"Punten paket!" seru Mega berjalan masuk dengan kaki terpincang-pincang, meletakkan dua nasgos di atas meja, ayahnya yang duduk di depan tv melihat putrinya heran.
"Kenapa kaki lu?" tanya Bram, ayah Mega ketika anak itu duduk di sofa sebelahnya.
"Anakmu habis kecelakaan," tutur Mega tanpa sopan santun, dan sepertinya ayahnya tidak mempermasalahkan itu, toh keluarga ini tidak memiliki sopan santun.
"Akh, pelan yah. Sakit." Mega meringis ketika kakinya disentuh ayahnya. Setelah dibolak balik dilihat dengan teliti Bram menyimpulkan kaki anaknya mengalami pembengkakan diarea pergelangan kaki dan harus diurut supaya tidak parah.
Saatnya tukang urut beraksi.
Bram menuju ke dapur mengambil minyak dan sebutir kecil bawang merah, lalu dihancurkan dan dimasukkan kedalam piring berisi minyak makan.
Mega memperhatikan ayahnya yang datang membawa piring berisi minyak yang telah dicampur bawang geprek.
"Kenapa lu bisa kecelakaan?" tanya Bram mengambil kaki anaknya dan meletakkan di atas pahanya agar mudah di urut.
"Aaaad du du du duh..." Mega mengasuh kesakitan ketika kakinya diurut.
"Tadi gue diikuti sekelompok orang, ADE DE DE DEH!" Mega menjerit ketika kakinya ditekan kuat oleh ayahnya.
Bram terdiam melotot menatap Mega, tangannya menekan kuat kaki Mega, Bram tersadar ketika Mega menepuk tangannya pelan.
"Sekelompok orang? Siapa mereka?!" tanya Bram dengan wajah linglung.
"Mana gue tahu siapa mereka, yang pasti mereka kayak om om preman seperti teman ayah itu. Aku jatuh ketiban motor gara-gara ada yang nerjang motor bebek butut itu." Mega menjelaskan.
Bram terdiam tidak merespon perkataan anaknya, ia berpikir keras siapa yang berani menganggu anaknya, tangannya tak tinggal diam masih telaten mengurut kaki Mega.
Selesai diurut kaki Mega diberi param yang terbuat dari buah pala yang ditumbuk hingga hancur dan dicambur dengan yang lainnya, lalu diberi air, setelah itu dioleskan ke kaki yang sakit.
"Bisa lu sebutkan ciri-ciri mereka?" Bram meminta dengan raut wajah serius. Mega menarik kakinya dan membenarkan duduknya, dia mulai menjelaskan ciri-ciri orang yang dia lihat sedangkan Bram menyimaknya dengan seksama.
Setelah selesai menceritakan semuanya Mega menyantap nasgornya, meskipun kakinya sakit napsu makannya tetap kuat bahkan bagian ayahnya ingin direbut.
Setelah mengisi perutnya Mega masuk ke kamar untuk istirahat, karena sulit berjalan Mega digendong ayahnya.
"Tidurlah cepat, besok harus sekolah." Bram berkata menurunkan Mega di kasurnya.
"Sekolah?" Bram menoleh pada Mega yang bertanya, menatapnya heran.
"Kenapa? Mau libur?" Mata Bram melototi Mega, seakan tahu jika anaknya ini mau libur sekolah.
"Tidak bukan apa-apa." Mega memutar bola mata memilih tidur daripada mendengar ayahnya mengomel tentang sekolahnya.
Bram keluar dari kamar, ia mengeluarkan ponsel dari kantong celananya dan menghubungi seseorang.
.
.
.
"Bim, tidur sudah jam sembilan ini," kata Arzan mengajak adiknya tidur. Bimbi mengangguk melepas pensil warna dari tangannya, berjalan menghampiri Arzan sambil mengucak matanya.
Mereka secara bersamaan menaiki tangga. Ketika sampai di depan pintu kamar Bimbi Arzan mengingatkan adiknya, "Sikat gigi sebelum tidur, ambil air wudhu, dan jangan lupa baca doa."
"Baik~" Bimbi masuk kedalam kamarnya menutup pintu.
Arzan berbalik masuk ke kamarnya, yang berada disebelah kamar Bimbi, sebelum istirahat Arzan menyempatkan dirinya mengerjakan rutinitas sebelum tidur seperti buang air kecil, menyikat gigi, lalu mengambil air wudhu, tak lupa ia menyisir rambutnya seperti yang diajarkan di pesantren setelah itu ia pergi tidur. Menutup mata untuk mengakhiri hari yang terasa panjang dan melelahkan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments