toilet

"Aiss.. Dia lagi."

Mega mendekat matanya menatap Arzan dengan tatapan membunuh. Semua mata tertuju pada Arzan, seakan ada magnet yang menarik mereka. Cewek-cewek sibuk mengeluarkan ponsel mefoto serta merekam aksi Arzan kali ini maklum pangeran sekolah banyak fans, apalagi ia berhadapan dengan Mega cewek preman kalau sampai baku hantam wuuh... ya gak mungkin juga bakal baku hantam.

"Pengganggu datang," gumam Mega menatap kesal Arzan.

"Ayo pergi," perintah Mega memilih untuk pergi daripada berurusan dengan Arzan.

"Mau kemana?" Arzan mencegat Mega yang ingin kabur. Langkah nega terhenti menoleh sekilas menunjukkan senyum mengejek, lantas ia kembali melangkah meninggalkan kantin.

"Gue malas berurusan dengan lu, tau gak." Mega membalas mencibir Noval, tersenyum mengejek melenggang pergi.

Arzan hanya menghela nafas, jika ia ngajak ribut Mega bisa-bisa reputasinya bakal rusak. 

Perhatian Arzan teralihkan pada siswi yang barusan dibully Mega.

"Kau tak apa?" tanya Arzan lembut penuh perhatian.

"Aku tak apa." siswi itu menjawab.

"Lebih baik sekarang kau ke toilet bersihkan badannya lalu ambil izin pulang untuk ganti baju," saran Arzan.

gadis itu mengangguk

Disisi lain Zian berjalan santai menelusuri lorong kelas menatap tajam siapa saja yang ia lewati, tatapan membunuh memancar dari matanya.

Zian lagi gak mood, pikirannya selalu terbayang sosok Dafit yang akhirnya akhir ini menghantui pikirannya. Ia kesal karena Dafit siswa yang berani bercanda dengannya.

Lamunan Zian pecah saat dirasa ada yang mengetarkan pahanya, Zian merogok kantong celana mengambil ponsel yang bersemayam di sana.

Zian menatap serius pesan yang masuk, kalau saja ponselnya wanita pasti sudah grogi ditatap lama-lama sama cowok tampan.

BRUUUK...

Zian yang tengah tengah serius memainkan ponsel tanpa sengaja menabrak seorang wanita.

Zian menggertak giginya, menatap kesal wanita di hadapannya yang syok melihat jaket dan kaos milik Zian ke tumpah minuman coklat miliknya.

"Jalan pakai mata!" omel Zian melihat pakaian merek ternamanya kotor. Farhan mendesis kesal rasanya pengen cekik tu cewek.

"M-maaf... S..saya t..tak sengaja," kata cewek itu gemetar, mengambil tisu dari tas mau membersihkan noda coklat di pakaian Zian.

Namun, niat baik cewek itu ditolak Zian, tangan dia di tepis saat ingin menyentuh pakaiannya.

"Jauhkan tangan lu, perusak," caci Zian membuat si cewek hampir mewek, matanya sudah merah menahan air mata yang siap terjun.

"Hay! Apa-apaan kau buat cewek gue nangis!" tegur seorang cowok dari pintu kelas, Zian menatap tajam cowok itu yang kini berdiri di samping cewek itu.

"Ayang aku gak salah," adu sang cewek pada cowoknya sambil terisak. Si cowok yang tak tega melihat ceweknya nangis, membela si cewek.

"Minta maaf," suruh si cowok dengan nada meninggi.

Zian melihat sekitar, banyak mata tertuju padanya sejak tadi, saling berbisik. Bagus, sekarang ia jadi tontonan dan bahan pembicaraan, mood Zian tambah hancur.

"Telinga lu budek! Tak dengar gw bilang apa?! Minta maaf sekarang!" Tuntut si cowok, berlaga keren. Si cewek senyum kecil merasa senang dibela. Zian menatap rendah si cowok, mendecik meremehkan.

"Jangan berlaga sok keren, minta maaf sekarang atau lu akan menyesal!" ancam si cowok.

"Kalau gue gak mau." Zian mendekati cowok itu, saling menatap tajam seakan ada percikan listrik keluar mata mereka.

"Liat saja nanti, akan gue buat lu bertekuk lutut di depan pacar gue."

Si cewek khawatir melihat tatapan mata Zian yang terpancar aura membunuh. Ia menarik lengan si cowok untuk berhenti, tapi malah diabaikan.

"Orang lemah seperti kau yang banyak gaya sangat mudah dihabisi..."

Zian menyeringai, mengepal kuat tangganya telinga panasnya panas mendengar celoteh si cowok, tak tahu dia berhadapan dengan siapa.

"... Kau liat saja nan-"

"Ais, bacot." Zian memotong memberi bogem pada tu cowok.

BUUK...

Sekedip mata Zian meninju perut si cowok.

"Uhuk.." batuk darah si cowok sangking kuatnya tinju Farhan, Si cewek terkejut menutup mulut menahan jeritan.

"K..ka..kau..." Gemetar si cowok menahan sakit, menatap getir Zian.

Zian menyeringai, rasanya belum puas sebelum menghunjamnya sekali dengan bogem mentah ke muka perut lawannya.

Namun, ia terpaksa harus berhenti sebelum berurusan dengan menwa dan berakhir ke konseling.

"Gue tunggu lu," bisik Zian,  melenggang pergi sebelum pengawas datang.

"S..si..sialan," umpat si cowok sebelum jatuh tersungkur.

"Kyaa!" jerit si cewek menghebohkan orang-orang sekitar.

"Ais, tangan gue kotor," gumam Zian mengibas tangannya, melihat tatapan tunduk orang yang melewatinya.

Zian tersenyum miring, kesombongan menguasai dirinya menatap rendah para mereka. Baru tau mereka sekarang Zian tak hanya sekedar banyak gaya selama ini.

***

Disisi lain Saman mencuci bajunya yang kotor akibat ketimpangan cat pas pelajaran seni tadi, badannya sudah ia bersihkan dengan tisu basah, Toilet lagi sepi, jadi tak malu-malu mengganti bajunya tadi.

Merasa sudah cukup Saman memeras kuat bajunya agar tak terlalu basah, ia mengibas baju ke samping tanpa melihat-lihat lagi.

"Ehem," dehem seseorang menyadarkan Saman kalau ada orang di samping.

Saman menoleh kaget mendapati Arzan berdiri di sampingnya, untung saja Saman gak latah jika dia latah mungkin wajah ganteng Arzan sudah ditimpuk dengan pakaian yang baru ia cuci ini.

"Gimana nodanya udah hilang?" tanya Arzan.

"Udah nih, tinggal jemur saja." Saman menjawab.

"Yaudah sini serahkan padaku, kau pergi saja buk Weni memanggilmu." Arzan berkata, Saman segera menyerahkan bajunya dengan Arzan.

Tak lama Saman pergi ada tamu tak diundang masuk ke toilet pria, dengan lantang dia memanggil namanya.

"ARZAN! Kau-" Mega terhenti, ia tak tahu harus apa ketika melihat wajah polos Arzan pas kaget.

"A.." Mega bingung mau berkata apa, kalimat di otaknya berantakan tak tersusun lagi. Ia bingung dengan dirinya, ada dorongan untuk menghajar namun tubuhnya Engan melakukannya.

"Eh kau ngapain ke sini?" tanya Arzan baru ngeh, kalau Mega masuk ke toilet cowok.

***

"Adududu... Toilet. Mana toilet ni, jauh nah letaknya." Dafit wapresma lari terbirit-birit menuju toilet sambil memegang perut yang mulas.

"Woy! TEPI!" teriak dafit menerobos siswa yang keluar dari kelas.

Kyaa!

"Maaf maaf gue kebelet!" teriak dafit sambil berlari.

"Ais... lihat lihat dong jalannya," gerutu siswa yang tersungkur kena senggol dafit, yang tak lain kacung Zian

"Adudududuh, toilet jauh kali letak kau," keluh dafit sudah tak tahan lagi menahan mulas.

Setiba di sana Dafit sedikit mengeluh melihat toilet sedang ramai dikunjungi semua sudah penuh, terpaksa ia menunggu di depan pintu.

"Aa..aaiss..." Dafit gelisah tak tahan lagi menunggu lama akhirnya ia gedor satu persatu pintu toilet.

Dor dor dor...

"Woy! Cepatlah setor tu. Gue tak tahan lagi ni!"

"Diam lu! Fokus gue ilang ni. Cari toilet lain sana!" sergah penghuni toilet.

"Woy woy woy woy! Cepatlah woy!" teriak Dafit.

"Bising lu! Cari tempat lain sana! Ganggu fokus gue aja!"

"Iya noh cari tempat lain sana!"

"Kacau aja kau ini!"

