ARZAN

ARZAN

Kamu

Maaf, aku tak bisa melindungi kamu, batin Arzan berkata sedih melihat dari balik jendela kaca ruangan tersebut, Arzan melihat seorang gadis terbaring tak berdaya di sana. di sebalah gadis itu terlihat sosok ayah gadis tersebut menangis tersedu-sedu melihat putrinya itu kemalangan seperti ini, ayah mana yang tega melihat putrinya seperti ini?

"Maaf kan ayah nak, ayah tak bisa menjagamu," gumam pria paruh baya itu ditengah-tengah tangisnya.

tangisan pria itu terhenti ketika dia menyadari ada orang yang masuk ke dalam ruangan itu, segera ia menghapus air matanya ketika langkah kaki itu mendekat dan menyapanya sopan.

"paman tidak apa-apa?" Arzan bertanya.

Setelah mengumpulkan keberanian untuk melihat wajah sang kekasih Arzan akhirnya masuk dan berdiri di samping wanita itu. Hati Arzan terasa teriris melihat kondisi kekasihnya, tubuh kurus terbaring lemah dengan wajah yang dipenuhi luka lebam. Arzan sampai tak bisa mengenali jika ini adalah kekasihnya.

lutut Arzan seketika melemah dan terduduk di kursi, ia tertunduk sesaat lalu matanya menatap sayu wajah gadis itu.

"Meg buka matamu, ini aku Arzan. aku ada disini meg." Arzan memohon dengan nada suara yang gemetar, "please, buka matamu. setidaknya bukan untukku tapi untuk ayahmu meg."

Arzan terdiam saat ia tak sanggup lagi menahan air matanya, ia menggigit bibir agar tidak meraung. betapa lemahnya Arzan saat itu padahal mega paling benci melihat cowok cengeng dan ayahnya pun pernah bilang untuk tidak menangis di depan wanita karena akan terlihat sangat lemah, tapi apalah daya kesedihan Arzan begitu besar sehingga tak bisa terbendung lagi.

Bib... bib... bib...

Monitoring di samping pasien berbunyi, layarnya menampilkan garis-garis yang menunjukkan grafik detak jantung pasien.

Arzan termenung sesaat lalu ia melihat jam dipergelangan tangannya sudah pukul delapan lewat, ia segera bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan tersebut karena waktu kunjungan sudah mulai berakhir, sebelum ia pergi ia berpamitan dengan wanita yang tengah koma tersebut, Arzan mengucapkan beberapa kata lalu pergi.

tak lupa Arzan berpamitan dengan ayah dari gadis tersebut, sepanjang langkah Arzan keluar dari rumah sakit ia terus terbayang sosok gadis tersebut.

aku tau kau gadis yang tangguh, bertahanlah demi aku, ayahmu, dan orang yang engkau sayangi, gumam hati Arzan tersenyum kecut melewati pintu keluar rumah sakit.

Arzan tak pernah menyangka jika dirinya sangat menyayangi gadis itu. padahal gadis itu sangat memusuhinya, seperti satu tahun yang lalu ketika mereka bagaikan kucing dan tikus disekolah.

*

*

*

"ARZAN! SETAN YA KAMU!" pekik seorang gadis dari tangga lantai dua.

Gadis berambut pendek dan bersuara lantang itu bernama Mega, dia seorang badgirl di sekolah ini, tidak ada satu pun siswi di sekolah ini yang berani cari masalah dengan dia. mata coklatnya melotot menatap pria di depannya yang sedang membelakanginya.

pria yang dipanggil Arzan tersebut menoleh kebelakang menampilkan wajah datar dan berkata dengan ketus, "Aku bukan setan, aku manusia."

mega menggigit bibirnya, geram dan tak tahu harus merespon apa, yang pasti dia sangat geram dengan Arzan sampai ingin melayangkan tinju padanya.

Namun itu tidak mungkin sebab Arzan anak dari pemilik sekolah ini, bisa bahaya jika dia memukul Arzan bisa-bisa dia dikeluarkan pihak sekolah dan dibully fans Arzan. Maklum Arzan orang yang populer baik di sekolah maupun di luar sekolah, pengikut akun medsosnya saja sampai beribu-ribu.

Selain tampan dan tinggi dia juga cerdas, berkali kali dia memenangkan olimpiade. Berbeda sekali dengan mega yang hanya berbuat onar dimata orang-orang.

