"Wah anak ayah lagi belajar apa ini?" Afriadi bertanya duduk di sebelah Bima yang tengah sibuk belajar.
"Lagi coba ngerjakan latihan tugas yah." Bima menjawab melihat ayahnya sekilas lalu melanjutkan kegiatannya. Afriadi mengangguk memlihat Bima mengerjakan soal latihan yang ada di aplikasi belajar.
"Tugas sekolah Bima sudah selesai?"
"Udah yah."
"Pintarnya." Afriadi mengusap kepala Bimbi, yang diusap kesenangan.
"Ayah tau gak tadi nilai tugas matematika Bima dapat A+ terus... terus... tadi Bima di suruh ibu guru jawab pertanyaan didepan kelas."
"Terus Bimbi dapat jawab?" tanya afriadi melihat buku tulis Bimbi sesekali ia memperhatikan Bimbi yang tengah berbicara.
"Tentu saja Bimbi kan anak pintar hehehe." Bimbi tertawa kecil membanggakan dirinya.
"Iya Bimbi kan anak pintar, tapi ingat anak pintar tidak boleh sombong dengan teman-teman." Afriadi melihat mengingatkan anaknya bawa kesombongan tidak baik apalagi mengejek teman yang kurang nangkep dalam pelajaran.
"Iya ayah."
"Yah, Bim." Afriadi dan bimbi menoleh ke arah suara yang datang dari belakang mereka.
"Bunda nyuruh makan, makanan udah siap." Lanjut arzan berdiri di belakang sofa.
"yuk bim, makan. nanti sambung belajarnya." Afriadi menepuk pundak Bimbi, berdiri dari sofa. Bimbi mengangguk menutup buku tulisnya.
Mereka bertiga berjalan menuju meja makan, masing masing menarik kursi dan mereka duduk menunggu latika memberikan piring berisi nasi.
"Kalau diperhatikan akhir-akhir ini bunda makannya sedikit, lagi diet bun?" tanya Arzan memperhatikan makan bundannya yang sedikit, afriadi yang tengah mengambil kuah sup ikut memperhatikan istrinya, Bimbi asik dengan makannya.
"Gak, bunda gak diet." Latika menggeleng tangannya sambil bekerja menuangkan air minum.
"terus kenapa makannya sedikit?" Arzan kembali bertanya.
"Akhir-akhir ini bunda kepikiran Azka, kangen Azka aja. Dua anak bunda ada disini bersama bunda sedangkan Azka masih duduk di pesantren," ujar Latika membuat Ayah dan kedua anak itu terdiam.
Azka anak kedua di keluarga ini, diusia sebelas tahun Azka sudah berpisah dengan keluarganya demi menuntut ilmu di pesantren sejak usianya enam tahun.
"kalau kangen telpon aja bunda," saran Afriadi menyuap makan ke dalam mulut.
"Iya bunda kalau bunda kangen telpon aja Abang Azka." Kali ini Bimbi yang berbicara.
Latika tersenyum mengangguk, sedikit rasa khawatirnya belakangnya ini mengurang menyisakan sedikit rasa khawatir, entah apa yang terjadi dengan Azka disana.
Dan rasa itu terbukti ketika Latika menelpon pengurus pondok.
"..."
"Apa?!" pekik Latika kaget mendengar penjelasan pengurus pondok mengenai anaknya.
"Ja...jadi sekarang anak saya gimana pak?" tanya Latika gelagapan.
"anak ibu baik-baik saja, kakinya sudah diobati dan ini lagi istirahat."
"Ya Allah, kok sampai terkilir pak?" Latika mengusap dada, "Saya ingin bicara dengan anak saya pak."
"Iya buk, tunggu sebentar ya."
"iya." Latika menunggu selang beberapa menit kemudian ia tersambung dengan anaknya Azka.
Kebiasaan seorang ibu bila mengetahui anaknya habis kecelakaan pasti melempar begitu banyak pertanyaan membuat sang anak harus menjawab dengan jujur agar ibunya tidak khawatir lagi, begitu lah yang dilakukan Latika ia melempar pertanyaan berbobot pada anaknya dikarenakan ia khawatir.
Di lain sisi Afriadi yang lagi sibuk dengan laptopnya tiba-tiba menerima pesanan dari Latika. Afriadi melepas pekerjaannya dan membalas pesan Latika.
Menit kemudian ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar ruangan menuju tempat parkiran guru, memasuki mobil. Detik kemudian mobil melaju di jalanan.
*
*
*
Ting...
dering ponsel menandakan pesan masuk. Arzan meriksa ponselnya, melihat pesan apa yang masuk. Ternyata itu pesan dari bundanya.
'Arzan, bunda dengan ayah pergi menjenguk Azka. Arzan yang baik ya di rumah selama bunda dan ayah gak ada. Lusa bunda pulang. love you my son.'
Arzan tersenyum kecil membaca pesan dari bundanya, jari-jarinya dengan lincah mengetik keyboard, membalas pesan bundanya.
'oke bunda, sampaikan salam untuk Azka. SALAM DARI BINJAI.'
'jangan bercanda Arzan, adikmu sakit loh. Kakiknya terkilir. Nanti ya bunda ceritakan lewat telpon.'
Arzan yang membaca pesan bundanya membalasnya dengan emot oke.
"Asik bener, dapat pesan dari siapa kau sampai nyengir kuda lumping gitu? Dari yayang beb-mu?" Seorang siswa berambut lumut yang duduk di sebelahnya bertanya sejak dari tadi ia perhatikan Arzan.
"Yayang dari mana? Bunda-ku ini," Arzan menghela nafas menanggapi pertanyaan temannya tersebut. Siswa itu yang bernama Saman,
Saman gak pakai Khan, itulah nama siswa yang duduk di sebelah arzan. Siswa berkulit hitam manis, wajah yang standar dimata para wanita dan potongan rambut seumur lumut merupakan teman dekat Arzan di sekolah ini, ia satu kelas dengan Arzan dan duduk di belakangnya. Dia bukan berasal dari kalangan atas yang banyak uang melainkan dari kalangan bawah yang setiap hari nguli cari uang, meskipun begitu ia salah satu siswa berprestasi di sekolah. Sejak kelas satu ia tak pernah lengser dari peringkat tiga besar.
"Tumben bunda kau kirim pesan, emang ada apa? Cerita aja nanti aku bantu tambah masalah," ucap seorang siswa di hadapan mereka sambil minum jus Oren.
Arzan dan sama menatap datar siswa yang berucap barusan. Siswa bermata empat dan berkulit putih itu bernama Dafit, dia teman dekat arzan dari kelas C, karena IQU yang sedikit kurang Dafit tidak sekelas dengan arzan dan Saman. Meskipun begitu Dafit berbau uang ia berasal dari kalangan atas, ayahnya seorang pengusaha sukses di kota.
Dafit tipe orang yang banyak omong, paling anti di cuekin, kalau dia dicuekin ya dia bakal ganggu orang tersebut sampai dia gak dicuekin lagi atau paling parah baku hantam. Makanya minus sekali orang yang mau berteman dengannya, kecuali mereka berdua.
"Bukan apa-apa. Kaki Azka terkilir bunda dan ayah pergi jenguk berapa hari, dari kemarin bunda udah merasa ada gak enakan terus kepikiran Azka dan ternyata memang benar, Azka kemalangan." Arzan menjelaskan kepada kedua temannya yang sudah pasti kepo, dilihat dari tatapan mata mereka berdua aja sudah tahu.
"Gimana kronologis tu Zan?" Saman kembali bertanya.
"Gak tahu, bunda belum cerita." Arzan menjawab singkat.
"Ya moga aja kaki Azka baik-baik aja, ya udah yuk balik ke kelas sebentar lagi lonceng berbunyi." Saman berkata sambil melihat jam karet dipergelangan tangannya. Arzan mengangguk bersiap beranjak dari tempat duduk begitu pula Saman, namun aksi mereka ditahan Dafir.
"Ee ee ee ee.. tunggu tunggu jajanku belum habis Weh, bantu habisin ngapa?"
Keduanya kembali duduk dan menyantap makanan Dafit, namun arzan tidak ikut nyantap sebab dia kenyang.
"Nah gitu dong, bantu habisin kan gak mubazir," ujar Dafit ikut menyantap makanannya.
"Sudah tau waktu istirahat singkat malah mesan banyak makan," omel Saman ditengah-tengah makanannya. Dafit hanya tersenyum kecil menanggapi omelan Saman.
"Udah jangan ribut cepat habisin," perintah Arzan. Mereka berdua diam gak menanggapi hanya sendok yang berkerja menyuap keluar masuk mulut dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Thata Chan
lah👀 anaknya abis jatuh apa gimana tuh?
2022-05-31
1