Bab 12- Nonton konser

"Ih! Nyebelin. Dasar ustadz rese."

Hawa, terus menggerutu sepanjang jalan. Dari mulai keluar kelas hingga masuk asrama putri. Mulutnya terus bersungut-sungut namun tetap menghapus tulisan yang ada ditangannya.

"Aneh deh! Itu cowok tahu saja kebohongan gue. Mau kabur ketahuan terus. Kalau gini caranya mana bisa gue pergi. Kayanya tuh ustad punya mata batin, atau bisa membaca pikiran orang lain. Itu sebabnya dia tahu aku nyontek. Ish … nyebelin banget deh."

Dengan bibir mencebik, tubuhnya terlentang di hamparan kasur yang cukup empuk, karena dibandingkan di rumahnya sangat berbeda.

Hawa, masih belum terbiasa dengan kehidupannya di pondok ini. Kerudung syar'i yang menutupi rambutnya langsung dibuka, dan di lempar ke sembarang arah.

Mata belo itu langsung terpejam. Rambut hitam bergelombang dibiarkan terurai, kedua kaki ia lentangkan, bersamaan dengan sepasang tangan yang terbuka.

Para santri lain sedang bersiap-siap untuk sholat ashar, namun Hawa malah bersantai rebahan. Tiba-tiba suara deringan ponsel terdengar, membuat matanya mengerjap.

Pupil hitam di pertengahan mata coklat yang paling dalam, bergerak memutar menyapu setiap sudut ruangan. Dengan cepat tangannya mengambil ponsel di bawah bantalnya. Karena Hawa diam-diam menyembunyikan ponsel itu.

"Sherly!" ucapnya yang langsung membuka pesan dari sahabatnya itu.

[Wa, kamu kemana sih! Lama ngilang gak masuk sekolah, aku denger kamu pindah kok gak bilang? Sepi tahu gak ada lo]

Satu pesan dari Sherly, ia baca. Jempolnya mulai bergerak menari-nari di atas layar datar itu.

[Sorry Sher, gue gak pamit. Gue dipaksa yokap buat mondok. Dan sekarang gue ada di pesantren]

[Serius loh! Jadi lo gak akan balik lagi? Padahal gue mau ngajak lo besok, ada konser. Gue udah beli tiketnya juga VIP lagi.]

Hawa tertergun sejenak. Mengingat konser Hawa jadi ingin pergi dan nonton idolanya langsung. Mereka memang sering menonton konser musik, hingga bolos sekolah dan pulang malam.

Bahkan Hawa sempat di ajak merokok oleh teman-temannya. Namun ia tolak karena tidak terbiasa atau takut ketahuan ayahnya. Karena asap rokok itu sangat khas dan akan tercium juga.

[Mau sih nonton. Tapi gue gak bisa pergi penjagaan di sini sangat ketat. Dan gak ada kendaraan juga untuk ke sana.]

[Lo kirim saja alamatnya. Nanti gue jemput. Masa lo gak berani, biasa juga lo kabur-kaburan dari yokap dan bokap lo. Asal lo tahu, Gio akan datang katanya sih, dia mau ngajak lo.]

"Gio," gumam Hawa.

Gio, adalah cowok yang Hawa suka. Cowok populer di sekolah, tinggi, tampan anak basket pula. Namun rasa sukanya tertahan, karena Gio sangat dingin padanya.

Gio, pun salah satu anak band. Pria yang berbakat. Dirinya sempat akan mengungkapkan isi hatinya namun semua terhalang karena kedua orangtuanya. Marwan selalu melarang Hawa untuk pergi bersama teman pria. Itu sebabnya Hawa selalu mengekang karena hidupnya tidak sebebas teman-teman yang lain.

Setelah lama berpikir Hawa, pun membalas pesan Sherly, jawabannya sangat mengejutkan dan menantang.

[Oke Sher, gue ikut. Gue sherlok ya. Besok lo bawa baju ganti buat gue, masa iya gue pakai gamis ke sana. Yang ada di ketawain nanti. Nama pesantrennya An-nur, tapi lo jangan di dekat gerbang ya lo tunggu jauh dari pondok pesantren nanti gue ke sana.]

[Oke. Soal baju nanti Mira yang bawa, kita couple.]

[Oke, sudah dulu ya. Bentar lagi sholat ashar nih]

[Lo kaya ustadzah saja Wa, biasanya juga lo kagak ingat sholat. Ya udah nanti malam gue jemput]

[Ya, pukul 9 malam. Biar para santri sudah tidur]

[Oke, bestiku]

Hawa langsung menyembunyikan ponsel itu kembali. Bersamaan dengan nafas yang berhembus. Suara adzan berkumandang memanggil para umatnya untuk menjalankan sholat ashar. Hijab yang di lempar Hawa, di pakainya kembali.

Seperangkat alat sholat ia bawa, lalu melangkah pergi meninggalkan kamarnya.

****

Malam sudah tiba, setelah selesai sholat isya Hawa, kembali menuju asrama bersama Aisyah dan Asiyah. Malam kedua santri itu merasa aneh karena Hawa, tidak bicara dan hanya diam.

Namun Hawa mengatakan jika dirinya hanya lelah, dan harus menghapal beberapa ayat surat al-baqoroh yang harus di setor besok pada Adam.

Tanpa mereka tahu Hawa, sedang mempersiapkan untuk kepergiaannya malam ini.

"Hawa belum tidur?" tanya Aisy yang sudah terlentang di atas tempat tidurnya.

"Belum, aku masih harus menghapal," jawab Hawa, yang berpura-pura membaca qur'an.

"Semangat ya, tapi jangan terlalu malam. Aku saranin mending kamu tidur, nanti lanjut saja setelah sholat tahajud. Biasanya menghapal yang cepat dalam waktu sepertiga malam." Aisyah memberi usul.

"Iya, deh. Bentar lagi aku tidur," ujar Hawa. Aisyah pun melanjutkan tidurnya.

Al-Quran yang sempat dibuka ia tutup. Di simpannya di atas lemari. Tangannya mulai mengambil ponsel dibawah bantal. Memastikan jika Sherly sudah mengirim pesan.

Hawa menuruni ranjang tidur, di tariknya selimut tipis untuk menutupi guling panjang di atas tempat tidur. Biar terlihat jika guling itu adalah dirinya.

Satu persatu teman kamarnya di lihat, di cek, apa sudah terlelap atau tidak. Setelah sudah memastikan mereka terlelap, Hawa bergegas pergi dengan cara mengendap-ngendap.

Setelah sampai di luar, dirinya memastikan jika tidak ada yang melihat atau pun para penjaga asrama berpatroli. Kakinya berlari ke arah taman menjauhi asrama putri.

Jarak pondok menuju gerbang cukup jauh. Harus melewati beberapa kelas juga melewati asrama laki-laki. Hawa, terus mengendap-ngendap seperti orang mencurigakan. Terkadang langkahnya berlari dan langsung bersembunyi saat ada orang yang melewati jalannya.

Seperti saat ini Hawa, menunduk di bawah tembok saat melihat dua santri masih berada di luar asrama.

Dan ternyata santri itu adalah Adam, yamg sedang mengecek para santrinya sudah tidur atau belum.

"Duh! Ngapain sih tuh ustadz ada terus. Belum tidur apa!" gerutu Hawa, yang bersembunyi di bawah tembok.

Merasa ada yang melewatinya Adam, memindai area pondok sesaat. Begitu pun dengan halaman sekitar yang cukup gelap.

"Kaya ada yang lewat siapa ya?" monolognya. "Ah, sudahlah. Mungkin perasaanku saja, ini sudah jam 10 mana mungkin masih ada santri yang berkeliaran, mereka pasti sudah pada tidur."

Adam, melanjutkan langkahnya menuju rumah Kiyai, yang jaraknya cukup jauh dari asrama santri. Hawa, bernafas lega saat Adam, sudah menjauh pergi. Kini giliran Hawa yang melanjutkan langkahnya menuju gerbang asrama.

*****

Sebuah mobil sedan terparkir di ujung pesantren. Kedua gadis muda turun dari mobil itu yang berpakaian tidak layak. Rok mini di atas lutut, serta kaos switer yang menutupi atas tubuhnya. Rambut diikat di atas kepala yang memanjang seperti ekor kuda.

Sherly dan Mira sudah berada di depan pesantren An-nur. Kini mereka masih menunggu kedatangan Hawa, sahabatnya.

Cukup lama mereka menunggu, seorang perempuan barpakaian Syar'i berlari dari ujung gerbang. Sherly, tertawa merasa aneh melihat penampilan temannya itu.

Mira, pun begitu syok, pakaian kuno yang menutupi tubuh temannya. Namun bagaimana cara Hawa lolos dan keluar. Bukan Hawa, namanya jika tidak pintar.

Manjat-memanjat adalah keahliannya. Jik pagar tinggi dirumahnya bisa ia panjat kenapa tidak dengan gerbang pesantren. Di saat para penjaga lengah Hawa, langsung beraksi.

Dengan nafas tersengal-sengal langkahnya terhenti di depan Sherly dan Mira.

"Kalian kenapa ketawain gue? Senang ya lihat nafas gue ngos-ngosan gini."

"Sumpah, gue gak bisa nahan tawa lihat pakaian lo ini, kuno." Kata Sherly yang terus tertawa.

"Rese loh! Mana sini pakaian gue."

"Mir, kasih bajunya," titah Sherly. Mira pun memberikan satu rok dan satu switer yang sama dengannya.

"Nih, pakaian yang cocok buat loh," ujar Mira.

Hawa langsung mengambilnya, saat tangan itu hendak membuka hijab, tiba-tiba …

"Hawa!"

Terpopuler

Comments

Tatik Roviani

Tatik Roviani

nah Lo ketahuan sama Adam lu hawa 🤣🤣

2023-10-26

0

Yuli Purwa

Yuli Purwa

Nah Lo,,, kamu ketauan 😅😅😅😅

2023-05-23

0

Sri Mulyati

Sri Mulyati

Adam kah yang memanggil itu?
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘

2022-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!