Bab 19-

"Masa adikku ini kalah sama anak kecil." Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Hawa.

Hawa tertegun sejenak. Mendengar suara itu seperti tidak asing baginya. Seketika tubuhnya terbangun dan berdiri tegak. Lalu berbalik menghadap Yusuf yang tengah tersenyum padanya.

"Kakak!" teriaknya yang langsung memeluk Yusuf seperti anak kecil yang naik dalam gendongan.

Bagi Hawa dan Yusuf itu tidak masalah, tapi berbeda dengan pandangan para santri lain. Mereka begitu terkejut saat melihat Hawa memeluk Yusuf. Karena mereka tidak tahu jika Yusuf adalah kakaknya.

"Hawa, turun jangan seperti ini," ucap Yusuf yang menyadari pandangan semua orang. Sedangkan Hawa tidak peduli.

Terpaksa Yusuf menurunkan satu persatu kaki Hawa yang menyapit pinggangnya. Lalu menurunkan kedua tangan yang menempel di pundaknya.

"Kakak!" rengek Hawa.

"Ini bukan di rumah. Lihatlah pandangan mereka takut nanti jadi fitnah," jelas Yusuf.

"Kita 'kan saudara kakak beradik. Kenapa harus salahpaham?"

"Kita duduk di sana saja." Tunjuk Yusuf pada sebuah kursi, mereka pun melangkah bersama menuju kursi itu.

"Kakak kapan datang? Kenapa tidak bilang?" tanya Hawa setelah mendaratkan bokongnya.

"Mendadak. Papa yang meminta pulang."

"Oh, jadi kalau papa tidak meminta, Kakak tidak akan pulang?"

Yusuf tertawa renyah.

"Bukan begitu, masalahnya Kakak juga punya tugas di sana. Mengajar."

"Aku iri deh, masa kakak di pinta pulang sedangkan aku, Setiap ingin pulang selalu saja di larang."

Sedetik hidung mancung itu Yusuf cubit, sontak para santri yang melihat kembali terkejut, karena melihat kedekatan sepasang pemuda-pemudi di dalam pondok.

Bagi mereka itu tidaklah wajar, namun tidak bagi Yusuf dan Hawa yang sudah terbiasa mesra layaknya sepasang kakak beradik.

"Ih … kak Yusuf! Kenapa di cubit sakit tahu."

"Karena kamu lucu. Masa iya baru saja satu bulan sudah mau pulang. Kakak saja 12 tahun tinggal di sana. Ya jelas pasti Papa gak ngizinin."

Selama itukah Yusuf tinggal di Kairo?

Ya, karena Yusuf bukan hanya kuliah saja. Bahkan Yusuf sudah merasa nyaman dan menganggap Kairo tempat kelahirannya.

Selain untuk mendapatkan ilmu, Kairo juga sebagai mata pencahariaanNya. Karena Yusuf juga bekerja di sana.

"Tetap saja aku mau pulang. Kak Yusuf bujuk papa sama mama ya? Please." Hawa memohon.

"Boleh, tapi ada syaratnya. Kamu pindah ke Kairo gimana?" Kata Yusuf seraya menaik turunkan alisnya.

"Gak gitu juga kali kak, aku harus pindah ke sana. Pokoknya aku mau sekolah di tempatku yang dulu bersama teman-temanku."

"Memakai rok mini, baju ketat, rambut di biarkan terurai, itu yang kamu mau?"

Hawa hanya diam.

"Hawa dengarkan Kakak. Kamu adik kakak paling cantik memakai gamis, jilbab, masyaallah sungguh bahagianya kakak melihat penampilan adik kakak seperti ini. Dan kamu ingin membuka semua ini lagi? Kamu tidak takut papa, kakak, dan mama menanggung dosa mu?"

"Apa hubungannya? Dosa Hawa tanggung sendiri tidak akan melibatkan siapapun.

"Perlu kamu ingat Hawa, seorang wanita yang membuka auratnya, memperlihatkan lengkuk tubuhnya, bahkan satu helai rambut pun yang terlihat itu dosa. Apalagi di lihat banyak orang terutama kaum pria. Dan kamu ingin tubuhmu terlihat agar di pandang indah oleh kaum pria."

"Itu zaman Kak," jawab Hawa yang selalu bisa menimpali.

"Zaman kamu bilang? Kamu tahu apa hukuman nya bagi wanita yang tidak menutup aurat? Neraka jahannam tempatnya."

"Jika menutup aurat tidak bisa, berarti membuk hijab boleh? Memperlihatkan rambut kita itu boleh 'kan?"

