2 Jingga
Pagi yang sangat cerah di kotaku, udara pun tidak terasa begitu dingin. Dan aku sedikit berkemas merapikan barang-barang yang akan dibawa besok. Sebenarnya aku sangat sedih harus meninggalkan kota kelahiran ku untuk beberapa tahun kedepan, apalagi aku akan berpisah dari orang tuaku, rasanya itu sangat sulit bagiku. Ketika aku sedang berkemas dan merapikan tempat tidurku, mamaku mengetuk pintu kamarku dan memanggilku.
" Shena..Shena, ada Dinda tuh didepan, cepat kesana kasihan Dinda nunggu kamu disana."
"Iya mah bentar," jawabku pada mama. Aku bergegas keluar kamarku untuk menemui Dinda.
" Dinda nunggu diteras tuh, samperin sana."
"Iya mah."
Tanpa berkata apapun aku langsung menghampiri Dinda diluar. Aku lihat Dinda sedang duduk di kursi teras rumahku sambil ku lihat dia memegang sebuah buku diary berwarna biru. Aku berjalan menghampiri Dinda.
" Din, maaf ya lama."
" Iya Shen, gak apa-apa kok,"sambil berdiri di hadapanku.
" Oh iya, Shen ke samping rumah kamu yuk, kita duduk disana aja." Ajak Dinda padaku.
"yaudah yuk."
Aku dan Dinda duduk di samping rumahku, menikmati suasana pagi menjelang siang hari yang cerah sambil sesekali bercerita tentang masa kecil kita dulu.
Tiba-tiba, Dinda menatapku sambil berkata.
" Shen, kamu yakin mau lanjut SMA disana? Kamu gak bakalan kangen sama aku apa?" Dengan raut wajah yang sedih.
" Din, sebenarnya aku juga nggak mau lanjut sekolah disana, tapi mau gimana lagi, Mama dan Ayahku yang minta aku sekolah disana, tenang aja Din, aku gak bakalan lupain kamu kok, kamu tetap sahabat baik aku," aku meyakinkan Dinda.
" Janji ya Shen."
" Iya Din, aku janji."
Sebenarnya aku sangat sedih harus berpisah dengannya. lalu tiba-tiba Dinda memberikanku sebuah buku diary.
" Oh iya Shen, nih buat kamu, simpan ya."
" Ini buat aku Din? Makasih ya, pasti bakal aku simpan," sambil mengambil buku diary itu.
" Sering-sering pulang ya kalau libur," kata Dinda sambil tersenyum padaku.
" Pasti Din."
Waktu terus berlalu, dan malam pun tiba. Aku merapikan beberapa novelku yang akan aku bawa nanti. Sambil sesekali aku melihat sekeliling kamarku, rasanya sangat berat untuk ditinggalkan.
Ku rebahkan tubuhku ditempat tidur, dan aku sempat berfikir bagaimana aku bisa melalui hari-hariku disana, itu rasanya pasti sulit. Tak terasa mataku terpejam dan tidur dengan lelap.
Tok..tok..tok.. seseorang mengetuk pintu kamarku.
" Shen..Shena..bangun, cepat mandi." Teriak Mamaku dari luar kamarku.
" Iya mah, udah bangun kok." Jawabku sambil beranjak untuk mandi.
Pagi ini seperti biasa sangat cerah. Ayahku memasukan semua barang-barang ku ke dalam mobil, tepat hari ini aku berangkat ke Jawa Timur, karena seminggu lagi MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) akan dimulai.
Aku berpamitan dengan teman-temanku disini, dan tetanggaku yang dulu aku kenal. Aku sedih harus berpisah dengan mereka, dan meninggalkan kota kelahiran ku. Tapi aku yakin, ini yang terbaik juga.
Di perjalanan aku terus memikirkan bagaimana aku bisa beradaptasi disana. Tapi aku pikir semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Setelah 5 jam perjalanan rasanya masih jauh untuk menuju tempat tujuan.
" Shen, tidur kalau lelah, perjalanan masih jauh." Ayahku berkata padaku sambil fokus mengendarai mobil.
"Iya ayah."
Ketika aku membuka ponselku, ternyata banyak pesan masuk diaplikasi chat ku, semua isi pesannya tentang ucapan semangat padaku. Semakin aku membacanya, itu membuatku semakin sedih.
