Kisah Kasih Anak Santri
"Hawa." Suara baraton terdengar menggema. Seorang pria menatap tajam putrinya yang baru saja pulang.
Hawa Aqila Putri, seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMA, pergaulannya yang begitu bebas membuat sang ayah murka. Seperti saat ini Hawa, baru saja kembali setelah bermain bersama teman-temannya. Pergaulannya pun bukan seperti anak gadis pada umumnya.
Hawa, selalu pulang malam saat jarum jam menunjukan pukul 02.00 dini hari, sang ayah selalu memarahinya namun tidak pernah ia dengar. Amarah sang ayah pun tidak pernah ia takutkan. Bukan tanpa alasan Hawa, seperti itu Hawa, bisa di bilang salah bergaul apalagi memilih teman.
Sebagai gadis kota tidak heran jika pergaulan itu yang mereka pilih. Nongkrong di cafe, nonton konser, pergi ke club hanya, balapan sampai akhirnya pulang malam. Marwan, sang ayah tidak pernah mengajar, kan putrinya seperti itu bahkan ibu dan kakaknya juga tidak bisa menasehati Hawa, yang memang sangat keras kepala dan tidak mau di atur.
"Dari mana kamu?" Marwan, begitu marah ia berjalan ke arah Hawa, yang berdiri di ambang pintu. Marwan, sengaja berdiam diri di ruang tamu untuk menunggu putrinya pulang, karena bukan untuk pertama kalinya, Hawa, selalu pulang pada dini hari.
"Abis main," jawab Hawa, santai.
"Hawa, kamu itu anak gadis. Tidak baik seorang gadis pulang selarut ini. Sudah Papa bilang jangan bergaul dengan teman-temanmu itu, mereka bukan anak-anak yang baik," tegas Marwan.
Marwan, sangat tidak suka dengan teman-teman putrinya karena baginya pergaulan mereka membawa putrinya ke jalan yang sesat.
"Udah ah, pa Wawa ngantuk." Hawa, pergi begitu saja tanpa menghiraukan ucapan Papanya. Marwan, hanya bisa geleng-geleng kepala.
Sesampainya di kamar Hawa, terus menggurutu dia sangat kesal dengan ocehan papanya, namun itu sudah biasa Hawa, dengarkan. Karena tidak ingin terus menggerutu Hawa, pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
****
Keesokan paginya Hawa, kembali hang out bersama teman-temannya. Kali ini dia bolos sekolah, di rumahnya dia berangkat untuk sekolah namun saat di jalan Hawa, langsung naik mobil temannya yang mengajaknya untuk bolos.
"Wawa ayo naik!" ajak temannya yang bernama Sherly, yang mengendarai mobilnya.
"Kita mau kemana sih!" tanya Hawa, yang masuk ke dalam mobil Sherly.
"Idih, sejak kapan lo nanya kita mau kemana biasanya juga lo enjoy-enjoy aja," timpal Sherly, yang langsung melajukan mobilnya.
"Eh, lo kenapa sih! Kaya ketakutan gitu," ujar Mira, temannya yang duduk di belakang.
"Semalam gue di marahin bokap, gara-gara kalian nih, pulang kemalaman." Hawa, sangat kesal.
Seandainya dia tidak mengikuti saran temannya untuk pergi ke club mungkin Hawa, tidak sampai pulang malam dan tidak akan di marahi papanya. Teman-temannya sering mengajaknya ke club, walau pun masih pelajar pergaulan mereka benar-benar sangat bebas.
Namun, walau pun pergi ke club Hawa, tidak pernah meminum-minuman haram yang ada di club itu. Karena Hawa, tahu itu minuman yang akan memabukan, dan juga Hawa, tidak ingin ayahnya tahu karena bau minuman itu sangat menyengat.
"Gue heran deh sama kalian. Bokap yokap kalian gak marah apa?" tanya Hawa, heran.
"Hidup gue mah bebas Wa, ya gak Mir!" Mira, yang duduk di belakang pun mengangguk. "Bokap ma yokap gue gak ada di rumah, mereka sibuk dengan kerjaan mereka masing-masing," sambung Sherly.
"Emang gak pernah pulang atau nanyain kabar?" Hawa, merasa heran kedua orangtua temannya begitu tidak peduli.
"Gue, orangnya enjoy bodo amat gak pulang yang penting duit ngalir ya gak Mir!"
"Yo'i," jawab Mira.
"Enak banget sih hidup kalian bebas." Hawa, merasa iri karena hidup temannya sangat bebas tanpa ada yang memarahi setiap hari. Mereka, bebas melakukan apapun.
Namun, tanpa Hawa, sadari justru dialah yang sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat peduli, dan perhatian padanya. Papanya yang selalu memarahinya bukan berati tidak sayang melainkan sangat sayang dan melakukan itu demi kebaikan anaknya.
Sherly, melajukan mobilnya ke sebuah mal. Hobi mereka yaitu shoping dan shoping. Mereka hanya bisa menghabiskan uang kedua orang tuanya. Merasa tercukupi dan uang mereka banyak tanpa peduli bagaimana cara orangtuanya mendapatkan uang.
