Malam beranjak larut, kegelapan menguasai sebagian dunia.
Wooo!
Sorak sekumpulan orang-orang
Brumm...
Mobil sport Mercedes-AMG G* datang membelah kerumunan, semua mata tertuju padanya, decap kagum serta geleng kepala saat mobil itu berhenti di tengah-tengah mereka, dengan cepat mereka mengerumuni melihat lebih dekat.
Pintu mobil terbuka seseorang keluar penuh gaya, saat ia melepas kacamatanya sambil menunjukkan senyum memikat, cewek-cewek mendadak mendekatinya.
"Zian!" jerit salah satu dari mereka.
"Hay! Darling," sapa Zian melambaikan tangan merangkul wanita didekatnya dan mengecup pipi mereka. Zian sangat populer dikalangan cewek, lihat saja dia dikerumuni banyak wanita.
"Lihat Zian, lagi-lagi dikerumuni ciwi-ciwi," ujar cowok berambut merah yang tengah bersandar di mobil sport milikinya dengan tangan melipat di dada.
"Dia sangat populer dikalangan wanita...," sahut temannya tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya, "Jangan merasa iri coba lihat tampangnya sesuai, beda dengan kau tampang berbelok dari gaya rambut," sindirnya.
Kening si rambut merah berkerut, "Cih, menang tampang doang," gumamnya.
Sekilas temannya melirik tersenyum mengejek.
"Jangan salahkan kalau dia populer dari kau," lanjutnya, memasukan ponsel kedalam saku celana turut melipat tangan memperhatikan Noval, "Btw, lu mau taruhan sama gue?"
"Taruhan apa?" tanya si rambut merah.
"Malam ini dia balap dengan ketua geng Koba, gue dengar dia menjuarai setiap balapan. Pertandingan malam ini bakal seru, lawan yang sepadan... Lu kira Zian bakal menang melawan dia?"
"H, Zian bakal kalah. Lawan kali ini tak sepadan dengannya," kata si rambut merah menghela nafas.
Temannya tersenyum kecil, "Yakin? Taruhannya mobil lu jadi milik gue." Ia menyorongkan tangan, "Deal?"
"Deal." Si rambut merah menyambut tangan dia, "Kalau Zian kalah mobil lu jadi milik gue."
"Oke."
"Gue menanti kekalahan Zian, hahahaha!" gelak Si rambut merah.
"Lu gak tau dia, kalau belum pernah bertanding langsung dengannya." Si rambut merah melihat raut wajah temannya berubah serius, "Dia berbeda dari yang kau lihat sekarang."
Rambut merah menyeringit tak mengerti, dia tidak tahu siapa sebenarnya Zian. Dia baru bertemu sebulan terakhir dan tak pernah menyaksikan Zian beraksi di lintasan.
"Kau pernah bertanding dengan dia?" tanya rambut merah.
"Be..." Mendadak mulutnya berhenti, saat ia lihat sebuah mobil sport keluaran terbaru datang, mulutnya terbuka lebar. Setiap mata melirik mobil tersebut.
"Siapa pula bawa mobil tu?" tanya rambut merah memperhatikan setiap bodi mobil, sampai pandangannya tertuju pada sang pemilik mobil yang keluar, dahinya berkerut melihat pemilik mobil memakai masker hitam. "Sensi amat jadi orang, pakai masker segala. Lu kenal gak?"
"Gue gak kenal, wajahnya tertutup."
Farhan melihat sekitar, ia melihat Zian yang tengah asik bercumbu menggoda ciwi-ciwi disekitarnya.
"Apa dia pandai balap?" tanya rambut merah.
"Entahlah, gue belum pernah lihat dia bertanding sebelumya."
Sasaran empuk, Rambut merah menyeringai.
"Walaupun begitu lu jangan menganggap dia remeh." Temannya menyahut, Seakan tahu apa yang dipikirkan si rambut merah.
"Apa! Gue cuman mau tantang dia. Lagian sayang kan kalau Mobil doang yang bagus kalau gak ada skill dan ahli dalam mengemudi percuma, mending tu mobil tuk gue."
"Naif," gumamnya melihat sekilas Farhan yang dikerumuni banyak orang. Sekilas mata mereka bertemu, cepat ia memalingkan pandangan, gila tatapan matanya nusuk benar, batinnya berkata ekali lagi ia melirik Farhan lalu memalingkan wajah, Sial, dia masih menatap gue.
Si rambut merah bingung dengan tingkah temannya.
Farhan melirik menatap jijik berapa orang terpukau melihat mobilnya. Ia tak begitu suka dikerumuni banyak orang.
"Yo bro!" Zian datang menepuk pundak Farhan, yang ditepuk melirik tangan Noval.
"Singkirkan tangan lu," ketusnya, cepat Zian menjauhkan tangannya, dia tahu Farhan lagi bedmood dan muka dibalik masker itu pasti kusut.
Zian menghela nafas, mengambil rokok dalam kantong celana.
"Tumben kemari? Mau ikut balapan juga?" tanya Noval sambil menghidupkan pemantik.
Tak ada respon dari Farhan.
Zian menghisap rokoknya lalu ia hembuskan, asap rokok keluar dari mulutnya.
"Kenapa pakai masker segala sih? Ini diluar organisasi lagian gak akan ada yang mengenal lu," ujar Zian kembali menghisap rokok.
Tetap saja tak ada respon dari Farhan.
"Mau balapan?" tawar Zian sekali lagi, "Kalau mau, lu gantikan gue. Tenang saja, lawan kali ini bukan kelas teri. Dia ketua gang daerah sini, geng LEGI."
Farhan melirik Zian, yang dilirik mengangkat kedua alisnya, "Ketua sama ketua. Bagaimana? Bagus kan? Mau?" tawar Zian.
"Apa taruhannya?"
"Kekasihnya." Zian menjilat bibir sensasional, "Dan many plus mobil balap miliknya."
"Apa yang kau taruhkan?"
Zian menyeringai merogok kantongnya, ia tunjukan kotak kecil kepada Farhan saat ia buka.
"Sinting," umpat Farhan usai melihat isi kotak kecil tersebut.
Zian terkekeh, menyimpan balik kotak tersebut kedalam kantongnya.
"Gue bakal taruhankan berlian beharga ini, dia gak bakal nolak. Taruhan yang ia berikan tak sebanding dengan gue."
"Buta jika dia nolak tawaran lu. Gue gak mau balapan."
"Kenapa? Bentar-bentar." Zian memperhatikan wajah Farhan, yang diperhatikan mengerutkan kening, "Lu lagi ada masalah?"
Lipatan kening Farhan semakin jelas, Zian perhatikan dengan teliti kek lagi baca raut wajah.
"Mau hilang tu mata?" ancam Farhan.
"Hmm, benar. Lu ada masalah." Zian menjauh berapa senti. "Kalau ada masalah cerita saja, gue siap dengar dan beri solusi?"
"Masalah gue banyak, lu tau sendiri kan?"
"Yang gue maksud bukan Maslah itu, tapi masalah hati." Zian menunjuk hati Farhan.
"Singkirkan tangan lu."
Dengan sigap Zian menarik tangannya.
"Gak mau cerita nih?" Zian melirik.
Farhan memalingkan wajahnya, ia tak tahu harus cerita apa tidak? Masalahnya, berapa hari terakhir ada yang ganjil dengan hatinya. Perasaanya seperti dimainkan.
"Va-"
"WOI Zian!"
Zian menoleh kearah suara yang memanggil namanya. Alisnya naik sebelah melihat penantangnya sudah datang beserta rombongannya dan...beserta barang taruhannya, pacar ketua geng LEGI. Zian mengedipkan mata menggoda barang taruhan tak kala pandangan mereka bertemu. Si barang taruhan memalingkan wajah, jujur saja ia kesal dengan kekasihnya yang tega menjadikan dia taruhan, dengan dalih menjatuhkan Zian dan tak akan membiarkan Noval menjuarai balap.
"Apa dia lawanmu?" tanya Farhan.
"Yah, dia sempurna. Tipeku bukan?" Zian tersenyum pandangan tak lari dari dari darinya.
Farhan tak menjawab.
"Akan ku bawa dia untukmu."
"Aku tidak perlu." Sekarang yang ada didalam pikiran Farhan hanya satu orang yang membuatnya gila memikirkannya berapa hari terakhir.
Noval tersenyum menyapa ketua geng LEGI. Mereka berdua saling menyapa.
"Siapa namamu nona?" Noval menyapa pacar ketua geng LEGI, wanita yang akan ditarukan. Bagi Zian mengetahui nama wanita yang akan menghabiskan malam bersamanya sangat penting.
"Melani," menjabat tangan Zian.
"Gue Zian, cowok terganteng disini. Senang bertemu denganmu melani." Zian mencium punggung tangan Melani, nama wanita itu.
"Kau sangat cantik malam ini?" Zian mengedipkan mata.
Melani tersipu dengan perlakuan yang diberikan Zian. Baru pertama bertemu sudah ada kesan begini.
Ketua geng LEGI, pacarnya Melani Leng in naik darah melihat pacarnya disentuh Zian.
"Sudah cukup perkenalannya!" Leng in melerai mereka, "Mari kita mulai, sesuai kesepakatan yang dibuat. Apa taruhanmu?"
Zian menunjukkan taruhannya, berlian langka miliknya. Mata Leng in dan orang-orang sekitar mereka membuat sempurna sekaligus terpukau dengan taruhan Zian, bahkan si rambut merah tadi ingin menantang Zian. Mereka semua ingin bertanding melawan Zian, siapa yang tak tergiur coba. Bahkan mereka yang sudah pernah melihat langsung Zian bertanding ingin mencoba lagi.
"Hey!" Zian menyeru Leng in dari dalam mobil, Leng in kaget sejak kapan Zian sudah berada di dalam mobil.
"Apa kau setuju? Bisa kita mulai sekarang? Aku sudah tak sabar mencicipi dia." Zian menjilat bibirnya, dari sorotan matanya nampak dia sangat kelaparan ingin segera mencicipi Melani.
Leng in menggertak gigi, segera masuk kedalam mobil balapnya. Mereka mengambil posisi masing-masing, seorang wanita seksi berdiri di tengah-tengah membawa bendera di tangannya.
"Satu!" Tangan si gadis terangkat, memberi aba-aba.
"Dua!"
Leng in melirik Zian dalam hati meremehkan kemampuan Zian, walaupun selama ini sudah mendengar cerita Zian si raja balap liar, kemampuannya dan kejuaraan yang ia menangi. Namun Leng in tetap menganggap remeh Zian, baginya Zian tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya yang sudah gelut di dunia balap liar dari usia remaja dan lagi di pertandingan kali ini seperti biasanya Leng in punya rencana busuk, bukankah begitu dalam balap liar segala cara dihalalkan.
"Tiga!" Bendera di kibar segera mereka menancap panel gas melaju di jalan aspal suara tepuk tangan dan sorakan bergerumuh riuh. Farhan melihat Melani dari kejauhan.
Melin tak menyukai keputusan Leng in menjadikan dia sebagai taruhan, walaupun Leng in sudah menyiapkan siasat untuk mengalahkan Zian dan berjanji kalau dia akan menang. Namun tetap saja Melani tak menyukainya, apa dia tak beharga bagi Leng in?
Awalnya ia pikir Zian cowok gemuk seperti Leng in tapi setelah melihat Zian ada sedikit rasa senang selain tampan sikap yang ia tunjukkan tadi sedikit menyentuh hati Melani, berbeda dengan sikap yang ditunjukkan Leng in padanya. Ia juga tak masalah juga jika Leng in kalah dan dia jadi milik Zian. Masalahnya, apa rencana Leng in berjalan dengan mulus? Jika benar sedikit kemungkinan Zian bisa menang. Jujur Melani tambah cemas, ia takut Zian kalah.
Walau hati Melani ingin Leng in memang, tapi hati kecilnya meminta Zian memenang.
Apa yang kau pikirkan Mel? Kau tak akan rugi, untuk apa menghawatirkan siapa yang kalah? Jika Ling in menang kau dapat berlian dan jika Leng in kalah kau jadi milik Zian, batin Melani.
Melani membayangkan mobil Zian terbalik akibat ulah Leng in.
Wuuus...
Dua buah mobil melesat cepat di lintasan. Zian memimpin balapan, sedangkan Leng in menyusul dibelakang, Zian lincah memutar stir melewati tikungan tajam.
Leng in tersenyum miring, menunggu rencananya berjalan.
"Tertawalah semaumu Zian sebelum aku tertawa di atas kekalahanmu."
"Satu." Leng in menghitung menunggu kejutan untuk Zian.
"Dua." Senyumnya semakin lebar.
"Egh, ada apa ini?" Zian sedikit kesulitan mengendalikan stir. Wajahnya pias.
"TIGA! BOOOM!... HAHAHAHA!!!" Leng in tertawa lebar sampai ia keselek melihat tak terjadi apa-apa pada mobil Zian.
"APA?! MANA LEDAKANNYA?!" Leng in murka, menancap gas mengejar Zian.
Leng in mengumpat dalam hati, rencananya gagal. Tanda-tanda kerusakan pada mobil noval tidak ada, jangankan tanda-tanda mobil noval tampak baik-baik saja. Apa anak buahnya tak melakukan tugas dengan benar? Apa dia mereka sudah merusak mobil noval apa belum? Rencana Leng in merusak mobil Noval, memodifikasi mesinnya.
"Sial mobilmu Farhan, tak satu hati lalu." Noval mengumpat.
Tapi kenapa Farhan suruh aku bawa mobil dia... Oh gawat Zian, sempat mobil ini lecet bisa dikuliti kau. Zian mengidik ngeri.
Mata Zian melotot melihat dari spion Leng in menyusulnya dan berada di sebelahnya, firasatnya berkata lain.
"Wow!" Yang benar saja, Leng in menyerempet mobil Zian. Untunglah Zian cepat menghindar, mobil Leng in menabrak tembok tol.
Bedecit suaranya.
"Untung saja Zian, sempat mobil ni lecet. Matilah kau." Keringat dingin Zian jika sempat mobil Farhan kenapa-kenapa, bisa dikuliti hidup-hidup Zian.
"WOOO!!!" Sorakan penonton terdengar riuh saat lihat mobil balap perseta mendekat.
"NOVAAAAL!" Leng in mengejar mencoba mendahului Zian.
Farhan melipat tangan, melihat mobil balapnya melintas melewati garis finis.
Wuuus...
Mobil Farhan dikerumuni banyak orang.
"Zian! Zian! Zian!" Sorak mereka menyambut kemenangan Zian.
Leng in keluar dari mobil dengan gejolak amarah, menghampiri Zian.
"Zian!" Leng in berteriak diberhadapan Zian.
"Kau sudah kalah Leng in." Zian tersenyum mengejek, Leng in tak biasa berkata-kata, ia sudah kalah.
Tapi, Leng in tak terima kekalahannya, darahnya semakin naik melihat Noval merangkul pacarnya.
"Baj*ng*n." Leng in mengumpat pergi. Kekalahannya kali ini akan dia ingat, ia akan beri pelajaran buat Zian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments