ARZAN
•••°°°•••
Duk... Duk... Duk...
Bola basket memantul di lantai, Aku membawa bola melewati lawan dengan lihai, lompat melempar bola ke keranjang.
DRUUUK...
Bola masuk. Siswi Bersorak girang menepuk-nepuk tangan.
Arzan, siswa populer di sekolah. siapa sih yang gak kenal dengan aku, hampir setiap siswa kenal bahkan siswa sekolah luar pun kenal aku. bukannya mau sombong, selain tampan aku juga berprestasi baik di kelas maupun diluar kelas. aku
punya hobi bermain gitar dan sekarang ini yang sedang aku lakukan, basket.
aku kelas 2 IPA A, bergabung di club basket sejak tahun lalu dan sekarang aku menjadi kapten di tim basket sekolah. timku sudah berada kali membawa pulang piala pertandingan.
Druuk...
satu lagi bola melambung masuk keranjang basket, ciwi-ciwi berteriak heboh meneriaki arzan dan timnya.
"Ayo Arzan!" Anjel berteriak nyaring menyemangati Arzan sambil lompat-lompat bersama grupnya.
Cewek cantik yang berteriak nyaring itu namanya anjel, bunga sekolah. popularitgas melambung tinggi baik di real maupun di sosmed. cewek cantik seperti dia pastinya punya selera yang tinggi, ya jelas pergi sekolah saja diantar pakai mobil sport, barang ditubuhnya bergerak semua. Apalagi soal pacar, bukan main cowoknya ganteng berdompet tebal, tapi hubungan mereka selalu kandas. isu isunya nih Anjel suka dengan Arzan, bukan isu lagi sih hampir semua siswa di sekolah tahu, namun Arzan saja yang gak peka.
priiiit...
peluit berbunyi nyaring, babak pertama habis mereka istirahat sebelum masuk babak selanjutnya.
Anjel menghampiri Arzan, memberinya botol air dengan senyuman lebar, "Nih, minum."
"Terimakasih." Aku terima, duduk lalu minum.
"Nih, lap." Anjel memberikan sapu tangan padaku, ngapain sih beri sapu tangan handukku ada, aku tolak dan memilih mengelap keringatku pakai handuk lantas pergi meninggalkan dia sebab pelatih memanggil.
Anjel memebeku, aku mengacuhkan dia. Seketika mata Anjel membulat ketika sapu tangan miliknya dirampas saman.
"Makasih ya. Kebetulan aku gak bawa handuk kecil," kata Saman menyengir kambing, "beda ya handuk sendiri sama dibawa cewek."
Anjel menghentak kaki kesal, "Iiiih, Saman. Ngeselin. Itu untuk Arzan."
"Yak elah, Arzan ada handuk sendiri. untuk gue aja ngapa." Saman menyeka keringat di lehernya, "Nih, ambil balik." Ia lempar sapu tangan pada pemiliknya, Anjel menepis jijik
"Iiiih, jorok." Anjel mengusap bahunya yang terkena sapu tangan keringat bekas Saman.
Saman tertawa lebar lihat ekspresi jijik Anjel, ia kembali berlari ke lapangan ketika peluit ditiup.
Anjel kembali menyemangati Arzan ketika pertandingan dimulai lagi.
***
WOOO...
Semua bersorak girang bertepuk tangan ketika peluit panjang berbunyi, pertandingan selesai dan tim Arzan keluar sebagai pemenang. Teman satu timnya memeluk Arzan sambil lompat-lompat kegirangan.
Arzan mengganti baju di ruang ganti bersama yang lain. Atmosfer Ruangan ganti di penuhi bau keringat bercampur kaos kaki, mereka sudah biasa dengan bau keringat asal jangan ada yang main lempar kaos kaki aja apalagi kentut bau Pete. Hem, mantap baunya. Bisa pingsan mereka di dalam.
"Hari ini pertandingan yang luar biasa. Kerja bagus tim," kata rekan satu tim.
"Siapa dulu kaptennya, ARZAN!" Saman merangkul Arzan di sebelahnya yang tengah minum air, hampir tersedak Arzan dibuatnya.
