"IIIIH!!" kesal Mega membanting alat pel ke lantai sambil ngomel-ngomel dan mengumpat tak jelas.
"Ewww, tangan gue kotor," keluh Mira mengelap cermin.
"Eh, nek lampir lu ngelap atau belai?!" Karin meneriaki Mira dari dalam toilet, "Gitu aja ngeluh, nih liat gue obok lubang kloset."
"Lu gak jijik apa obok ituan?" Mira menatap jijik Karin. Dia, sarung tangan karet, dan sikat WC semuanya tampak menjijikkan di mata Mira, tapi sebaliknya di batin Karin dia yang paling keren ia tidak merasa jijik sedikitpun, sebab sudah terbiasa.
"Sudah terbiasa. FUUUUH..." Karin meludah ketika cipratan air closed masuk ke dalam mulutnya.
Lidah Mira terjulur jijik, menjerit geli diiringi tawa. "IIIIIIY! KARIN MAKAN T@i! HAHAHAHA..."
Mega yang tadinya kesel melihat Karin tertawa terbahak bahak sampai bangkek Karin cepat mencuci mulutnya, rasanya ingin muntahkan seluruh isi perut sangking jijiknya, padahal yang ciprat ke dalam mulut hanya sekecil t@i mata namun masih terasa di mulut.
Karin terus kumur-kumur dan gosok mulutnya dengan tangan sebelumnya ia lepaskan sarung tangannya. Ingin rasanya Karin gosok mulutnya dengan sabun sampai bersih namun itu tidak mungkin bisa-bisa dia mati ketelan sabun.
Mega yang tertawa bangkek melangkah mundur tanpa menyadari ada ember berisi air belakangnya mengakibatkan dirinya terjatuh dan seragamnya basah.
"BWAHAHAHAHAHA!!!" kali ini Mira tertawa paling keras sampai matanya berair dan susah nafas.
Anton yang lewat di depan toilet mendengar suara tawa mendadak curiga. Filingnya ketiga anak itu tidak kerja malah bermain-main. Tanpa pikir dua kali Anton masuk ke toilet siswi.
Namun ketika Anton masuk dan berniat memergoki mereka malah dia yang kena kejutkan dengan kondisi toilet yang berantakan, Mega yang terduduk di lantai basah, Karin yang muntah dan Mira yang tertawa sambil nangis.
Sungguh kejutan yang tak terduga buat Anton.
***
KRRIIIIIIIING...
Bel panjang berbunyi menandakan waktunya untuk penduduk sekolah bubar pulang ke rumah masing-masing.
Dafit bergegas mengemasi meja, memasukkan buku ke dalam tas dan lebih dulu menyalami guru, berlari keluar kelas menuju kelas. Pas sekali ketika ia ingin bertemu Arzan dan Saman mereka berdua keluar kelas bersamaan.
"WOI!" Dafit menyapa dengan tepukan keras di punggung mereka.
Plaak...
Tszzzzz...
Arzan dan Saman seketika nyeri punggung, tepukan Dafit bagaikan listrik yang menyengat mereka. Siswa dan guru yang lewat geleng-geleng kepala melihat kelakuan Dafit.
"Kenapa gitu dengan kawan? sakit lah kawan ditepuk gitu," tegur bu guru yang lewat.
Dafit menyengir lebar tanpa rasa berdosa menjawab, "Tidak keras juga Bu."
Bu guru menggeleng kecil melewati mereka.
"Kepala kau tidak keras, belepik gini kau bilang tidak keras?" Saman meringis kesakitan menghisap punggung begitu juga dengan Arzan sama-sama kesakitan.
"Hehehe... Ayam sory, gak sengaja." Dafit tersenyum kambing memasang wajah sok imut.
"Tak sengaja, tak sengaja. Alasan kau aja." Saman menatap Dafit sinis.
"Ya maaf bro," Dafit mengusap kedua punggung temannya sambil mendorong pelan mengajak mereka segera beranjak dari tempat ini.
"Eh, ke rumahku yuk. Kita main game bareng. aku ada beli game baru." Dafit berkata mengajak kedua temannya.
"Aku gak bisa, aku harus nguli setelah ini." Saman menjawab sambil membuka permen kis dari dalam sakunya, sisa jajan hari ini.
"Kalau kamu Zan?" Dafit menatap Arzan di sebelahnya.
"Aku ada les hari ini," jawab Arzan singkat.
"Yah..." Dafit memasang ekspresi wajah lesuh, dia sedih kedua temannya sibuk dengan urusan mereka sedangkan dia gak sibuk-sibuk amat.
"Mau?" Saman menawarkan permen pada kedua temannya, mereka tanpa sungkan mengambilnya dan mengucapkan terimakasih.
"Aku bosan lah di rumah, tak ada kawan," curhat Dafit mengerucutkan bibir.
"Biasanya kau ngonten, kenapa tidak buat konten saja?" Saman bertanya mencubit bibir Dafit.
"Sakit lah." Dafit menepuk tangan Saman yang menjepit bibirnya.
"Mulutmu kayak itik tahu gak," ejek Saman tersenyum semurigah.
"Sudah Minggu tadi, Minggu ini aku istirahat." Dafit mengusap mulutnya menatap sinis Saman. Arzan tertawa dari tadi membuat permen di dalam mulutnya melunsur turun ke kerongkongan.
uhuk uhuk uhuk... Arzan terbatuk-batuk keselek permen kiss, ia menepuk-nepuk dadanya. Bukannya membantu kedua temannya malah ketawa terbahak-bahak melihat Arzan keselek.
Ketawa mereka berhenti ketika Arzan terdiam, keduanya panik melihat Arzan yang melotot ke depan.
"Zan Zan Zan..." Panggil mereka berdua, mengguncang tubuh Arzan takutnya Arzan pingsan berdiri.
"Kau kenapa?" Saman sudah tahu pakai nanya segala.
"permennya ketelan," kata Arzan bersuara serak, merasakan tenggorokannya dingin dan seperti ada benda keras jatuh ke lambungnya.
Ha? Kali ini kedua temannya yang kaget melihat ekspresi Arzan yang lucu mereka tertawa terbahak-bahak sampai air mata keluar. Para siswa yang menuruni anak tangga pada heran menyaksikan mereka bertiga.
Arzan yang sadar dijadikan bahan tontonan memilih pergi meninggalkan kedua temannya yang tidak berhenti ngakak.
"Eh ditinggalkannya kita," kata Dafit menunjuk Arzan yang udah jauh.
"Hey tunggu lah!" pekik Saman mengejar Arzan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments