Dasar bluun, batin Mega mengumpat kesal dirinya dan temannya tertangkap basah oleh Arzan dan berakhir di ruang BK.
Hmm...
Anton, sang guru BK menatap ketiga murid bermasalah tersebut dengan tatapan menindas, kedua tangan dilipat didepan dana biar terlihat sangar.
"Kalian bertiga lagi," ujar Anton menggeleng kepalanya, pusing melihat mereka bertiga terus selama seminggu ini.
"Arzan kamu boleh kembali ke kelas," perintah Anton membiarkan ia pergi takutnya anak kepsek ketinggalan pelajaran.
Arzan berjalan keluar dari ruang BK, sebelum meninggalkan tempat ia melirik Mega sekilas lantas pergi setelahnya.
ARZAAAAAAAAAAAN! jerit batin Mega geram melihat wajah tampan namun memuakan tersebut. Mega harus menekankan telinganya mendengar curahan rohani dari Anton.
Arzan berjalan di lorong kelas, pikirannya melayang memutar balik ingatan beberapa menit yang lalu.
Bolos? batin Arzan bertanya. Ia berpikir sepanjang jalan menuju kelas, ada yang jangan dari kalimat barusan. Jujur saja ia tak percaya dengan ungkapan Mira yang ingin ke kantin, ia yakin mereka bertiga merencanakan sesuatu seperti bolos, maka dari itu untuk membuktikannya Arzan izin pada pak guru yang baru saja masuk.
Arzan mengikuti instingnya, kemana kira-kira Mega dan temannya pergi, ketika di kantin mereka tidak ada kalau di kelas mustahil pula, sebab jika mereka balik ke kelas mereka pasti melewati kelas Arzan dan arzan yang mengawasi sejak masukan tidak melihat adanya mereka lewat.
Pikiran arzan sudah menebak mereka bolos seperti yang dikatakan Mira, ia berjalan menuju tembok belakang sekolah sebab tempat itu sepi dan jarang dijangkau pengawas. Tebakannya benar ketika ia mendengar suara teriakan cewek dan keributan.
Arzan melihat mereka sedang membantu Mira manjat tembok satu di atas menarik tangannya dan satunya dibawah yang menurut arzan orang yang paling apes.
"Sudah tahu tinggi masih," batin Arzan bergumam heran. Ia menggeleng pelan dan melangkah mendekati mereka.
Arzan bersender disebuah pohon mengamati mereka, ketika Mira hampir mencapai puncak Arzan berusara mencegah mereka, "Berhenti!"
Deg...
Mereka bertiga seketika mematung di tempat.
Karin yang berada di atas melihat Arzan dan seketika melepas tangan Mira mengakibatkan Mira jatuh tertimpa Mega.
BRUUUK...
Bumi bergetar untuk kedua kalinya mereka terjatuh.
"ups... sorry." Karin menutup mulutnya dengan tangan.
"Kalian ngapain? Mau bolos?" tanya Arzan melipat kedua tangannya di depan dada sambil nyender di pohon yang tidak jauh dari tembok.
"Kata siapa? Orang lagi latihan panjat tebing." Alasan Mega mengelak dibilang tuduhan yang merupakan fakta. Ia dan temannya bangun menepuk-nepuk membersihkan roknya yang kotor.
"Manjat tebing dari mana? Kalian mau bolos kan?" tekan Arzan fakta sudah jelas didepan mata mereka gak bisa ngelak meski sejengkal.
"Berisik lu Bebek!" Mega membentak setelah tidak tahu harus berkata apa.
"Bisa gak sih lu gak ikut campur urusan gue. Gue jungkir balik kek, ngapain kek, lu gak usah ikut campur. Lu itu brengsek banget tau gak-" Perkataan Mega disalib Arzan.
"Udah ngomongnya? Sekarang ikut aku," perintah Arzan menatap mereka dingin.
"Gue gak mau ikut elu," tolak Mega kasar.
"Kamu harus ikut. Aku tidak akan biarkan murid sepertimu lolos atau nanti yang lainnya ngikut." Arzan berkata dingin, ia menepati kata-kata tempo waktu bahwa dia tidak akan membiarkan murid yang merusak citra dan nama sekolah.
Mira dan Karin diam menyaksikan pertengkaran dua orang itu, namun akhirnya mereka tetap berada di ruang BK, awalnya Arzan menyeret paksa Mega tapi akhirnya Mega suka rela menyerahkan diri berjalan sendiri ke ruang BK.
Setelah menjelaskan ini itu titik bengik persoalannya, Arzan kembali ke kelas.
"Kau dari mana? Lama amat." Saman bertanya ketika Arzan duduk di bangkunya.
"Dari BK." Arzan menjawab.
Saman ngeleng sesaat, batinnya bertanya-tanya 'ngapain Arzan ke ruang BK?'
Saman menepis pikirannya, fokus memperhatikan guru di depan.
Disisi lain Mega dan temannya masih berhadapan dengan Anton.
"Sebagai hukumannya kalian bertiga bersihkan toilet," ujar Anton.
"NANI?!" pekik Karin ala Jepang.
"Nani Nani, Nani tetangga bapak." Anton meledek.
"EWW... Kotor." Mira bergidik jijik.
"Kalian pilih yang mana garuk punggung lembu atau bersihkan toilet?" tawar Anton yang hanya sebuah candaan belaka.
"Garuk punggung sapi lah." Mega dan Karin menjawab mantap
"Gak keduanya." Mira gak setuju.
"Agh, udah sana sana pergi bersihkan toilet yang diujung itu." Anton mengusir, kepala akan semakin sakit jika mereka berlama-lama di ruangannya.
Mereka bertiga bubar meninggalkan ruang BK menuju toilet cewek yang ada diujung kelas sepuluh D.
Sesampainya disana mereka meneguk ludah kasar, melihat toilet yang gak terlalu kotor, Namun kotor dimata Mira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments