ARZAN
****
Tap tap tap...
langkah kaki menghentak berirama, semua perhatian tertarik padanya.
Waaaah... Kata yang keluar dari mulut siswi yang tengah berada di pintu dan jendela kelas ketika melihat bintang sekolah tersebut lewat.
Siswa yang menghalangi jalan, menepi memberi jalan untuknya, sambil menyapa.
"Hay Arzan!" sapa mereka pada bintang sekolah itu.
"Hay!" Bintang sekolah yang bernama Arzan kembali menyapa.
"Pagi Zan!" Sapa yang lainnya.
"Pagi." Arzan balik menyapa dengan lembut. Sikap lembut tak pernah lepas dari karakter Arzan.
wajah Arzan mendadak datar, ketika dua orang secara misterius muncul di sebelahnya dengan langkah serentak mengikuti gaya Arzan.
"apa-apa lah kalian ni." Arzan menghela nafas, tahu di sebelah kiri dan kanan teman baiknya.
"Hehehe." siswa di sebelah kiri cengengesan tak jelas, menyapa Arzan dengan girang, "Pagi kapten."
"pagi fit." Arzan membalas sapaan.
siswa berambut poni itu, Dafit.
"Zan, pr udah siap blum?" siswa di kanan Arzan bersuara.
"Sudah." Saman bersuara
"Halah, topik kalian garing. setiap kali bertemu nanya PR, nanya pelajaran, gak ada yang lain apa?" Dafit berkata sambil mengali harta Karun di hudung.
Arzan dan Saman menatap geli dafit, gak habis pikir bisa-bisanya anak kolemerat bertingkat seperti ini.
Mata mereka berdua hampir keluar saat dafit mencolek-colek kelingkingnya di tembok sekolah.
dosa apa itu tembok? sampai kena upil dafit! Sungguh ini tindakan yang kejam.
tembok sekolah yang suci, tercemar upil dafit. Andai saja temboknya bisa bicara sudah kena maki Dafit. Bayangin ada siswa lewat terus pegang tembok atau sandaran di tembok terus upil dafit nempel di tangan atau baju mereka?
"eeew." Saman gak bayangkan kek mana ekspresi mereka kalau tahu itu upil dafit. membayangkan saja sudah merinding. Apalagi kalau siswa itu mereka berdua, bisa gak makan dua hari.
"Kalian kenapa?" Dafit melirik temannya, jari kelingking masih setia menggali harta Karun.
"Jorok kau, fit," kata Saman.
"Yak elah, kayak kalian gak pernah aja."
"Tapi gak gitu juga lah. Masak ngupil depan orang." Arzan berkomentar sambil melambaikan tangan membalas sapaan mereka.
"Mendesak Zan, Hidung aku gatal." Dafit mengusap hidungnya.
"Jorok kau! Sana cuci tangan!" perintah Saman dibalas tatapan datar dari dafit.
Ide jahil terlintas, Dafit tersenyum penuh arti, alisnya naik turun menatap Saman penuh arti. Dahi Saman berkerut melihat dafit.
"Wei Wei Wei, kau mau apa fit?" Saman melangkah mundur ketika Dafit mendekat dengan jari kelingking bergoyang seakan kelingkingnya ingin mencicipi baju Saman.
"DAFIT GAK WARAS!" Saman menahan kepala Dafit agar dia gak tidak mendekat, "ZAN LIHAT TEMANMU SATU INI!"
Arzan cekikikan ketawa melihat kedua temannya, apalagi ekspresi Saman.
Mulut Arzan membentuk o ketika jari dafit mencolek baju Saman.
GRUUUUUUR...
Mendadak langit mendung, Dafit berhenti tertawa. Saman tertunduk disekitar tubuhnya keluar aura menakutkan, tatapannya tajam menatap Dafit.
"he-he-he, sorry Sam. Aku bercanda. Baju kau tak kotor, tangan aku ngupil sebelah kiri bukan kanan, tangan yang kena baju kau sebelah kanan." Dafit cengengesan, menggaruk-garuk tekuk yang tak gatal.
"ngajak 'cam' bilang." Saman menjepit leher Dafit diantara ketiaknya, tangan satunya mengepal erat menggesekkan kuat di kepala Dafit.
Arzan geleng-geleng kepala sudah biasa lihat mereka begitu, setiap kali bertemu ada-ada saja tingkah laku mereka. Ia berjalan dulu ke kelas.
"Zan jangan tinggalkan aku."
"Jangan mentang-mentang orang kaya aku tak takut dengan kau. Mak aku penat cuci, belum setengah hari sudah kotor."
"Aw, sakit." Dafit mengaduh.
wuuusss...
Dafit dan Saman seketika terdiam ketika seorang siswi berlari sekencang angin melewati mereka.
"yang tadi lewat cewek ya?" Dafit melongo.
"bukan, cowok. ya cewek lah, kau tak liat apa pakai rok. mana ada cowok pakai rok." Saman kembali mengusap kepala Dafi dengan tinjunya.
Arzan berjalan santai melambai tangan pada siswi yang menyapanya. Seketika wajah cool itu berubah meringis kesakitan ketika seorang siswi menabrak bahunya, hampir saja Arzan tersungkur dibuatnya. Belum sempat Arzan menegur siswi itu sudah berlari menjauh.
"Hey!" Arzan ingin menghentikan langkahnya, tapi dia sudah menjauh menghilang dibelokkan. Ia mendesis mengusap bahu, rasanya kek habis disenggol batang pohon.
"itu cewek cepat amat ya larinya tak sesuai dengan badan." Saman menyahut, Arzan memicing mata kalimat Saman tadi kek mengintimidasi dan Arzan paling tak suka orang yang mengintimidasi.
"kenapa?" Saman menatap bingung.
"kalimat barusan kayak mengintimidasi." Arzan berkata.
"yak- Yaelah Zan, becanda doang. jangan dianggap serius." Mulut Saman memang suka ceplas-ceplos.
"ngomong-ngomong kau kenal cewek tadi?" Arzan bertanya.
"Dari belakang kayak Mega." Saman menjawab sambil melangkah ringan.
"Ha?!" Arzan menaikan sebelah alisnya.
"kot," kata Saman lagi gak pasti dengan perkataannya, Arzan memberikan tatapan datar padanya.
"Yo bro!" Saman melambai tangan pada temannya yang lewat, Arzan turut melambai juga.
Hari masih pagi dan sekolah sudah ramai. di depan kelas Siswa yang kena jadwal piket sibuk menyapu kelas, lap jendela, pungut sampah di depan kelas. Arzan lewat menyapa mereka dan disapa balik.
Kelas Arzan di lantai dua, A.
Langkah Arzan terhenti di depan kelas dua E, melihat isi kelas. Sunyi, satupun tak orang.
"tumben sepi ni kelas? biasa ramai." Saman ikut mengintai, matanya menjelajah seisi kelas, kosong melompong gak ada penghuni.
"belum datang mungkin," balas Arzan, "Ya udah, ke kelas aja yuk."
Saman mengangguk.
BAAA...
Mereka berdua kaget ketika berbalik badan ada Mega membawa tong sampah.
"ngapain kalian disini?" tanya mega rada ingin ngajak berantem.
"Aaa.. kebetulan lewat." Arzan berkata. Saman diam, bersembunyi di belakang arzan. Saman menyenggol lengan Arzan, ngajak pergi.
"punten neng." saman manggut-manggut melewati siswa gempal, Arzan mengangguk sekali sambil tersenyum yang tak memudar.
Arzan menggeleng duduk di kursinya, melirik jam di pergelangan tangan. "Sebentar lagi masuk." ujarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments