Ruqiah

Seperti janjinya hari sabtu Hamid membawa temannya yang seorang ustad datang ke rumah. Alyn tidak tahu kalau akan kedatangan ustad untuk mengobatinya, dia sedang bersantai di kamar berselancar di dunia maya.

"Bu, panggilkan Alyn, teman Ayah sudah datang." Hamid memberitahu Farida.

"Bentar, Yah," Farida pergi ke kamar Alyn.

"Lyn, itu Om Hamid bawa temennya buat ngobatin kamu," panggil Farida.

"Ngobatin?" Alyn heran, dia tidak merasa sedang sakit.

"Iya, kamu tiap malam ketakutan kayak gitu, Om Hamid curiga ada yang tidak beres sama kamu," bujuk Farida lembut.

Alyn bangun berganti pakaian, kemudian keluar bersama Farida menemui ustad dan Hamid di ruang tamu. Alyn duduk di samping Farida.

"Ini ponakan saya, Alyn, yang kemarin saya ceritakan, Tad." Hamid mengenalkan Alyn pada Ustad Alif.

"Kita coba diruqiah saja Mas Hamid. Nak Alyn boleh ambil wudhu dulu, lalu pakai mukena, ya." Ustad Alif meminta Alyn untuk bersiap.

Alyn mengikuti perintah Ustad, dia mengambil wudhu lalu memakai mukena, kemudian kembali duduk di depan Ustad Alif.

"Tolong siapin air putih di botol, juga kantung kresek untuk tempat kalau dia muntah, buat persiapan saja," ucap Ustad Alif.

Farida dengan sigap mengambil apa yang Ustad Alif minta. Ustad Alif memakai sarung tangan, mulai membaca ayat demi ayat meruqiah Alyn.

Alyn mendengarkan lantunan ayat yang dibaca oleh Ustad Alif, lama-lama dia merasa pusing. Kepalanya serasa berputar, udara di ruangan terasa panas, dia ingin membuka mukena saking panasnya.

"Tan, panas," keluh Alyn menatap Farida.

"Dengarkan dulu, jangan ngomong sendiri." Farida memegang tangan Alyn agar tenang.

Ustad Alif terus membaca ayat demi ayat ruqiah. Alyn semakin gelisah, Ustad Alif mulai memegang kepala Alyn, gadis itu langsung menjerit, otaknya terasa terbakar. Dia merasakan sakit yang luar biasa.

"Sakiit! lepasin aku!!" rontanya, berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ustad Alif.

Semakin meronta tangan Ustad Alif seolah semakin menempel di kepala Alyn. Dia tak sanggup lagi melawan, tubuhnya terkulai lemas kehabisan tenaga. Farida tak tega melihat Alyn begitu tersiksa.

"Minumkan air putihnya, Mbak." Ustad Alif menyuruh Farida memberi Alyn minum dari botol yang sudah disiapkan.

Setelah minum beberapa teguk Alyn mual dan muntah, dengan sigap Hamid membantu agar Alyn muntah di kantung kresek.

Alyn terkulai lemas, tenaganya sudah habis, sakit kepalanya berangsur-angsur menghilang, Farida memeluk Alyn dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak apa-apa, memang seperti itu reaksinya, gak usah khawatir. Minggu depan kita ulangi lagi ya, tapi Alyn juga harus membentengi diri sendiri dengan ibadah, salat lima waktu jangan ditinggal," nasehat Ustad Alif.

"Kira-kira siapa yang jahat sama ponakan saya, Ustad?" tanya Farida penasaran.

"Siapa orangnya saya tidak tahu Mbak, tapi yang jelas Alyn memang diganggu jin, jalan satu-satunya Alyn harus membentengi dirinya sendiri, kalau dia dibiarkan kosong maka jin akan mudah masuk,"

Setelah berbincang-bincang sebentar Ustad Alif mohon diri, beliau berjanji minggu depan akan datang lagi sampai Alyn benar-benar terbebas dari gangguan.

Hamid mengucapkan terimakasih, sambil mengantar Ustad Alif keluar. Farida membawa Alyn ke kamar untuk beristirahat. Dia memandang iba pada Alyn yang terbaring lemah.

***

Di tempat lain, Adrian bersama Tina memadu kasih di kamar kosnya. Adrian tak mau menyia-nyiakan kedekatannya dengan Tina, wajah ganteng menjadi modal untuk memikat hati wanita.

"Bagaimana kuliahmu, apa sudah diterima?" tanya Tina.

"Sudah dong, makanya aku mau rayakan sama kamu di sini. Aku senang kalau ada kamu di sisiku," rayu Adrian.

Tina tersipu malu, sebenarnya dia takut berduaan di kamar, di tempat kos Adrian ini bebas tidak seperti di tempat kosnya.