Seru penghuni toilet.

"Aiiis... Teganya kalian," gerutu Dafit bergegas pergi menuju toilet lain.

Susah payah Dafit berlari menahan mulas, tak sekali dua kali dia melepas gas beracun. Gas beracun menyebar cepat menyerang hidung mahasiswa,  banyak hidung tak berdosa yang jadi korban.

Sorry guys, batin Dafit. Sumpah malu, tapi apa boleh buat. Dalam pikiran Dafit hanya toilet.

Kode alam berbunyi memberi peringatan, pintu dimensi hampir terbuka, kalang kabut Dafit dibuatnya.

"Tahan sebentar woi. Jangan keluar dulu, sebentar lagi sampai," gerutu Dafit.

Disisi lain Mega melihat jaket yang dipakai Arzan.

Arzan menyadari mega meliriknya, merasa ada yang tidak beres. Belum sempat arzan bertanya Mega menyambar kerah jaket Arzan.

"Dari mana lu dapat jaket ini?!" tanya mega dengan nada kesal.

"Ini punyaku.." jawab Arzan

"Jangan bohong lu!" bentak Mega.

"Bohong, ini jaket punyaku hadiah dari Dafit bulan lalu." arzan mencoba menjelaskan, ia berbalik badan agar menahan tangan Mega yang terus menarik jaketnya, takutnya jaketnya rusak dan Dafit bakal marah padanya.

"Lepas!" bentak mega

"Ha?" Arzan menaikkan sebelah alisnya, lepas apa maksudnya, jaket? atau cengkraman tangannya?

"LEPAS!" Mega kembali membentak. Arzan tidak mengerti sama sekali, kenapa gadis ini menginginkan jaketnya.

"LEPAS GAK!" Mega ingin mengancam.

"eh eh eh, tunggu dulu. Ini jaket saya, kenapa harus lepas?" tanya Arzan tetap kekeh mempertahankan jaketnya.

"LEPAS! LU TAK PANTAS PAKAI JAKET  NI!"

"Ha?!" Arzan benar-benar tidak mengerti maksudnya apa.

"lepas gak!" Mega menariknya.

sreeek...

jaketnya robek.

Arzan tak bisa berkata-kata keduanya terdiam.

"WOY! BUKA PINTUNYA!" teriak dafit dari luar

BRAAAK...

Pintu di dobrak, alhasil Mega di belakang pintu memeluk Arzan. Dafit tersentak kaget menatap mereka beruda, teman dan musuh temannya sedang berpelukan di toilet cowok.

ha?

Pikiran toilet plus sakit perutnya sekejap hilang. Apa yang mereka lakukan, posisi macam apa itu! pikir Dafit.

Tut...

Kentut Dafit menjawab, kode alam membuka suara.

Bluus...

Muka Dafit memerah, ketahuan kentut.

"Ketangkap lu!" Seseorang muncul di belakang Dafit, menarik kerah baju belakang Dafit sampai terangkat. Matanya tertarik ke dalam toilet, seketika mata yang tajam bagi pedang berubah jadi membulat, wajah kaget tergambar jelas, mendadak cengkramannya terlepas.

Terlintas fantasi liar dipikirannya Arzan menindih mega penuh gairah,

' Arzan-kun ' panggil mega sensasional penuh godaan, arzan pun membalas panggilan Rivan, ' Mega-Chan '

Slalalala...

Fantasi yang liar sekali, pria itu hanya terdiam mematung. Mulutnya terbuka namun tak sepatah kata pun yang keluar.

"Kalia-" Dafit ingin menegur, namun perutnya lebih dulu menegurnya, perutnya kembali mulas.

"Perut tak bisa dibawa kompromi," gumam Dafit, cepat berlari masuk toilet.

"Sialan," umpat mega, menendang Arzan agar menjauh dari atas tubuhnya. Matanya menatap tajam pria yang masih mematung di depan pintu masuk.

"Ngapain lu disitu?!" sergah mega, pria itu salah tingkah dia kemudian pergi.

Arzan bangkit, mengusap bokongnya. Mega mendesis dan seketika tertegun lihat posisi Arzan yang nungging mengambil jaket hadapannya. Ia tersadar saat bau menyengat menusuk hidung dan mega mengimbas bajunya.

"Sial," umpat mega kesal, meninggalkan toilet.

Pergi oi bau disini, batin Rilo, keringat dingin menetes keluar dari pori-pori wajah, lagi fokus buang hajat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!