Saat ini Kevin sedang duduk dengan kedua tangan yang bertumpu pada dagunya.
Tatapannya tidak beralih sedikitpun pada satu objek yang begitu menarik perhatian Kevin.
Siapa lagi kalau bukan gadis cantik yang saat ini terlihat sangat sibuk untuk menyelesaikan pesanan para pelanggannya.
Apron berwarna kuning dan putih tampak menutupi tubuh bagian depannya, dengan rambut panjang yang di kuncir kuda hingga menampilkan leher jenjang gadis itu.
Dan semua yang melekat di tubuh Kania kini menjadi hal paling menarik untuk Kevin amati.
Tampilan Kania yang nampak sederhana justru terlihat begitu menawan dan seksi di mata pria itu.
Beberapa hari ini Kevin memang sering menyempatkan diri untuk mendatangi Kania di toko rotinya.
Sejak acara makan siang waktu itu, hubungan mereka memang menjadi semakin dekat dan intens.
Dan hal itu membuat Kevin semakin bersemangat untuk mendapatkan hati Kania yang sudah bisa membuka diri.
Kania masih fokus dengan kegiatannya menghias beberapa pesanan cake ulang tahun.
Jemari lentiknya begitu lihai menciptakan karya seni indah di atas cake yang menurut Kevin terlalu sayang kalau harus berakhir masuk ke dalam perut.
Kevin begitu menikmati momen ini, sedikit pun dia tidak merasa keberatan menghabiskan waktunya bersama Kania.
Pandangannya terus mengikuti pergerakan tubuh gadis itu, sesekali ia mendapat lemparan senyum dari Kania yang menoleh disela aktifitasnya, dan hal itu mampu membuat jantung Kevin selalu berdegub tak karuan.
Rasa kagumnya semakin bertambah melihat Kania yang notabene adalah pemilik dari toko ini terlihat begitu berbaur bersama para karyawannya, tanpa terlihat risih atau sungkan sedikit pun.
Kecantikan yang dibalut kesederhanaan itu benar-benar sudah membuat seorang Kevin jatuh hati.
Tidak terhitung berapa banyak gadis yang dahulu pernah dekat dengannya.
Namun kali ini Kevin harus mengakui kalau ia sudah di buat bertekuk lutut di hadapan gadis itu.
Tidak seperti kebanyakan gadis yang dengan sukarela menawarkan cinta dan tubuh mereka hanya untuk menarik perhatiannya.
Kania malah terkesan membangun tembok tinggi yang membuat Kevin semakin penasaran dengan keseharian dan hal-hal kecil tentang gadis itu.
"Enggak bosen kesini terus." gumam Kania sembari melepaskan sarung tangan plastik dan membuangnya ke tong sampah.
"Enggak sama sekali, justru aku takut kamunya yang udah bosen aku samperin terus tiap hari." jawab Kevin beringsut dari duduknya, pria itu
berdiri menghampiri Kania dan matanya melebar sempurna saat melihat hasil karya gadis itu.
"Pantes aja toko ini rame terus, cantik gini." ucap Kevin yang kini berdiri di belakang Kania.
Kania menoleh kebelakang dan sedikit mendongak untuk melihat wajah Kevin.
Ia sempat terkejut saat suara Kevin terdengar begitu dekat di telinganya.
Dan pemandangan saat ini tak kalah membuatnya hampir limbung, menatap Kevin dalam jarak yang sedekat ini sungguh tidak baik bagi kesehatan jantungnya.
Seketika itu juga Kania kembali memutarkan kepala, melihat cake ulang tahun di depannya dengan tatapan kosong karena kini pikirannya tengah di penuhi oleh bayangan Kevin.
Mencari cara yang paling cepat untuk meredam debaran di dada, yang mungkin saja bisa terdengar oleh pria yang masih belum beranjak, berdiri tepat di belakang punggungnya.
Para pegawai yang ketepatan berada di tempat yang sama dengan mereka hanya saling melempar senyum melihat interaksi Kania dan Kevin yang terlihat begitu manis.
Keduanya tampak seperti sepasang kekasih yang saangat romantis, membuat iri siapa saja yang melihatnya.
"Malah ngelamun." ledek Kevin sembari menempelkan sisa tepung yang ada di meja ke pipi Kania.
Gadis itu terhenyak, dan mencebikkan bibirnya tak terima.
"Iseng banget sih." ucap Kania sembari bergeser untuk memberi jarak.
"Habisnya di ajakin ngomong malah bengong, mikirin apa sih?" tanya Kevin penasaran.
Kania hanya menggelengkan kepala sembari berusaha melepaskan ikatan di belakang pinggangnya.
"Sini aku bantuin." tanpa menunggu jawaban Kevin langsung memutar tubuh Kania dan membantu gadis itu untuk melepaskan tali ikatan apron yang Kania pakai.
Tubuh Kania menegang ketika merasakan pergerakan di belakang punggungnya.
Menimbulkan gelenyar aneh saat tanpa sengaja tangan Kevin menyentuh pinggang gadis itu.
"Mau kekampus sekarang?" tanya Kevin sembari menaikkan tali yang menggantung di leher Kania untuk di lepaskan.
Dan saat itu juga Kevin bisa melihat semburat kemerahan menghiasi kedua pipi Kania.
Membuatnya tersenyum dan semakin terdorong untuk lebih menunjukkan jika ia begitu peduli pada gadis ini, gadis yang sudah membuatnya jatuh hati.
Kevin menyelipkan helaian rambut yang menjuntai ke belakang telinga Kania.
Gadis itu mendongak hingga tatapan mereka kembali bertemu.
satu detik, dua detik, tiga detik,...hingga entah pada hitungan ke berapa Kania baru tersadar saat Kevin menyentuh pipinya guna menghapus
noda tepung yang pria itu oleskan tadi.
Kania segera mengalihkan pandangannya yang mendadak gugup, buru-buru berjalan menjauh untuk menghindari tatapan Kevin yang seolah tengah melucutinya.
"A..aku siap-siap dulu kak." ujarnya sembari masuk ke dalam toilet yang terletak sedikit ke belakang.
Sementara tanpa Kania sadari, Kevin sendiri sedang berada dalam kondisi yang sama tidak baiknya.
Bahkan pria itu harus mengumpulkan semua keberaniannya ketika ingin menyentuh pipi gadis itu tadi, berusaha sekuat tenaga agar tangannya tidak gemetaran.
Sepanjang perjalanan menuju ke kampus, keduanya lebih memilih diam untuk mengurangi perasaan canggung yang kembali tercipta.
"Ekheeem..."
Kania yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri pun menoleh, mendapati Kevin yang juga melirik sekilas ke arahnya.
"Kamu marah?" tanya Kevin pada akhirnya.
"Marah?" ulang Kania bingung.
"Maaf kalau sikapku tadi terlalu lancang." tutur Kevin yang jadi merasa tak enak hati karena Kania mendiamkannya.
Gadis itu justru tertawa hingga Kevin menoleh lagi untuk melihat pemandangan indah yang tak boleh ia lewatkan.
"Ngaco ih, kenapa aku harus marah?" ujar Kania masih menutup mulutnya dengan salah satu tangan agar tawanya tak lagi meledak.
"Ya kamunya kenapa jadi diem terus dari tadi, aku jadi ngerasa lagi kamu ambekin." Kevin menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tidak gatal.
"Emangnya aku ini anak kecil." protes Kania tak terima.
Kali ini gantian Kevin yang di buat tertawa melihat bibir Kania yang mencebik, membuat ia harus menelan ludah untuk tidak menyentuh bibir itu.
"Siapa yang ngatain kamu anak kecil, aku malah mikir sebaliknya loh..." goda Kevin sembari melirik gadis itu.
"Maksudnya?" tanya Kania tak mengerti.
Dan sebuah ide langsung terlintas di kepala Kevin.
"Kalo kamu udah cukup dewasa...udah bisa jadi ibu buat anak-anak kita." ujar Kevin sembari menepikan mobilnya.
Kania kembali terpaku dan tak tau harus bereaksi seperti apa saat ini.
Iya yakin pendengarannya kali ini tak bermasalah, namun terlalu takut untuk menyimpulkan hal yang nantinya justru membuat ia semakin terjebak pada perasaan yang tak pasti.