Perjalanan beberapa kilometer kami lalui, tak terasa aku tertidur karena perjalanan yang jauh kami tempuh. Dan akhirnya, mobil kami berhenti disebuah rest area.
" Shen, bangun istirahat dulu disini, makan atau mau ke toilet, ayo turun." Mamaku membangunkan ku.
"Iya mah, mau ke toilet." Aku langsung turun dari mobil dan bergegas mencari toilet.
" Aduh, toilet sebelah mana lagi, disana kali ya." Sambil melihat sekitar rest area.
Kebetulan aku melihat seorang bapak-bapak yang duduk tidak jauh dari tempatku berdiri.
"Aku tanya aja deh."
" Permisi pak, mau tanya. Bapak tahu toilet sebelah mana?."
" Oh disana dek, lurus entar belok kanan, tepat dibelakang warung." Jawab bapak itu sambil menunjuk arah depan.
" Oh iya, kalau begitu makasih ya pak."
Dan akhirnya aku menemukan toiletnya. Kemudian aku kembali ke Mama dan Ayahku berada, sambil memberikan uang 2000 kepada penjaga toilet.
Aku langsung bergegas menuju Ayah dan Mamaku di restoran rest area, mereka sedang duduk dan terdapat beberapa makanan dimeja.
" Udah dari toiletnya Shen."
" Udah mah."
" Yaudah nih makan dulu." Sambil memberikan ku sepiring nasi dan ayam.
Aku langsung menyantap makanan itu, karena kebetulan perutku sangat lapar, mungkin karena perjalanan hari ini.
" Shen, pasti disana seru nanti, temannya baik-baik, nggak ada tuh yang gengsi atau yang sombong, di kampung ayah gak ada tuh yang kayak gitu, makanya kamu bakalan jadi orang yang lebih mandiri, Ayah yakin." Ayahku meyakinkanku.
" Iya ayah, pasti lama kelamaan Shena nyaman kok disana." Aku membalas perkataan ayahku.
" Iya sayang, Mama juga yakin. " Sambil tersenyum ke arahku.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan, rasanya begitu lama untuk sampai tempat tujuan. Dan aku memutar lagu favoritku menggunakan earphone, itu membuatku lebih baik untuk menikmati perjalanan.
Mobil terus melaju, dan kami sudah melalui perjalanan yang cukup panjang. Waktu pun menunjukkan pukul 23.00 WIB. Dan akhirnya kami pun berhenti disebuah rest area kedua untuk beristirahat sebentar.
Hari sudah malam, rasanya badanku lelah sekali. Aku lihat ayahku memesan bakso.
" Mas, pesen bakso tigo nggeh ( tiga ya)." Kata ayahku ke penjual bakso.
" Oh nggeh pak."
Aku lihat rest area ini sepertinya perjalananku sudah jauh dari kota ku, karena hampir semua orang menggunakan bahasa Jawa. Aku sudah lupa bagaimana kampung halaman ayahku dulu, karena terakhir aku kesana saat aku duduk dikelas 5 SD. Aku pikir semuanya telah berubah pastinya, mungkin lebih modern dibandingkan dulu.
Aku memainkan ponselku, dan selang beberapa menit, bakso yang tadi ayah pesan akhirnya datang.
" Niki (ini) pak." Sambil memberikan satu persatu mangkuk berisi bakso pada kami.
" nggeh mas, matur nuwun (terima kasih)." Jawab ayahku.
" Nih Shen, bakso dari Jawa tuh rasanya enak semua, ayo coba." Kata ayahku sambil memberikan sebuah sendok padaku.
" Masa enak semua yah."
" Iyaa, nggak percaya, coba aja."
Dan kami pun memakan habis bakso itu, sambil sesekali bercerita tentang kampung halaman ayahku yang akan aku tempati nanti. Oh iya, masalah bakso memang rasanya enak banget. Dan kami pun selesai makan.
" Mas, pinten nggeh (berapa ya)?." Tanya ayahku kepada penjual bakso.
" 30 ribu pak."
Kemudian Ayahku menyerahkan lebaran uang pada penjual bakso itu. Dan kami pun bergegas melanjutkan perjalanan.
Di sepanjang jalan, yang terdengar hanya musik yang aku putar saja, karena aku sangat lelah dan tak terasa aku tertidur dengan lelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Siti Lestari
cerita nya menarik
2022-08-28
1