"Tin, sejak pertama bertemu, aku keinget kamu terus. Kamu merasa nggak sih, kalau aku suka sama kamu?" goda Adrian, Tina menundu wajahnya memerah karena malu.

Melihat Tina tersipu malu, Adrian duduk di depan Tina menengadahkan wajahnya. Tina malu ditatap seperti itu, dia memejamkan mata, Adrian mendaratkan ciuman di bibir Tina.

Tak mendapat penolakan, Adrian semakin berani berbuat yang lebih. Dia membaringkan Tina, alunan musik dari laptop mengaburkan suara desahan mereka.

Gemericik air hujan di luar membuat suasana semakin memanas, Adrian berhasil merenggut mahkota Tina. Gadis itu pasrah terbuai cumbu rayu mesra Adrian, tanpa sesal semua terjadi begitu saja.

Tina memeluk Adrian, dia merasa bahagia dan semakin cinta pada pria itu. Puas bersenang-senang, Adrian mengantarkan Tina pulang.

"Aku pulang dulu ya, terimakasih untuk hari ini. Kamu membuatku bahagia," ucap Adrian sebelum pulang.

"Adrian, jangan tinggalin aku ya. Semua sudah kuserahkan padamu." Tina memohon.

"Iya Sayang, aku akan selalu bersamamu." Adrian mengedipkan mata, dia bergegas pulang dengan senyum kemenangan.

Tina merasa sangat bahagia, Adrian membuatnya mabuk kepayang, dia rela memberikan yang Adrian mau tanpa ragu.

***

Adrian sedang duduk di depan kamar kos sambil menikmati udara sore, ditemani secangkir kopi. Seorang wanita yang tinggal di sebelah kamarnya baru pulang dari belanja. Wanita itu tersenyum menyapa.

"Tumben di luar?" sapa wanita yang umurnya mungkin sekitar tiga puluh tahun.

"Eh, iya Mbak, lagi nyari angin. Habis belanja nih?" balas Adrian ramah.

"Iya, namamu siapa? aku Mita, tinggal di sebelah kamarmu," wanita itu mengulurkan tangan.

"Oh, saya Adrian." Adrian mengulurkan tangan menjabat tangan Mita.

Mita ikut duduk di sebelah Adrian, menyodorkan minuman kaleng, dan mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam tas.

"Saya enggak merokok, Mbak." Adrian hanya menerima minuman, menolak rokok pemberian Mita.

"Hmm, pantes bibirmu merah." Mita mengambil sebatang, menyulut dengan api kemudian menghisapnya perlahan, dia mengepulkan asap rokok ke Adrian.

"Belum pernah nyoba, jadi gak tahu apa enaknya rokok itu."

Mereka berbincang akrab. Mita bekerja menjadi SPG produk otomotif, selain itu dia juga wanita simpanan. Wajah ganteng Adrian membuatnya terpikat.

"Adrian, mbok ya pacarmu itu kalau mendesah jangan kencang-kencang, Mbak 'kan jadi merinding mendengarnya, mana hujan-hujan lagi." Mita merengut manja.

"Hah! emangnya Mbak tadi dengar?" Adrian jadi malu, ketahuan habis bercinta di kamarnya.

"Ya dengarlah, lagi tiduran hujan-hujan, eh dengerin orang lagi enak-enak, kamu jahat bikin aku pengin aja." Goda Mita.

Mita menggigit bibir sambil menatap penuh nafsu. Adrian melihat ke kanan dan ke kiri, takut ada yang memperhatikan mereka berdua. Dia menarik Mita ke dalam kamar, memberikan apa yang Mita inginkan.

Mereka menghabiskan malam berdua, Mita lebih berpengalaman soal bercinta. Dia mengajari bagaimana cara menyenangkan wanita. Mita tak kalah senang mendapatkan pria muda dengan gairah yang menggebu.

Sejak hari itu mereka punya agenda rutin, jika Mita menginginkan Adrian dia yang mendatangi kamar Adrian, demikian juga sebaliknya.

Mita juga sangat Royal, dia memberi Adrian motor, yang penting wanita itu puas apa pun yang Adrian mau akan Mita belikan.

Adrian menikmati kehidupan barunya, kuliah lancar kesenangan juga dia dapatkan. Setiap malam menikmati glamournya dunia malam. Mita sering mengajaknya bersenang-senang di klub malam, mabuk dan berpesta menjadi hobi baru Adrian.

***

Terpopuler

Comments

Kenza al_el

Kenza al_el

wah.. adrian ketemua sama tante" 😱
jd berandalan neh si adrian 🤦🏻‍♀️

2021-04-19

0

Astuti

Astuti

jd bobrok si adriyan

2021-02-06

0

Larchelleen

Larchelleen

Dah ku boomlike kak! Semangattt😉😆😅

2020-06-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!