"Kemenangan kali ini bukan karena aku, tapi kekompakan tim dan usaha keras kalian berlatih selama ini." "Aku harap kita tak hanya menang di pertandingan ini, tapi di pertandingan berikutnya juga. Jangan patah semangat dan terus berlatih, jangan berbangga hati berlebih membuat kalian malas berlatih dan meremehkan tim lawan, teruslah berlatih dengan giat. bulan depan babak final. kita rebut piala kemenangan."
"WOOO!" Yang lain bersorak, mengepal tangan ke atas. Saman tersenyum melihat Arzan memberi semangat pada timnya.
"Heboh kenapa nih?" Semua terdiam ketika Dafit muncul di ambang pintu, semua mata tertuju pada Dafit, "Dari tadi di perhatiin heboh amat, kedengaran sampai keluar loh suara kalian."
"Biasa, sorakan kemenangan." Yang lain menyahut, dafit mengangguk.
Mereka mengemasi barang, bersiap untuk pulang.
Arzan selesai memakai sepatu, menyandang tas, "Semua aku duluan ya."
"Ya Zan, hati-hati di jalan." Yang lain menyahut.
"Gue cabut cuy." Saman menyandang tas, menyusul Arzan, "Jangan lupa Minggu depan latihan bareng, pertandingan besar menanti."
"Asiaaaap!"
"Kacung ayo jalan, bawain tas gue." Saman melempar tasnya tepat di muka Dafit.
"Kampret!" Dafit mengumpat hidung mencungnya tengelam ketimpuk tas laknat, mana isinya berat lagi, " Gue bukan kacung lu."
Saman cekikikan menangkap tasnya yang dilempar balik.
"Tangan aku sakit nih, bawain ya." Saman mengejar Dafi yang jalan kek kilat sambil memohon.
"Ogah." Dafit menolak tegas, masa iya anak orang kaya jadi kacung, apa kata dunia.
"idih, berat kali tangan lu. Aduh." Saman mengaduh menabrak Dafit yang mendadak berhenti, "Ngapain sih lu mendadak berhenti."
"Tu lihat." Mulut Dafit kek mulut bebek menunjuk ke depan. Saman berkacak pinggang melihat Arzan digoda bunga sekolah.
"ckckck, gak nyerah juga tu cewek dekatin Arzan, dah tau dia gak suka masih ngotot dekatin." Saman mendecak gelang-gelang kepala."
"Samperin kuy," usul Dafit.
"Ayuk, kacau mereka." Saman setuju saja, emang dari tadi hatinya nyuruh nyamperin mereka.
"coungratulation Zan."
"Makasih," balas Arzan garuk-garuk kepala.
"Kamu pulang naik apa? Motor ya? aku ikut ya Zan."
"heh?"
Aku ragu mau jawab apa, bilang tidak takut tersinggung ngambek anak orang, bilang iya aku nggak mau ngajak.
"Boleh ya."
kepalaku tambah gatal, gelisah cuy mau terima atau tidak.
serba salah aku. hari mau gelap lagi, bisa kena marah kalau pulang lambat, tuhan tolonglah hambamu ini.
"Boleh ya."
"Gak boleh." Mereka berdua kaget ada suara dari belakang Arzan, menoleh.
"Arzan pulang bareng kami. Tarik 3." lanjut Dafit. Arzan melotot apa maksud Dafit? tarik tiga? pakai motor dia?
"lu mau ikut, tarik 4. Yuk lah, tapi di ban." muka Anjel merah kek banteng lagi marah, kesal dengan Dafit.
"Gimana mau gak?" tanya Dafit memancing amarah Anjel, yang ditantang mendekat Dafit mundur berlindung di belakang Saman.
"ogah, mending gue gak IKUT!" ketus Anjel.
"Ya udah Zan, aku duluan ya udah ditunggu nih sama teman. bye." menis didepan Arzan, melirik galak Dafit. Iya pergi meninggalkan tiga sekawan itu, didalam hati Anjel udah marah gak karuan rencananya ingin pulang bersama Arzan batal.
"huh, selamat." arzan menghela nafas lega, menepuk kedua punggung temannya sambil berterimakasih, jujur saja dia gak tahu harus berbuat apa untuk menolak ajakan Anjel, untunglah kedua temannya menyelamatkannya.
"btw, kita beneran pulang bertiga nih?"
bersambung...
Arzan naik motor, sebentar dia terdiam
menepis jijik sapu tangan yang tercemar peluh Saman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments