Hari ini hari pertama Hawa, di pesantren An-nur. Hawa, di bawa ke pondok santriwati yang jaraknya tak jauh dari rumah kyai. Hawa, di antar oleh ustadzah pemimpin pondok putri, menuju kamarnya.
Lagi-lagi Hawa, di buat terkejut, bukan kamar yang megah atau luas yang dia dapatkan. Melainkan kamar yang sederhana dan di isi oleh empat santri. Ranjang tidur pun bukanlah ranjang yang besar dan kasur yang empuk melainkan kasur yang berukuran kecil dengan desain ranjang yang bertahap dan terbuat dari kayu.
"Assalamualaikum ustadzah" sapa para santri putri, saat ustadzah dan Hawa, memasuki kamar itu.
"Waalaikumsalam," jawab Ustadzah. "Hawa ayo masuk." Saat Hawa, memasuki kamarnya, ke empat santri itu terus menatapnya, Hawa, merasa risih dengan tatapan itu namun Hawa, tetap terlihat santai.
"Perkenalkan dia Hawa, santri baru dan teman baru kalian. Hawa, itu tempat tidurmu dan itu lemari baju mu." Mata Hawa, terbelalak saat melihat lemari kayu kecil dan tempat tidur kayu yang Ustadzah tunjukan, benar-benar jauh berbeda dengan kehidupannya di kota.
"Apa itu tempat tidurku? Sekecil itu!"
"Sombong sekali," ucap salah satu santri bernama Aminah. Dia seperti tidak menyukai Hawa. Namun, wajar saja Hawa, seperti itu karena kehidupannya memang sangat jauh berbeda dengan kehidupan di kota santri ini. Yang mengajarkannya untuk mandiri dan hidup sederhana.
"Apa tidak ada kamar lain yang ranjangnya besar, dan bukan dari kayu seperti ini. Mana gak ada AC lagi, panas banget!" gerutu Hawa.
"Kayanya dia orang kota, pasti orang kaya lihat aja gayanya." bisik santri yang bernama Asiyah, pada temannya.
"Hawa, cepat masuk." perintah ustadzah, membuat hawa kesal.
"Kalian semua cepat tidur, nanti kesiangan saat tahajud,"
"Iya Ustadzah," jawab para santri, namun tidak dengan Hawa.
"Kalau begitu Ustadzah pamit, assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab semua santri serempak.
Kini semua mata tertuju pada Hawa, ada dua santri yang melihatnya tak suka, dia bernama Aminah, dan Asmaa. Aminah terus mendelik ke arahnya, lalu melangkah menuju tempat tidurnya. Diikuti oleh temannya Asma.
"Assalamualaikum Hawa, kenalkan aku Aisyah," sapa seorang santri yang begitu ramah pada Hawa, dia memperkenalkan dirinya.
"Hawa," jawab Hawa, singkat walau begitu Hawa, tetap membalas sapaan teman sekamarnya seraya menjabat tangannya.
"Aku Asiyah," ucap seorang santri lagi, yang bersama Asiyah. Hawa, pun membalas dengan senyuman seraya menjabat tangan Asiyah.
Asiyah, dan Aisyah, begitu senang melihat kedatangan Hawa, bagaimana tidak, untuk pertama kalinya mereka mendapat teman sekamar dari luar kota apalagi ibu kota, dan Hawa, terlihat begitu cantik seperti gadis-gadis kota pada umumnya.
Hawa, berjalan ke arah ranjangnya yang berada paling sudut dekat jendela, dan berada di dekat ranjang Aisyah, juga Asiyah. Karena malam sudah larut mereka pun segera tidur. Lampu kamar pun di matikan, keadaan pondok terlihat begitu sepi hanya terdengar suara jangkrik di malam hari.
****
Rasanya baru beberapa menit Hawa, memejamkan mata, namun waktu begitu cepat, Hawa, merasakan tubuhnya berguncang membuat tidur nyenyaknya terganggu. Saat membuka matanya ternyata Asiyah yang menggoyangkan tubuhnya.
"Hawa, bangun cepat?"
"Jam berapa sih ini?" tanya Hawa malas.
"Jam tiga," jawab Asy.
"Baru juga jam 3, ngapain coba bangunin gue. Udah sana jangan ganggu tidur gue." Hawa, kembali tertidur di balik selimutnya.
"Astagfirullah," lirih Aisyah yang di samping Asy.
"Hawa, kita harus sholat tahajud, ayo bangun jangan sampai nanti bu ustadzah yang bangunin." Asy dan Aisyah, mencoba membujuk Hawa.
"Kalian belum ke mesjid!" Baru saja di omongkan ustadzah sudah datang. Ustadzah yang terkenal galak dan tegas di takuti semua santri.
"Bentar ustadzah, saya lagi bangunin Hawa," ujar Aisyah.
"Kalian pergi saja ke mesjid, biar ustadzah yang bangunkan Hawa."
"Baik ustadzah." Asy dan Aisyah pun terpaksa pergi walau sebenarnya merasa kasihan pada Hawa, pasti kena omel ustadzah.
Aaa … baru saja Asy dan Aisyah melangkah keluar dari pintu, mereka sudah di kejutkan dengan jeritan Hawa, yang terbangun karena jeweran telinga dari ustadzah.
"Sakit tahu!" bentak Hawa, pada ustadzah.
"Sakit? Mau lagi?"
"Ah, tidak-tidak." Hawa, menggeleng cepat seraya memegang daun telinganya.
"Cepat bangun. Lihat teman-temanmu sudah pergi ke mesjid," hardik Ustadzah dengan tegas.
"Iya, bawel!"
"Kau bilang apa tadi?" Hawa langsung berlari saat melihat tatapan tajam dari ustadzah.
"Astagfirullah haladzim. Anak jaman sekarang di suruh sholat susahnya minta ampun," ucap Ustadzah yang menggelengkan kepalanya.
Hawa, melangkah keluar dari kamar matanya yang masih mengantuk pun membuat Hawa, berjalan dengan mata terpejam alhasil Hawa, yang tak melihat empang di depannya langsung tercebur.
Sontak tingkah Hawa, membuat para santri tertawa.
"Astagfurullah Hawa," Asy dan Aisyah terkejut melihat Hawa, tercebur ke dalam empang.
"Ih … ngapain coba ada empang disini." gerutu Hawa, yang menepuk-nepuk air empang.
"Kamu yang salah, empang yang di salahin," ucap Aminah, yang melihat itu.
"Makanya kalau jalan itu jangan sampai merem, haha." Para santri ikut tertawa.
"Eh, udah jangan di ketawain pergi sana ke mesjid," pekik Aisyah, yang tak suka Hawa, di tertawakan. Aisyah dan Asy, pun membantu Hawa, untuk bangun dari empang. Karena badan Hawa, sudah menggigil kedinginan.
Begitulah kehidupan anak santri, mereka akan bangun saat jam 3 dini hari untuk melakukan sholat tahajud, setelah tahajud mereka melakukan tadarus sampai adzan subuh tiba.
Namun, karena ini hari pertama Hawa, yang belum terbiasa dengan kehidupan di kota santri. Jangankan tahajud, untuk sholat subuh saja Hawa, selalu tertinggal.
Di saat teman-temannya tadarus Hawa, malah tidur, di samping Aisyah dan Asiyah. Kedua temannya itu pun saling memandang, ingin menegur Hawa, namun tidak berani.
Sampai akhirnya waktu subuh pun tiba, Hawa, terbangun karena mendengar suara adzan yang berkumandang sangat merdu, setelah bangun Hawa, pun mengambil air wudhu sebelum melakukan sholat subuh.
"Hawa, mau ngapain?" tanya Aisyah, yang melihat Hawa, menaiki ranjang tidurnya.
"Mau tidurlah." ketus Hawa.
"Astagfirullah, Hawa, jangan tidur lagi, tidak baik tidur sehabis subuh. Sekarang sudah jam 6 kita mandi, lalu pergi piket."
Hawa, hanya bisa membuang nafasnya kasar, setelah mendengar perkataan Aisyah. Hawa, dan teman-temannya pun pergi mandi secara bergantian. Setelah selesai, mereka pergi menuju lapangan untuk melakukan piket.
Hawa, yang selalu di manja dan tak pernah melakukan pekerjaan rumah kini setelah menjalani kehidupan di pondok, Hawa, harus membersihkan, merapihkan tempat tidur sendiri, bangun pagi, dan melakukan piket di pagi hari.
Semua santri akan bekerja sama untuk membersihkan lingkungan pesantren, seperti menyapu dan sebagainya.
"Eh, bukannya itu perempuan yang kemarin ya? Masya Allah cantiknya."
"Seperti bidadari." Gumam para santri putra yang tak sengaja melihat Hawa.
"Jaga pandangan." Singgung temannya.
"Astagfirullah, ya Allah, lindungilah hamba dari godaan syetan yang terkutuk," ucap santri yang bernama ikhsan seraya mengusap wajah dengan kedua tangannya.
"Astagfirullah, San, kamu anggap aku syetan!" pekik santri yang bernama Idris, karena tersinggung dengan ucapan ikhsan.
"Siapa yang bilang?" bantah Ikhsan.
"Tadi kamu bilang,"
"Aku hanya berdoa kepada Allah, supaya di jauhkan dari godaan syetan yang terkutuk. Biar aku tidak khilaf, dan selalu menjaga pandanganku. Bukankah kamu yang bilang tadi jaga pandangan," jelas Ikhsan.
"Kirain kamu nyinggung saya."
"Idih, kamu mau di sama, kan dengan syetan!" Idris, pun menatap ikhsan dengan tajam sedangkan ikhsan, tertawa renyah.
"Bercanda Dris," ucap Ikhsan, sebelum Idris, semakin marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Yuli Purwa
hawa ntar dijodohin sm Adam ya Thor
2023-05-22
1
Qaisaa Nazarudin
Asma ini ya yg di jodohin dgn Adam,Baca sinopsis nya dan bab yg ini,pantesan aAdam batalin oernikahan mereka,org Asma kelakuannya kayak gitu,suka remehin org,
2023-03-28
0
Dini_Ra
Hawa belum terbiasa dengan suasana kota santri
2022-11-24
1