"Aku suka sama kamu." ucap Kevin ketika pria itu baru saja membuka sabuk pengaman yang membatasi pergerakannya.
"Kaget ya?" tanya Kevin begitu melihat reaksi Kania.
"Sama, aku juga kaget begitu tau kalau aku punya perasaan lebih ke kamu." Kevin tampak menghela nafas "Takut kalau kamu nolak aku," pria itu kembali menarik nafas, kali ini terdengar lebih panjang dari sebelumnya, "Tapi aku lebih takut bayangin kamu malah ngehindar setelah aku ngungkapin ini semua." ujar Kevin dengan wajah yang kini terlihat lebih santai.
Seolah beban berat yang ia tanggung selama ini telah berhasil ia hempaskan.
"Jangan langsung di jawab kalau belum yakin, aku masih bisa nunggu, yang penting kamu masih mau deket sama aku aja aku udah seneng banget." ungkap Kevin tersenyum lega.
"A..aku belum bisa jawab sekarang." lirih Kania yang memilih menundukkan kepala guna menghilangkan rasa yang begitu membuncah.
Meski harus Kania akui jika ia juga merasakan hal yang sama pada Kevin, namun gadis itu ingin memastikan semuanya terlebih dahulu.
Apakah perasaannya benar-benar perasaan suka atau hanya rasa kagum yang tercipta setelah mengenal begitu banyak hal istimewa dari pria ini.
"Iya...aku ngerti." jawab Kevin dengan senyum tulus yang di susul oleh usapan lembut tangannya pada rambut Kania.
"A..aku masuk kelas dulu, Mila juga pasti udah nungguin."
Dan Kevin pun mengerti jika saat ini Kania butuh waktu untuk menyadari perasaannya.
Namun ada satu hal yang perlu ia tanyakan pada Kania, sesuatu yang begitu mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.
"Ada yang mau aku tanyain ke kamu." tanya Kevin memberanikan diri.
"Soal apa kak?" tanya Kania balik.
Kevin sedikit ragu, namun ia tak bisa menahannya lebih lama lagi.
"Apa kamu tertarik dengan dunia modeling?" Kevin mengernyit menunggu jawaban Kania, terlampau takut untuk menerima kenyataan jika Kania adalah gadis yang sama dengan gadis yang sedang Daniel kencani.
Bukannya memberikan jawaban, Kania justru terkikik geli mendengar pertanyaan dari Kevin.
"Aku cukup tau diri kak, penampilan pas-pasan gini mana mungkin ada yang mau lihat kalau aku jadi model." jawab Kania dengan tawa renyah.
Membayangkan berfoto selfi di ponselnya saja dia tidak cukup percaya diri.
Apalagi harus melenggak lenggok di depan kamera dengan banyak orang yang memperhatikan.
Sungguh jauh dari gambaran kehidupan yang Kania impikan.
Drrt..drrt..
"Bentar." pinta Kevin meminta ijin pada Kania untuk ia menerima panggilan, dan melihat anggukan kepala gadis itu membuatnya tersenyum sembari menggeser ikon hijau pada layar ponselnya.
["Lo di mana sekarang?"] tanya Daniel dari seberang telpon.
"Lagi dijalan, ada urusan apa lo nelpon gue?" jawab Kevin dengan wajah datar.
["Gua mau ketemu, ada yang mau gua omongin."]
"Kalo Sekarang gua gak bisa." jawab Kevin sembari melirik Kania.
["Lo dimana sekarang, gua samperin kesana deh."] bujuk Daniel.
"Gua lagi di kampusnya adek gua si Mila, jadi kalo lo mau ntar sore aja kita ketemuan di kafe." ujar Kevin memberikan pilihan.
["Kebetulan...gua juga lagi nganter Sofie nih di kampus, bukannya lo pernah bilang mereka kuliah di kampus yang sama ya waktu itu? lo di mana sekarang...biar gua susulin." ]ucap Daniel masih ngotot.
"Tapi gua..." Kevin kembali melirik Kania.
Belum sempat memberikan jawaban, Daniel malah sudah lebih dulu mengakhiri panggilannya.
Sementara Kevin hanya bisa menggerutu mengingat sifat keras kepala sahabatnya yang satu ini.
"Kania!" teriak Mila terdengar menghampiri begitu Kevin membukakan pintu mobilnya.
"Kok bisa bareng kak Kevin? ciyeee..." goda Mila sembari menarik-narik ujung outer yang Kania kenakan.
"Ck...gak sengaja ketemu tadi, sekalian bahas kerjaan juga, iya kan?" ujar Kevin sembari mengerlingkan sebelah matanya pada Kania.
Kevin hanya mencoba menjaga Kania, karena tampaknya gadis itu masih merasa kurang nyaman jika kedekatan mereka di ketahui oleh orang lain, termasuk pada Mila.
"Yakin nih cuma bahas kerjaan...gak bahas yang lain gitu." cecar Mila yang merasa curiga melihat gerak-gerik pasangan ini.
"Yakinlah, rencananya tuh Kak Kevin lagi cari supplier untuk nyediain berbagai macam dessert untuk di kafe, biar makin banyak pilihan dan pelanggan gak cepet bosen sama menunya." tutur Kevin, dan pria itu hanya bisa tersenyum ketika Kania menatapnya bingung.
Kania tidak pernah berfikir jika Kevin sampai memberikan alasan seperti itu hanya untuk menghindari cecaran pertanyaan dari Mila.
Pria itu pun kembali mengedipkan sebelah matanya pada Kania sebagai tanda jika gadis itu setuju dengan ide cemerlang yang ia pikirkan, dan sepertinya bukan ide buruk jika ia merealisasikannya bersama Kania.
Bukankah dengan begitu mereka jadi punya cukup alasan untuk menjalin kedekatan dan lebih mengenal satu sama lain.
"Vin!" teriak seorang pria dari kejauhan.
Mereka bertiga pun kompak menoleh ke arah suara.
"Itu bukannya kak Daniel ya?" Mila menajamkan pandangannya.
"Ih...beneran itu kak Daniel, kenapa gak bilang sih kalau dia mau kesini, tau gitu kan tadi Mila bisa dandan lebih cantik." omel Mila pada Kevin dan langsung buru-buru mengambil kaca kecil di dalam tasnya dengan salah tingkah.
Kania juga ikut melihat ke arah pria yang Mila maksud.
Namun dari arah belakang Reyhan yang baru datang langsung menepuk bahunya
"Kalian ngapain masih disini, bukannya kelas kalian udah mau di mulai ya." ucap Reyhan mengingatkan.
"Ya ampun...buruan kita udah telat Mila, kak Kevin maaf kami cabut duluan ya." ucap Kania sambil menarik tangan Mila dan berlari menuju kelas mereka.
"Ih...bentar Nia, sampein salam Mila untuk kak Daniel ya kak." ucap Mila pada Kevin dengan terburu-buru.
"Aku juga cabut ya kak." Reyhan pun ikut pamit undur diri.
"Oke..kapan main lagi ke kafe, ajak Kania sama Mila." pinta Kevin sambil menepuk bahu Reyhan.
"Siip kak.." Reyhan menunjukan jempolnya dan berlalu meninggalkan Kevin.
Kevin tersenyum bahagia membayangkan ia dan Kania akan sering bertemu jika gadis itu mau menerima tawarannya.
"Woy... di panggilin juga, liatin apaan sih." Daniel menepuk bahu Kevin yang sedari tadi terus menatap punggung Kania sampai menghilang di balik pintu.
"Bidadari." ucap Kevin sekenanya.
"Ceh, semua cewek cantik juga lo bilang bidadari." ucap Daniel mulai kesal.
"Eitss...tapi yang ini beda." ucap Kevin penuh percaya diri.
Membuat Daniel mendesis, karena baginya tak ada gadis lain yang melebihi pesona kekasihnya.
"Terserah lo deh." ucap Daniel tak ambil pusing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Isu💟THY
lanjut
2020-09-26
0
Sept September
like
2020-08-15
0
Katlyin Ilona
Setor 10 like lagi untuk mendukungmu.
Semangat ya Thor ...
2020-08-14
0