Terlambat

Sebentar lagi murid kelas tiga akan menghadapi ujian akhir, Alyn mempersiapkan diri dengan fokus belajar agar mendapat nilai bagus. Dia tak mau lulus dengan nilai yang jelek, akan sangat memalukan kalau nilainya di bawah Adrian. Selain itu dia juga ingin membuat orang tuanya bangga.

Lain halnya dengan Adrian semangat belajarnya menurun, dia tidak bisa fokus dengan semua mata pelajaran, ditambah lagi Putri yang selalu menuntut perhatian darinya.

Di tempat lain Bimo sedang di cafe bersama Putri, mereka bertemu karena Putri sedang punya masalah.

"Ada apa, Put?" Bimo penasaran.

"Kak aku belum haid," tutur Putri cemas.

"Apa?!" Bimo sampai tersedak minuman mendengar ucapan Putri.

Putri memandang Bimo, pemuda itu bingung dan tidak bisa berkata-kata.

"Putri takut, Kak." Putri semakin cemas.

"Kog bisa sih, Put." Bimo menggaruk kepalanya, tiba-tiba dia merasa pusing mana sebentar lagi mau ujian.

"Bagaimana, Kak?" tanya Putri lagi.

"Udah berapa lama kamu gak haid, itu sama aku apa sama Adrian?" tanya Bimo ragu.

Selama ini Putri tak hanya berhubungan dengannya tapi juga dengan Adrian. Mereka selingkuh di belakang Adrian.

"Ya sama Kakak lah, aku sama Adrian cuma sekali aja, selanjutnya dengan Kak Bimo!" mata Putri mulai berkaca-kaca.

"Duh gimana ini Put, mana mau ujian lagi. Kamu maunya apa sekarang, mau anak itu lahir terus berhenti sekolah?" Bimo menunggu keputusan Putri.

"Ya nggaklah masa Putri harus gendong anak umur segini, Kakak coba carikan aku solusi aku nggak mau hamil pokoknya!" desak Putri tak mau tahu.

"Ok Kakak pikirkan dulu bagaimana cara mengatasinya."

Bimo mulai berfikir keras, dia juga tidak mau masa depannya hancur gara-gara kecerobohan yang mereka lakukan. Bimo bahkan belum berfikir mau menikah di usia muda. Mereka hanya ingin bersenang-senang.

Bimo mengantar Putri pulang, sebelum pulang mereka mampir ke mini market membeli minuman bersoda.

"Banyak amat Kak?" ujar Putri melihat minuman yang Bimo beli.

"Buat kamu, sementara kamu minum itu, denger-denger itu bisa juga bikin haid."

Putri menyimpan minuman itu di kamar, dan langsung meminumnya satu botol, memang bikin panas di perut setelah meminum itu. Putri berharap ini manjur buatnya.

***

Bimo merasa resah dan kalut, dia takut kalau Putri benar-benar hamil, bisa mati dia dihajar ayahnya. Belum lagi malu sama teman-temannya, apa lagi Adrian pasti akan sangat membencinya.

Bimo mencoba mencari di internet obat untuk terlambat datang bulan, dia menemukan di salah satu market place, dia membaca keterangan kalau ini termasuk obat keras. Tanpa pikir panjang dia langsung memesan obat itu dan memilih pengiriman yang tercepat.

"Put aku udah belikan obat, tinggal nunggu datang obatnya aja." Bimo memberi tahu tentang obat yang dia beli.

"Beneran Kak, manjur nggak itu nanti?" Putri masih ragu.

"Udah kita coba dulu, eh minumannya udah kamu minum?"

"Udah Kak sampai panas perutku, tiap haus aku minum itu," sahut Putri.

"Ya minum air putih lah, nanti kamu malah sakit."

"Biar cepat keluar," ucap Putri tak mau kalah.

"Coba kamu loncat-loncat gitu, mana tahu bisa keluar. Ya, sudah nanti kalau udah datang obatnya Kakak kasih sama kamu." Bimo menutup telponnya.

Meskipun obatnya belum datang Putri agak tenang, dia belum siap hamil sekarang. Baru juga kelas satu SMA, orang tuanya pasti akan mengusirnya kalau dia sampai hamil di luar nikah.

Putri juga gak berani mengatakan masalah ini pada Adrian, dia pasti curiga dan tidak mengakui kalau ini hasil perbuatannya karena waktu bersama Adrian sudah sangat lama dari jarak dia terlambat bulan sekarang, Adrian pasti menghitung dan akan curiga.

Dia masih berharap bisa terus bersama dengan Adrian, Bimo hanyalah pelarian. Mereka melakukan itu atas dasar saling membutuhkan, seandainya Adrian bisa seperti Bimo mungkin Putri akan melakukan itu bersama Adrian, sayangnya pemuda itu tidak pernah menyentuhnya lagi bahkan sekedar menggandeng tangannya saja tidak pernah.

***

"Ini obatnya Put, kamu minum satu-satu."

Bimo menemui Putri saat istirahat sekolah, menyerahkan obat yang dia beli. Putri langsung meminumnya dua butir.

Di dalam kelas perut Putri terasa panas keringatnya mulai bercucuran, dia mencoba menahan sakitnya karena masih mengerjakan soal ujian. Setelah selesai Putri menyerahkan soal dia meminta izin pulang.

"Pak saya sedang sakit, mau izin pulang duluan."

Melihat wajah Putri yang berkeringat dan terlihat menahan sakit gurunya mengizinkannya pulang.

"Kalau sudah selesai kamu boleh pulang atau ke UKS dulu." tawar sang guru.

"Saya langsung pulang saja Pak, gak tahan perut saya sakit sekali," pamit Putri.

Putri mengambil tasnya dan berlari keluar, dia pulang naik ojek agar lebih cepat sampai ke rumah. Sesampainya di rumah Putri langsung ke kamar perutnya benar-benar sakit. Pinggang seakan mau rontok, dia berguling-guling menahan sakit di kasur.

Mau menelpon ibunya tapi takut, takut kalau nanti dibawa ke dokter dan ketahuan sakitnya karena apa. Mau menghubungi Bimo takut masih di dalam kelas. Dia hanya bisa menangis sampai tertidur.

"Put, Putri! kog belum ganti baju?"

Ibu Putri masuk ke kamar melihat anaknya tertidur menggunakan seragam sekolah.

"Putri capek Bu," sahut Putri lemas.

"Kamu sakit?"

"Bu Putri capek habis ujian," elak Putri berbohong.

"Kamu sudah makan? yuk makan tapi mandi dulu biar seger."

Tanpa rasa curiga ibu Putri meninggalkan anaknya menyiapkan makan. Putri langsung menuju kamar mandi, perutnya masih terasa panas, tubuhnya juga demam tapi dia tak mau ibunya curiga.

Selesai makan Putri kembali ke kamar memeriksa ponselnya, ada sepuluh kali panggilan dari Bimo.

"Iya Kak, aku tadi tidur." Putri menelpon Bimo.

"Aku khawatir, kamu tidak apa-apa 'kan?" Bimo sangat cemas.

"Perutku panas Kak, kayak diaduk-aduk badanku juga panas, ini juga masih sakit banget." Putri mengadu.

"Coba kamu minum susu, Put," ujar Bimo.

"Biar apa, Kak?" tanya Putri heran.

"Biar netral obatnya."

"Nanti malah nggak mempan obatnya." Putri menolak saran dari Bimo.

"Kamu kesakitan kayak gitu, aku cemas tau. Mau ke rumahmu juga nggak mungkin." Bimo semakin panik.

"Aku tahan dulu Kak, nanti kalau memang sudah gak tahan aku ikutin cara Kakak."

"Kabarin aku ya, Put."

"Iya Kak, terimakasih Kak sudah peduli sama Putri." Putri menutup ponselnya, berbaring di ranjang.

Sementara Bimo yang berada di rumah merasa resah, dia takut Putri kenapa-kenapa. Bimo tidak bisa tidur, mau menelpon Putri ragu-ragu, baru kali ini dia mencemaskan keadaan Putri apa dia benar-benar jatuh cinta hingga merasa cemas begini.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!