Zian

kriiiiiiingggg....

lonceng berbunyi

Para guru keluar dari ruang majelis guru dan murid yang berkeliaran bergegas masuk ke kelas, kecuali Zian and dua manusia purba masih duduk santai di kantin menikmati sarapan. Zian kembali bersekolah setelah di skors satu minggu.

"eh udah masuk nih, cabut yuk," kata Iron selaku teman Zian.

"Zian belum bergerak jangan harap bisa cabut," sahut Rizal yang duduk di hadapan Iron.

"nanti kita kena marah guru."

"Alah kau ni, kita sudah sering lambat. Biasalah."

"iya aku tau, tapi ini jam pertama jamnya buk Laila, kau tak ingat kata buk Laila. Ehem 'kalau lambat lagi jangan harap bisa masuk kelas ibu lagi'," kata Iron meniru buk Laila lengkap dengan gerak tubuh.

"Hadeh. Bagaimana kita mau bergerak kalau Zian belum bergerak." Rizal melirik Zian dari sudut matanya, "Tak mungkin kita tak bisa tinggalkan."

"Pergilah. Tinggalkan aku sendiri." Zian berkata tanpa menoleh ke belakang.

Iron dan Rizal salah tingkah saat pembicaraan mereka terdengar, gimana tidak terdengar toh jarak meja mereka hanya lima langkah.

"ya udah kalau gitu kita ke kelas dulu, yuk." iron

Rizal mendengus kesal menatap Iron seakan matanya berkata 'apa apaan sih kau'

"Kalian ingin balik ke kelas pergi saja gak usah ngajak. aku masih betah disini."

Rizal meneguk ludah, sudah jelas Zian ingin mereka pergi atau lebih tepatnya mengusir mereka. Rizal buru-buru membungkam mulut Iron ketika dia ingin bicara.

"ya udah, kami ke kelas dulu ya," kata Rizal menarik Iron ikut bersamanya, dengan rasa tak enak hati meninggalkan Zian sendirian di kantin. Ia paham betul sifat temannya itu, jika mereka tak pergi sebelum lima menit, bisa-bisa kata mutiara hitam keluar dari mulutnya.

Zian melirik mereka dari ujung matanya lantas kembali fokus pada sarapannya.

"Tu anak kek ada masalah wajahnya kusut terus cuek abis." Iron berkata setelah mereka jauh dari kantin.

"Ais, kau macam tak kenal Zian. Dari dulu tampangnya emang gitu." Rizal menyahut.

"kali ini beda lah, terlihat jelas dari wajahnya kusut parah kayak kayak kayak... kayak mayat hidup." Iron menjelaskan sampai ia sendiri bingung.

"perasaanmu aja kali." Rizal melirik ke sembarang arah menghindari tatapan Iron, pemuda bermulut ember itu. Hati kecilnya mengatakan sesuatu tentang Zian.

Mereka melewati lorong yang sudah sepi, kegiatan ajar mengajar sudah dimulai sejak lima menit yang lalu.

Wajah mereka mendadak suram bahkan Iron yang dari tadi tersenyum gembira sekarang tersenyum kecut ketika berhadapan dengan Laila, salah satu guru killer di sekolah.

"Terlambat lagi, sudah berapa kali saya bilang jangan terlambat di jam mengajar saya. Ini bukan pertama kalinya lagi kalian terlambat, sudah berkali-kali..." Laila berkata tegas di depan pintu kelas. Semua murid memperhatikan mereka, "Saya sudah beri teguran dari kemarin, masih ingat kan?"

Mereka mengangguk.

"Kalau sudah tau kenapa kalian mengulanginya lagi?"

"Anu-" perkataan Reza di potong Iron, "Tadi Zian sakit. Kepala pusing dan kami mengantarnya ke UKS, jadinya kami terlambat buk."

Mata Rizal sebesar jengkol menatap Iron tak percaya, jelas-jelas tadi Zian masih di kantin. Bocah itu berani berbohong, sudah terlambat berbohong lagi, yang dibohongi gurunya lagi, kualat!

Rizal meneguk ludah, khawatir Laila tak percaya dengan kata Iron. bisa gawat sempat Iron ketahuan berbohong bisa-bisa dicap sebagai murid pembohong dan jangan harap dapat nilai bagus. Beh susah urusannya kalau begitu.

"Bohong. sudah terlambat bohong lagi. Kamu kira kebohongan kecilmu itu bisa dipercayai." Laila berkacak pinggang, "Zian itu jarang sakit. jikapun dia sakit pastinya dia gak masuk sekolah."

Nah kan, khawatiran Rizal benar. Tatapan rizan semakin datar rasanya ingin menghilang saat itu juga. Iron terdiam, memutar otak cepat.

"Zian juga manusia kan buk? pastinya bisa sakit bahkan sakit mendadak seperti tadi." sungguh keahlian bersilat lidahnya luar biasa, Laila sampai berpikir berulang kali lalu mengangguk, mereka dibolehkan masuk mengikuti pelajaran.

Rizal hanya bengong melihat keahlian Iron dalam berbohong, buk Laila ditipu dua kali dan percaya. Gak tau harus bilang apa Rizal hanya diam sampai dia duduk di kursinya, selama pelajaran pikirannya tak tenang.

rupanya setelah menjelaskan buk Laila izin keluar, degup jantung Rizal semakin besar ia tebak buk Laila pasti pergi ngecek Zian ke UKS.

Aduh, anak itu kan gak ada di sana, gawat nih, hati Rizal berkata. dilihatnya Iron enteng enteng saja kayak gak merasa ada beban, aslinya Iron lebih tegang dari Rizal.

Tak lama kemudian Laila kembali ke kelas menatap tajam mereka berdua. Habis lah sudah, mereka ketahuan berbohong hukumannya pasti lebih besar.

Selama pelajaran berlangsung mereka berdua tidak tenang.

Tiba jam istirahat. Iron dan Rizal bergegas menuju UKS sebab tadi Laila memuji Iron berkata jujur berati Zian ada di UKS.

"Zian!" Iron muncul di ambang pintu UKS.

huuus... siswa yang ada disana berdesis menyuruh Iron diam.

UPS, Iron menutup mulut lalu masuk mencari Zian disusul Rizal dari belakang. Zian berbaring paling pojok matanya terbuka saat dirasa ada dua mahluk astral di sebalahnya.

"bro, kau sakit?" Rizal bertanya santai beda dengan Iron yang langsung ngecek suhu badan Zian dari kening, telinga, sampai ke leher semua dicek lalu manggut-manggut kayak dokter yang baru saja periksa pasien.

"menurut permeriksaanku kau saki-"

"aku baik." Zian memotong Kalimantan Iron.

"lalu kenapa kau ada disini?"

Zian mengingat kembali kenapa dia berada di UKS.

lagi asik ngunyah makan Zian ditegur Kamarudin selaku guru di sekolah ini.

"kamu kenapa ada disini? gak ada jam ya?" Kamarudin tanya baik-baik eh malah diacuhin Zian, malah ia ditinggal pergi begitu saja. Entah kenapa hati Kamarudin jadi dongkol dengan tu anak rasanya ingin tak eegh remas remas tu anak, jadi guru kayak gak ada harganya.

Zian berjalan mengikuti hatinya, bukan ke kelas tapi ke tempat bermain basket melihat anak kelas lain main basket. Duduk anteng gaya preman minta jatah bulanan. lagi anteng antengnya duduk tiba-tiba...

DUUUP....

bola basket cium kepala Zian. suasana hatinya tambah buruk, urat kesal terlihat jelas. para pemain basket ngeri-ngeri sedap minta kembalikan bola. Wajar mereka takut, menurut rumor yang beredar ayah Zian merupakan preman terkuat di kota yang sangat kejam bahkan sudah berapa kali keluar masuk penjara.

mereka meneguk ludah ketika Zian mendekati mereka.

"siapa yang melempar ini tadi?" Zian bertanya, suaranya menakuti mereka.

mereka saling lirik dan salah satu darinya mengajukan tangan, detik itu juga bola menghantam wajah siswa itu. tidak ada yang berkutik melihat kejadian itu, Zian lantas pergi.

Tak ada tujuan lain selain kelas, Zian mendengus kesal ia malas menghadiri kelas nanti kena omel guru, akhirnya Zian ke UKS dengan dalih kepala pusing saat ditanya pengurus disana. akhirnya dia ketemu tempat yang sangat pas untuk tidur siang.

flashback off

"hmmm..." mengusap dagu.

"btw, tadi Bu Laila ke sini?"

"hmm, gak tau. emang dia kemari?" Zian mengangkat bahu, mana tau dia kan tidur.

lah, kedua temannya saling pandang.

"makan yuk, lapar."

Zian turun dari kasur mengenakan sepatu. iron dan Rizal mengangguk mereka mengikuti langkah Zian. pas keluar dari UKS Arzan and friends lewat, sekilas Arzan melirik Zian yang dilirik menatap sinis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!