"Oke, gue butuh kejelasan disini." Dafit menunggu Arzan bicara dengan tampang seriusnya, Saman juga sama ia benar-benar kaget ketika Dafit memberitahu tadi.
Arzan menghela nafas sebelum menjelaskan jika dia dan Mega tidak sengaja berpelukan itu karena Dafit sendiri yang mendobrak pintu toilet mengakibatkan Mega terdorong dan memeluk Arzan. Arzan juga bilang jika Mega datang sendiri ingin merebut jaket pemberian Dafit dan Arzan meminta teman-teman untuk tidak menyebarkan rumor, mereka berdua mengangguk untuk tidak menyebarkan rumor takutnya Mega ngamuk dan banting mereka berdua.
Cabul? Batin Mega, mendadak berhenti. Pikirannya terbayang perkataan adegan pelukan tadi yang membuat wajahnya merah seketika
"Sialan," umpat mega, mengepal tangannya erat rasanya ingin bogem siapa saja yang lewat.
Mega tersadar akan satu hal, tadi kan dia ketangkap basah sama Dafit dan satu kacung zian si makhluk gaib yang ikut-ikutan melihat juga, bisa-bisa mereka menyebarkan berita.
Sial, bisa jadi barita hot, batin mega mengumpat. Cepat mengeluarkan ponsel, mengirim pesan pada seseorang. Ia liat pesan sudah terkirim.
Ais, liat saja jika mereka menyebarkan berita... Gue gak bakal ampuni and jangan harap bisa lihat matahari lagi. mega menggenggam ponsel erat, ia lampiaskan kekesalan pada ponsel yang tak bersalah dan tak berdosa itu.
***
Tring...
Pesan masuk ke ponsel Zian. Ekspresi Zian datar membaca pesan masuk.
Singkirkan mereka yang menyebarkan isu buruk... Isi pesan
Tanpa ragu ia mengirim pesan balik.
hmm.
Pesan terkirim Zian beranjak pergi. Pas ia mau membuka pintu atap, Pintu tersebut terbuka lebih dahulu.
"Eh buset!" Dia terkejut. Zian memasang wajah datar melihat siswa di hadapannya ini.
"Ais, bos bikin kaget aja," celetuk pria itu yang tak lain kacung zian.
"Napa lu?" tanya Zian datar.
"Arzan pelukan sama cewek di toilet," jawabnya sambil mengatur nafas, "Bos tau siapa yang terlibat?"
Zian menaikan sebelah alis.
"Ceweknya kalau gak salah siswi bermasalah yang bernama Me...meg..." Dia menggaruk kepala yang tidak gatal. Ekspresi Zian berubah, aura hitam meluap keluar dari tubuhnya, tangannya mengepal erat.
"O, Mega-"
BUUK...
Zian menunju perutnya, membungkam mulut pria itu. Darah segar keluar dari mulut pria tersebut.
"Tutup mulut lu, jangan bahas atau menyebarkan gosip tu, jika sayang nyawa lu," ancam Zian dengan wajah datarnya, melenggang pergi.
Ada apa dengan bos? Kenapa gue dipukul? Batin pria tersebut.
Langkah Zian mendadak terhenti, "Siapa saja yang lihat mereka?" Tora melirik sekilas.
"Egg, aku dan Dafi."
Wajah Zian datar ketika mendengar nama dafit,
Selepas dapat jawaban Zian pergi meninggalkan tempat.
Si cowok meremas perut yang sakit, ia tak tahu kenapa Zian meninjunya, padahal ia bawa berita hot dan untuk bahan bully Arzan tapi malah dibogem Zian.
Ais, apa salah gue coba? Perut malang sekali nasib kau. Dia meringis, mencoba bangkit.
***
Mega bertemu Arzan di lorong kelas, ngobrol santai dengan para ciwi-ciwi. Mata Mega tajam menatap Arzan yang membalas tatapannya.
"Kau dalam masalah," kata Mega pelan namun terdengar jelas di telinganya. Arzan menatap gadis itu terheran heran, para ciwi-ciwi juga mendengar dengan jelas, mereka menatap Mega yang berlalu menjauh.
"Ada apa dengan dia?"
"Orang aneh..."
"Banyak gaya dia."
"..."
Bisik-bisik ciwi-ciwi. Telinga Arzan mendadak tuli, pandangannya tertuju pada Mega yang kian menjauh.
Apa salahku? Batin Arzan.
Tring...
Pesan masuk ke ponsel Arzan, arzan merogok saku celana mengambil ponselnya, ia lihat ada pesan dari Dafit.
Dahi Arzan mengerut, tumben ni anak kirim pesan. Masih di sekolah Lo cerita, pakai kirim pesan segala.
"Kamu liat apa, Zan?" Seorang ciwi menyentuh ponsel Arzan, kepo. Refleks Arzan menjauhkan ponselnya menatap tajam si ciwi, yang ditatap merinding ketakutan.
"Sorry Mei," kata Arzan tersadar, memijat keningnya.
"Kau kenapa Zan?" tanya si ciwi tadi, bernama Mei, "Kamu sakit?"
Arzan menghela nafas menepis tangan Mei, "I'm oke."
Mei memonyongkan bibir.
"Aku pergi dulu ya. Bay." Arzan pergi meninggalkan para ciwi-ciwi.
"Yah, kenapa harus pergi sih?" keluh salah satu ciwi.
"Iya nih, kenapa Arzan pergi?" sambung ciwi lainnya. Mei hanya diam dengan wajah kusut. Yah, Mei menyukai Arzan lebih dari dirinya, ia pernah menembak Arzan namun ditolak alasannya dia ingin sendiri aja dulu lagi gak terima hati orang lain.
Mei menggertak giginya, beranjak pergi.
"Mei mau kemana?!" tanya salah satu ciwi.
Mei tak menjawab, berlalu begitu saja.
"Ada apa tuh dengan si Mei?" tanya yang lain.
"Jangan pura-pura tak tahu, Mei kan suka banget dengan Arzan," jawab yang lain.
"Tapi sayang cintanya ditolak," sambung yang lain.
Disisi lain Arzan bertemu Dafit yang menunggunya di belakang gedung D.
"Arzan ngapain ke sini?"
"Awok, ya kali tebar pesona."
"Mungkin saja."
Rumpi segerombolan mahasiswa di sana.
"Eh eh eh." Seorang ciwi menghentikan langkah teman-teman. Hidungnya mengendus-endus.
"Ngapa lu mengendus-endus kek anjing penjaga?" tegur salah satu temannya.
"Aroma ini?" Dia menghirup udara dan menghembuskan, "Aroma orang tampan."
Dia menoleh ke arah belakang, diikuti temannya.
OOOO.. Mulut mereka semua berbentuk O melihat Noval yang berada tak jauh dari merka.
"Arzan," gumam ciwi-ciwi.
"Pantes hidung gue gatel. Arzan ada disini."
"Hidungmu tajam sekali?"
"Hay! Arzan!" sapa salah satu ciwi, matanya tak berkedip liat Noval.
"Hay!" Arzan balik menyapa dikala ia melewati ciwi-ciwi sambil melampaikan tangan tak lupa tunjukan tersenyum manisnya.
Batin ciwi-ciwi menjerit, pandangannya tak teralih dari Noval yang sudah berlalu.
"Dah tampan rapi lagi," puji salah satu ciwi, "Tak kayak cowok disana," sambungnya lagi.
Ciwi-ciwi lainnya menoleh melihat segerombolan cowok di belakang mereka, yang dilihat menatap datar seakan tahu maksud tatapan ciwi-ciwi.
"Karisma orang tampan dangan orang biasa beda ya, bau badan aja beda," singgung ciwi ketika lewat di hadapan mereka.
"Idih, gini gini gue mandi tiap hari, gebetan gue tiga," sembur salah cowok.
"Hihihi..." tawa ciwi-ciwi.
"Dasar cewek buta, nilai cowok dari penampilan. Lu pada gak tau sifat asli tu cowok," sembur cowok lainnya.
"Bilang aja lu ngiri," timpal salah satu ciwi.
"Hii..." Si cowok geram pengen baku hantam.
"Sudah, sudah cewek kalau debat mana mau kalah, dia selau menang," sahut salah satu cowok yang nampaknya bijaksana dari yang lain.
"Nah itu tahu."
"Diem lu!" sergah si cowok, ciwi-ciwi pada lari.
Temannya yang bijak menepuk pundak si cowok, "Sabar bro, jangan galak-galak nanti cewek tak ada yang mau ama lu," nasehatnya, yang dinasehati melotot.
Disisi lain.
Arzan sampai ditempat tujuan, ia lihat seorang berjaket kulit berwarna hitam bersandar di dinding gedung sambil memainkan ponselnya, yang tak lain ialah Dafit orang yang memanggilnya.
"Kenapa fit?" tanya Arzan mendekati Dafit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments