Bab 4} Kedatangan Adam

Disaat para santri sedang melakukan piket, Hawa, yang saat itu bertugas menyapu halaman mencari kesempatan untuk mencari celah agar bisa pergi dari tempat itu. Kedua tangannya sibuk memegang sapu lidi dan serok, sedangkan kedua matanya menatap setiap sudut pekarangan pondok.

Senyum licik Hawa, terpancar saat melihat sebuah tembok pagar yang tingginya sekitar 1,5 meter. Pagar yang tak begitu tinggi. Hawa, pun berencana akan keluar dari sana apalagi saat melihat lingkungan pesantren yang cukup sepi, dan semua santri sedang fokus melakukan piketnya.

"Ini saatnya gue kabur, bodo amat ah sama bokap, disini juga gue di jadiin babu, masa harus nyapu-nyapu kaya gini," ketus Hawa, yang siap beraksi.

Hawa, pun melihat keadaan sekitar, setelah terlihat aman, Hawa mulai melancarkan aksinya. Di mulai dari menyingkap gamisnya mengikatnya di atas pinggang, beruntung hawa memakai celana panjang hitam di dalamnya atau biasa di sebut lejing. Lalu, Hawa mengikat kerudungnya kebelakang, biar tidak terlalu panjang. Setelah selesai Hawa, mulai memanjat dengan menaiki batang pohon jambu yang kebetulan tumbuh dekat pagar, hingga Hawa, pun bisa sampai di atas pagar.

Bukan untuk pertama kalinya Hawa, melakukan tindakan tersebut. Hawa, sudah ahli dalam manjat memanjat karena sering melakukannya dengan Sherly dan Mira, saat kabur dari sekolah. Jadi bagi Hawa, itu hal yang mudah.

Hawa, pun tersenyum licik saat melihat jalanan di bawahnya. Hingga saat akan meloncat tiba-tiba kaki Hawa, terpleset hingga membuatnya terjatuh.

"Akh, sakitnya!" Hawa, mengusap-ngusap bagian sikut tangannya yang sakit karena terbentur aspal.

"Aduh, gara-gara baju panjang ini nih, gue jadi terpleset," gerutu Hawa, karena saat itu Hawa, menginjak bagian gamisnya yang panjang.

Dari ujung sana terlihat sebuah taksi dengan plat nomor B melaju ke arahnya. Tiba-tiba taksi itu pun berhenti, tak lama kemudian turunlah seorang pemuda berparas tampan, manis, kalem, dan tinggi berjalan ke arah Hawa, yang masih terduduk di atas aspal.

Pemuda itu pun mendekat dan berdiri di depannya.

"Assalamualaikum, maaf apa ukhti baik-baik saja?"

Mendengar suara seseorang yang bertanya padanya Hawa, pun langsung mendongak melihat siapa yang baru saja bertanya padanya. Namun, bukannya Hawa, menjawab Hawa, malah terdiam terkesima melihat pemuda tampan di depannya. Bahkan artis bollywood pun kalah menurutnya.

"Ukhti?" Pemuda itu kembali berkata, membuat Hawa, sadar dari lamunannya.

"Ah iya, ada apa?" jawab Hawa.

'Kelihatannya dia santri sini' batin pemuda itu, yang melihat pakaian Hawa, juga berada di lingkungan pesantren.

"Maaf, apa anda anda baik-baik saja? Tangannya terluka?"

'Aduh, gimana nih, gak mungkin juga gue bilang mau kabur, kalau ternyata dia anak santri juga gimana' batin Hawa yang takut jika ada yang melaporkan kelakuannya.

"Ah, ini. Saya tadi jatuh, terpeleset. Tadi saat membersihkan itu pohon itu," tunjuk Hawa, pada pohon jambu yang ada di dalam pesantren.

"Jangan lupa obati lukanya biar tidak infeksi. Lebih baik kamu segera masuk karena sebentar lagi jadwal kelas," ujsr pemuda itu seraya menatap arlojinya.

"Ah, iya," jawab Hawa, lalu bangun dan berdiri. Setelahnya Hawa, pun berlari memasuki pesantren lewat gerbang depan.

Pemuda itu pun kembali ke mobil taksinya, untuk mengambil koper dan tas ranselnya. Setelahnya pemuda itu memberikan selembaran uang kepada supir taksi, lalu melangkah berjalan memasuki pondok pesantren An-nur.

Di depan gerbang pemuda itu cukup lama berdiri menatap bangunan pondok di depannya. Saat itu keadaan pondok begitu sepi karena semua santri sudah memasuki kelas untuk mengikuti belajar mengajar di pondok itu.

"Tidak ada yang berubah," ucap pemuda itu yang mengulum senyum. lalu melangkah memasuki pondok lebih dalam hingga sampai di pelataran rumah kiyai Abdullah, pemilik pondok pesantren An-nur.

"Assalamualaikum" ucap pemuda itu.

"Waalaikumsalam." jawab Ummi khodijah. Dari dalam rumah.

Mata ummi terbelalak hingga berkaca-kaca. Rasa haru dan bahagia menjadi satu saat melihat senyum seorang pemuda yang selama ini ia rindukan.

"Adam," panggil Ummi penuh haru.

"Apa kabar Ummi," Adam pun mencium tangan ummi khodijah, sosok ibu yang sangat ia rindukan.

"Alhamdulillah, ummi baik. Bagaimana kabarmu Nak, sehat?"

"Alhamdulillah sehat Ummi."

"Ummi, sangat merindukan kamu Nak, kenapa kamu tidak bilang pulang sekarang biar Ummi dan Aby jemput."

"Adam, ingin beri Ummi kejutan," jawab Adam dengan senyuman.

"Ayo masuk, pasti kamu capek ya! Bagaimana belajarmu disana Nak?"

Ummi khodijah, langsung membawa Adam, untuk duduk di sofa, namun mulutnya tidak pernah berhenti melontarkan pertanyaan kepada anaknya itu.

Muhammad Adam Alfatih, itulah nama lengkapnya. Empat tahun Adam, menempuh pendidikan di kairo, membuat sang ibu kehilangan sosok putranya selama itu.

Tak hanya sang ibu yang merasa kehilangan Adam, semua santri pun ikut kehilangan apalagi santri putri yang banyak mengagumi Adam. Ketampanan, kepintaran, keramahan, dan juga soleh membuat para kaum Hawa, mendambakannya sebagai calon imam mereka.

"Ummi Aby dimana?"

"Aby, sedang menggantikan, ustad Soleh, mengajar karena hari ini ustad Soleh, tidak bisa hadir karena sakit," jelas ummi, sersya meletakan satu cangkir teh untuk Adam.

"Aby, masih suka mengajar Ummi?"

"Tidak tiap hari, hanya menggantikan saja karena Aby, juga tidak sesehat dulu, dan yak semuda dulu. Malah Ummi berharap, setelah ini kamu tidak akan pergi lagi, gantikan Aby, mengajar jika ada seorang ustad yang berhalangan."

"Insya Allah Ummi."

****

Kabar kedatangan Adam, pun sudah di ketahui para santri. Membuat santri heboh terutama santri putri, yang begitu mengagumi sosok Adam.

Diantara santri putri, ada satu santri yang sangat memyukainya. Dia begitu merindukan dan juga menantikan hari kepulangan Adam, dari kairo. Sebab, ada sesuatu yang membuatnya menunggu..

"Asma,Asma," terisk Aminah, memanggil Asma, dengan suara yang begitu lantang.

"Astagfirullah, Minah, jaga sikapmu jamgan berteriak seperti itu," ujar Asma, saat Minah, datang ke kelasnya beruntung saat itu tidak ada mata pelajaran yang sedang berlangsung.

"Asma, mas Adam," ucap Minah, dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Duduk dulu, Minah. Ada apa? Bicara pelan-pelan saja." Minah, pun duduk di bangku kosong yang berhadapan dengan Hawa.

"Mas Adam, sudah pulang. Tadi Minah, lihat Mas Adam, ada di rumah pak kiyai."

"Apa benar Minah?" Minah pun mengangguk sebagai jawaban.

'Ya Allah, Mas sekian lama aku menunggu, akhirnya kamu pulang juga Mas' batin Asma.

Senyum Asma, pun mengembang, rasanya sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan Adam, walau pun tidak bisa bertemu langsung dan hanya bisa mendengar suaranya saja. Karena seorang muslim wanita dan lelaki tidak boleh bertemu, apalagi saling pandang sangat lama karena itu bukan mahrom.

Dan jika pun bertemu, harus ada keluarga yang menemani, dilarang untuk berduaan, dengan yang bukan mahrom.

Asma dan Adam memang di jodohkan, tetapi Adam, belum memberikan jawaban. Asma menyukai Adam, semenjak dirinya awal masuk pondok. Keinginannya itu ia utarakan kepada sang ayah. Mendengar putrinya menaruh hati pada seorang pria pemilik pondok sang ayah langsung mengutarakan niatnya kepada kiyai Abdullah, untuk menjodohkan mereka.

Namun kiyai Abdullah, tidak bisa memberi jawaban karena bagaimana pun keputusan ada pada Adam putranya. Yang saat itu sedang menempuh pendidikan di kairo.

...----------------...

Assalamualaikum readers, semoga kalian suka dengan ceritanya. Terima kasih sudah menyempatkan untuk mampir baca 'Kisah kasih Anak Santri' Jangan lupa untuk klik Favoritnya ya🙏. Maaf jika masih ada typo, dan kata juga tulisannya yang belum baik dan sebagus novel yang lain.

Jangan sungkan-sungkan memberi komentar dan sarannya ya 🤗.

Salam Dini_Ra

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wah wah cewek yg melamar cowok,,😅😅

2023-03-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

🤣🤣🤣🤣 Ngapain pohon di bersihin cobak😂😂😜😜

2023-03-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Astaga,, Kayak anak SMA yg suka nolos skolah manjat tembok🤣🤣Tapi ini pake gamis dan kerudunh ckck🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!