"bisa gak sih lu gak usah ikut campur urusan gue dan ganggu gue!" tegas mega.

"emang kamu siapanya aku pakai ngelarang segala?"

"gue ibu lu," jawab mega jengkel dengan pertanyaan Arzan, urat kesalnya sampai muncul ke permukaan.

"kau mau jadi ibuku? mau jadi istri ayahku? adu jotos dulu dengan bundaku." Arzan tersenyum miring.

gila, batin mega menaikan sebelah alisnya.

"siapa juga yang mau nikah dengan bapak lu," bantah mega semakin kesal dengan Arzan.

"tadi siapa yang bilang?" Arzan mengingatkan.

mega menggertak giginya darahnya naik ke ubun ubun dan siap meledak dalam hitungan detik.

"INTINYA YA ZAN, LU GAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN GUE! NGERTI GAK LU?!" Mega meledak berteriak kepada Arzan.

"Dengar ya, aku tidak akan ikut campur urusan kau selagi kau tidak mencoreng nama baik sekolah. Anak-anak sepertimu bulannya harus dibina agar menjadi orang yang baik dan berguna bagi masyarakat bukan? Aku hanya membantu para guru untuk membina kalian, sebagai teman," kata Arzan sekilas lalu berbalik badan melangkah pergi meninggalkan Mega yang berdiri seperti patung dengan kedua bahu terangkat dan wajah amarahnya, asap mengepul keluar dari kepalanya sepertinya otak Mega tengah dibakar dengan emosi buktinya tak lama setelah Arzan menghilang dari pandangan mega melepas semua emosinya, dia teriak dan meloncat seperti orang gila.

"ARZAAAAAAAAAAN!" teriak mega tertahan kakinya pun ikut menghentak lantai sangking kesalnya dengan Arzan.

"Iiiiiiiiiih... ngeselin banget sih jadi orang. Rasanya pengen tak egh... remas remas kau zan," kesal mega berkacak pinggang mengatur nafas setelah melepas kegilaannya.

Arzan yang berada di lantai bawah mendengar teriakan mega lantas tersenyum tipis dan menggeleng kepala.

Disisi lain pula seorang wanita ayu dengan gamis pink tengah sibuk memotong sayur tiba-tiba menghentikan kegiatannya, ia melepas pisau dan memperhatikan tangannya yang entah kenapa terasa gatal.

"Kenapa nyonya?" tanya asisten rumah tangga yang kebingungan dengan nyonya.

Latika berbalik badan memperlihatkan tangannya pada assisten rumah tangannya yang bernama Sri sambil berkata, "Ini Lo bi, tanganku tiba-tiba terasa gatal rasanya ingin bogem seseorang." Latika tersenyum devil kearah Hasnah membuat Hasnah ketakutan. Ibunda Arzan ini sangat suka menakut-nakuti orang.

"Aduh, jangan bogem saya nyonya, saya gak salah apa-apa." Hasnah melambai-lambai sambil menggeleng kepala gak mau dibogem.

"becanda kok bi." Latika tersenyum manis lalu melanjutkan memotong sayuran, namun ditahan oleh Hasnah.

"udah biar saya aja nyonya yang nyelesain. nyonya istirahat cuci tangan lalu istirahat." Hasnah mau merebut pekerjaan namun tertahan ketika Latika mengeluarkan pepatah orang dulu.

"Kata orang dulu, kalau bekerja itu harus diselesaikan jangan sampai diambil oleh orang lain, nanti suami diambil orang lain. Saya gak mau dong suami saya diambil orang, bibi mau gak suaminya diambil orang?"

"Gak mau nyonya."

"Maka dari itu saya harus selesaikan pekerjaan ini, nanggung juga sebentar lagi selesai."

"eheheh... Iya Nyonya." Hasnah tertawa canggung, "Kalau tuan direbut kan bisa berabe?"

"Siapa yang mau jadi Istri suamiku? Adu jotos dulu denganku." Latika tersenyum licik menatap Hasnah, yang ditatap meneguk ludah kasar.

mereka kemudian bekerja ke pekerjaan masing-masing, karena sebentar lagi jam makan siang, suami dan anaknya akan pulang Latika dan Sri bergegas memasak makanan.

bersambung...

Terpopuler

Comments

Pacarnya Brandon Lim

Pacarnya Brandon Lim

ehhh.. di sini ada cowok namanya Arzan😅 tapi kang nyuri🤣🤣🤣🤣

2022-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!