Di tempat lain Marwan, dan Marwah, ibu dan ayahnya Hawa, mereka di beritahukan pihak sekolah karena Hawa, sudah tiga hari ini bolos. Mereka pun ternganga tidak percaya apa yang di katakan pihak sekolah. Karena jelas, tadi pagi Hawa, pergi memakai seragam sekolah, mereka sungguh tak percaya putrinya telah berbohong.
"Ma, keputusan Papa sudah bulat, untuk mengirim Hawa, ke pesantren. Setelah melihat tingkah Hawa, selama ini sepertinya Papa tidak sanggup lagi untuk mendidiknya. Mungkin jika di sana Hawa, akan lebih dewasa dan penurut. Papa hanya tidak ingin putri kita terjerumus ke jalan yang salah, apalagi kita sudah lihat bagaimana pergaulan Hawa, dengan teman-temannya," ucap Marwan, pada istrinya.
Pergaulan bebas membuat Marwan, gelisah dan takut akan hidup putrinya. Marwan, seorang pengusaha namun dirinya tidak pernah lupa untuk memperhatikan anak-anaknya. Marwan, pun selalu mengajarkan tentang ilmu agama dan ajaran-ajaran yang benar terhadap putrinya.
Tentang Sholat, mengaji Marwan, tidak pernah lupa untuk mengingat, kan. Dulu saat kecil Hawa, sangat penurut tetapi setelah remaja Hawa, sedikit bandel dan ngeyel juga membangkang jika di ingatkan Sholat dan mengaji. Setiap di tanya Hawa selalu menjawab 'Bawel deh pa, aku itu bukan anak kecil lagi' itu yang selalu ia katakan. Marwan, tidak tahu kenapa putrinya jadi seperti itu.
"Mama setuju saja, jika menurut papa itu baik, Mama akan selalu mendukung," ucap Marwah, yang kini sedang berbincang di ruang keluarga.
"Aneh ya Ma, biasanya anak perempuan akan selalu menurut, tapi ini sebaliknya. Bahkan, Yusuf, putra kita dia lebih menurut di banding, kan adiknya."
Yusuf, adalah kakak, Hawa yang kini sedang menempuh pendidikan di universitas al-azhar di kairo, selain itu Yusuf, juga menjadi guru disana, semenjak kecil Yusuf, sudah tinggal di pesantren, hingga saat lulus Yusuf, mengutarakan ke inginannya untuk menempuh pendidikan di universitas yang sangat terkenal di kairo. Tanpa ada paksaan dari kedua orangtuanya, murni keinginannya sendiri.
"Sudah, Pa, jangan di pikirkan. Nanti sakit lagi, mending sekarang Papa, minum obatnya lalu istirahat dan tidur sebelum waktu ashar tiba."
Marwah, begitu perhatian pada suaminya. Karena tingkah Hawa, akhir-akhir ini membuat suaminya itu sering sakit karena memikir, kan putrinya itu. Setelah meminum obatnya Marwan, langsung masuk ke dalam kamarnya.
Di mal, Hawa, kebingungan saat akan melakukan transaksi pembayaran, kartu debitnya tidak bisa di gunakan, hingga Hawa, malu saat akan membayar belanjaannya.
"Kalau tidak punya uang jangan belanja," cibir seorang kasir toko.
"Siapa yang gak bisa bayar, mesinnya aja nih yang elor!" ketus Hawa, yang memukul mesin EDC, mesin yang berbentuk seperti telepon genggam yang biasa di lakukan untuk pembayaran antara rekening bank.
"Malah nyalahin mesin, bilang saja tidak punya uang," cibir kasir itu "Sini, kembalikan barangnya," ketus kasir itu yang meminta kembali semua barang yang sudah di beli Hawa.
Hawa, pun tidak terima karena merasa di permalukan. Akhirnya Hawa, meminjam uang Sherly, untuk membayar belanjaannya. Hawa pun tidak tahu kenapa kartu debitnya tidak bisa di gunakan. Dia tidak tahu bahwa papanya sudah blokir semua kartu debitnya.
"Nih, gue bayar puas," ketus Hawa, seraya memberikan uang pada kasir itu.
"Nah gitu dong dari tadi ke' minjem aja bangga."
"Apa!" Hawa, tak terima dengan ucapan kasir itu, karena baginya itu adalah penghinaan.
"Denger ya, jangan, kan baju ini tokonya bisa gue beli." Hawa, tidak terima hingga menantang kasir itu seolah meyakinkan jika dirinya mampu dan anak dari keluarga kaya.
"Idih, ngayal," gumam kasir itu sinis. Namun, masih terdengar oleh Hawa.
Karena tidak ingin terus terpancing emosi Hawa, pun pergi meninggalkan toko tersebut.
...----------------...
Jangan lupa klik favorit untuk mendapatkan notifnya tiap hari. Jangan lupa beri dukungannya like setelah membaca dan Vote, setiap minggunya 🙏🤗. Kasih bintang 5 juga ya 🤗🙏. Semoga suka dengan ceritanya
Salam author
❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
salken mbal
mampir yaaa
2023-07-25
3
bunda syifa
sekedar masukan Thor, tanda petik untuk percakapan nya udah bagus tapi titik koma nya harus d koreksi lagi penempatan nya biar gc mengganggu saat baca, terutama tanda koma nya 🙏🙏🙏
2023-07-14
0
gang jasad
mxkdos
2023-07-07
0