suguhkan, namun sisinya yang lain masih dapat menyadari bahwa hal ini bukanlah hanya sekedar untuk mendapatkan kepuasan semata.
Daniel menarik diri dan mengecup lembut bibir Tania sebelum benar-benar mengakhiri aktifitasnya dari atas tubuh Tania.
Tania yang sudah berharap lebih mencoba menahan Daniel.
"Kenapa berhenti, aku masih menginginkannya sayang..." pinta Tania dengan suara manja mendesah di telinga Daniel, tangannya terulur meraih milik Daniel yang sudah menegang.
Jujur Daniel juga masih menginginkan hal yang sama.
Namun Daniel berusaha menahan hasratnya.
Diraihnya selimut tebal yang ada di atas ranjang dan melilitkannya ke tubuh Tania.
"Aku juga menginginkannya sayang, tapi bisakah kita melakukannya nanti setelah kita menikah, aku yakin rasanya akan jauh lebih luar biasa hmm..." bujuk Daniel pada Tania yang masih dibakar gairah.
"Tapi aku ingin sekarang Daniel, apa kamu tega membiarkanku tersiksa, mau sampai kapan?" Tania masih berusaha menggoda Daniel, dengan cepat dia kembali ******* bibir tipis pria itu.
Daniel membiarkannya, memberikan kesempatan pada Tania untuk meredakan rasa kecewa dengan membalas ******* Tania.
Namun perlahan Daniel melepaskan pagutannya dan langsung beranjak pergi ke kamar mandi.
Tania membuka lebar matanya, dia benar-benar merasa kesal dengan sikap Daniel yang selalu menghindarinya setiap dia menginginkan penyatuan di atas ranjang.
Hingga Daniel keluar dari kamar mandi Tania masih marah dan tak bergeming di balik selimutnya.
"Minum obatnya dan beristirahatlah, besok aku telpon lagi." ucap Daniel yang berniat pamit dan mengecup kening Tania.
"Mulai sekarang jangan pernah perdulikan aku." ucap Tania dengan nada ketus.
"Apa kamu marah? maaf sayang, aku janji aku akan..."
"Cukup Daniel, hentikan...mau sampai kapan kamu membuatku terlihat seperti wanita murahan yang harus memohon hanya untuk meminta kenikmatan pada kekasihku sendiri, yang selalu berjanji untuk segera menikahiku dan dengan bangga mengenalkan aku pada keluargamu dan juga pada semua orang.
Apa ini yang kamu sebut dengan mencintaiku Daniel, jujur aku lelah, aku muak dengan semuanya " Tania berteriak mengeluarkan semua kekesalannya.
"Kenapa kamu bersikap begini Tania, aku mencintaimu, dan jangan pernah ragukan hal itu. Aku hanya ingin melindungimu, menjalin hubungan tidak hanya melulu berakhir di atas ranjang bukan? atau itu yang kamu sebut dengan cinta selama ini.
Hanya sebatas kenikmatan akan tubuh kita, cinta lebih dari itu Tania !!! Aku mengerti perasaanmu saat ini, bersabarlah sayang, semua ada waktunya" ucap Daniel yang tak habis pikir dengan sikap Tania.
"Sampai kapan aku harus bersabar? sekarang jawab pertanyaanku, apa kamu malu mengakui pada semua orang kalau aku adalah kekasihmu Daniel?" teriak Tania.
"Aku tidak ingin berdebat denganmu, kita sudah sering membahas ini dan jawabanku tidak akan berubah, aku mencintaimu Tania, kamu harus tau itu, istirahatlah..aku akan menghubungimu lagi besok" Daniel berdiri dan meninggalkan Tania dengan amarahnya.
"Persetan dengan cintamu Daniel, aku muak dengan sikapmu yang munafik!" teriak Tania saat punggung Daniel menghilang di balik pintu apartemennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
puji rahayu
aje gileee...ad kuntilank begitohhh...
2021-04-26
0
Isu💟THY
semangat
2020-09-24
0
Rozh
Hai Thor 👋
semangat terus nulisnya ya💪
salam dari
•suami dadakan
•kisah danau hijau buatan kakek
2020-09-10
0