“Sehelai rambut wanita yang dilihat lelaki bukan mahram dengan sengaja, balasannya 70 ribu tahun dalam neraka. Sehari akhirat 1.000 tahun di dunia. Seorang wanita masuk neraka akan menarik ayahnya, adiknya, suaminya, dan anak lelakinya”. Ingat, itu baru satu helai rambut," jelas Yusuf.

"Tidak hanya kamu yang masuk neraka, tetapi papa, mama, dan kakak pun bertanggung jawab akan hal itu. Itu sebabnya kenapa kami selalu menyarankan, kamu untuk menutup aurat. Jika kamu sayang pada kita tutuplah auratmu, dan jika nanti kamu setelah menikah suamimu yang akan terseret, tertarik ke dalam neraka.",

Hawa terdiam. Sedetik Hawa teringat teman-temannya. Akan tetapi saat mendengar petuah dari kakaknya entah kenapa hatinya mulai terbuka.

Ada rasa takut, tapi juga masih ingin bergaya seperti teman-temannya yang lain. Mengikuti zaman, bergaul seperti anak gaul lainnya.

"Adapun kaum wanita yang menutup aurat tetapi di hukum," lanjut Yusuf membuyarkan lamunan Hawa.

"Loh, kok bisa? Berarti menutup aurat tidak menjamin masuk surga."

Yusuf tersenyum, pandangannya menatap fokus ke depan. Mungkin saat ini dirinya harus mengajar adiknya sendiri. Memang Yusuf tidak pernah tahu seperti apa pergaulan adiknya.

Namun, Yusuf selalu melihat dari status akun media sosial yang Hawa miliki sebelumnya. Dari cara berpakaian, bergaul hingga ada satu potret yang Yusuf lihat, Hawa yang tertawa bersama temannya, di dalam sebuah ruangan gelap, dengan penerangan berwarna- warni. Bahkan berdampingan dengan teman prianya.

"Kak jawab dong kok malah diam." Sepertinya Hawa sangat penasararan.

"Wanita yang berpakaian tetapi telanjang."

"Maksudnya?"

"Berpakaian ketat, hingga membentuk lengkuk tubuhmu. Itulah yang di maksud berpakaian tapi telanjang."

Yusuf menarik nafas sejenak, sedetik pandangannya kembali pada Hawa.

"Kakak selalu tahu bagaimana perlakuanmu Hawa. Kamu pernah pergi ke sebuah club malam 'kan?"

"Tidak!"

Dengan tegas Hawa mengelak, akan tetapi Yusuf masih memiliki foto itu yang sudah ia simpan.

Di bukanya layar datar miliknya lalu di perlihatkan pada Hawa, sebuah foto yang sangat lama saat bersama Sherly, dan Mira.

Hawa yang hanya menggunakan t-shirt dengan lengan pendek, yang di padukan dengan celana jeans pendek yang ia kenakan. Sangat jelas mengekpose paha mulusnya.

Hawa hanya terdiam melihat potret dirinya itu.

"Ini yang di maksud zaman Hawa? Dan inilah teman-teman terbaikmu Hawa? Seorang teman tidak akan membawamu ke jalan yang sesat."

Hawa masih diam.

"Mungkin saat itu kamu masih belum menutup aurat. Tapi … setidaknya berpakaianlah yang sopan, tidak seperti ini. Apalagi masuk ke dalam sebuah club apa yang akan orang lain pikirkan. Itu sebabnya papa marah hingga serangan jantung bukan?"

Mata Hawa langsung terbelalak, tidak percaya jika kakaknya mengetahui kejadian itu.

"Dan kamu ingin kembali ke masa itu? Kamu yakin? Tidak takut terjadi hal buruk pada papa? Bagaimana jika papa …."

"Iya, kak. Hawa tidak akan mengulangi lagi. Dan akan tetap berada di sini. Di pondok ini, sampai Hawa menikah bersama ustadz di sini. Puas!"

Hawa lagi-lagi kesal. Namun, tanpa sadar sudah mengucapkan hal lain, Menikah dengan seorang Ustadz. Itulah yang membuat Yusuf tertawa.

"Kok Kakak malah tertawa."

"Senang saja karena kamu mau menikah dengan Ustadz di sini. Sepertinya ini kabar bahagia kakak kasih tahu papa dan mama saja kali saja mereka mau nikahkan kamu segera," canda Yusuf namun, membuat Hawa kesal.

"Kak Yusuf!" teriak Hawa pada Yusuf yang sudah berlari jauh menuju rumah Kiyai.

Terpopuler

Comments

Zaka Jack

Zaka Jack

terbaik👍

2023-11-28

0

Yuli Purwa

Yuli Purwa

pencerahan yg humanis 🥰🥰🥰

2023-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!