Bab 8

"Jangan senyum-senyum cepat bacakan hapalannya," tegur Adam, pada Hawa, yang terus tersenyum. 

"Sebentar ustadzh, aku ingin minta pertanggung jawaban dulu darimu." Adam, mengerutkan keningnya tidak mengerti apa maksud Hawa. 

"Pertanggung jawaban apa?" tegas Adam. Hawa, pun menunjukan kertas surat yang ia temukan kemarin malam. Awalnya Adam, biasa saja namun saat melihat surat itu ekspresinya berubah. 

"Apa ini! Kenapa surat ini ada pada Hawa? Apa Asma, yang memberikannya!" batin Adam, lalu merobek kertas itu dan di buangnya ke dalam tong sampah. 

"Jangan mengalihkan pembicaraan cepat bacakan hapalannya!" perintah Adam, lagi.

"Justru karena itu, aku tidak bisa menghapal ustadzh," elak Hawa.

"Apa hubungannya? Jangan ngeles cepat bacakan!" 

"Ustadz tidak tahu perasaan wanita? Wanita itu hatinya begitu lemah. Apa salahnya sih jika ustasdz menerima perjodohan itu. Jadi Asma, tidak akan terus menangis. Perlu ustadz tahu gara-gara ustadz aku tidak bisa tidur karena Asma, terus saja menangis. Apa salahnya sih ustadz nikahi saja dia." 

Aww, Hawa, meringis kala Adam, memukul kepalanya dengan buku yang dia pegang. "Kenapa di pukul!" skak Hawa. 

"Ucapanmu tidak ada hubungannya dengan pelajaran kita. Mengerti! Bacakan surat Al-baqarah ayat 1-10." Hawa, gelagapan karena dirinya belum sempat menghapal. Beruntung Hawa, masih ingat dan hapal ayat 1-7 karena saat dirinya masih kecil Hawa, selalu belajar dengan kakaknya. 

"Cuma sampai situ saja ustadz," ucap Hawa, setelah menalar surat Al-baqarah sampai ayat 7. 

"Baiklah, hari ini hapalanmu di terima besok, kamu harus setor lebih dari itu. Kamu masih harus tetap belajar karena masih ada hukum tajwid yang salah. Mulai besok setiap sore kita belajar ngaji." 

"Belajar-belajar terus kapan istirahatnya," rutuk Hawa, namun terdengar Adam.

"Kamu bilang apa tadi?" 

"Euh … iya ustadz besok saya akan belajar ngaji" 

"Bagus. Jangan lupa hapalkan untuk besok ya!" ucap Adam, dan berlalu pergi.

"Cape banget sih disini, belajar gak ada habisnya." Hawa, mengayunkan langkahnya meninggalkan kelas dengan bibir yang terus mengerucut. 

****

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." 

Adam, terkejut saat melihat Hj. Anshor yang kembali datang ke rumahnya, begitu pun dengan kehadiran Asma. Adam, yang baru pulang mengajar langsung berjalan ke arah ruang tamu yang sudah di tunggu oleh kedua orangtuanya. 

Sebelum duduk Adam, ingin bersalaman pada Hj. Anshor, sebagai penghormatannya pada orangtua. Namun, Hj. Anshor tidak menerima uluran tangannya dan langsung memalingkan wajahnya. Adam, hanya diam dan menarik uluran tangannya kembali lalu duduk di antara kiyai dan ummi.

"Pak Haji, apa tidak di pikirkan dulu kenapa Asma, harus berhenti mondok disini. Saya, tahu alasan pak Haji membawa Asma pulang. Saya harap masalah perjodohan itu tidak membuat silaturahmi kita putus." 

Kiyai Abdullah sangat menyayangkan jika keputusan Adam, membatalkan perjodohan membuat hubungannya dengan Haji Anshor meregang. Namun, kiyai tidak bisa memaksa Adam untuk menikah dengan Asma. Karena kiyai sangat menghargai keputusan putranya. 

"Maaf Aby, apa Asma akan berhenti mondok disini?" tanya Adam, pada kiyai. Kiyai pun mengangguk membetulakan pertanyaan Adam. 

"Sekali lagi saya minta maaf jika sudah mengecewakan kalian. Tetapi saya harap kalian tidak menghubungkan masalah pribadi dengan mondoknya Asma di pesantren ini. Lagi pula sebentar lagi akhir semester sangat di sayangkan jika Asma, berhenti." 

"Bagiku tidak ada yang di sayangkan melebihi rasanya di kecewakan. Urusan mondok dan belajar Asma, itu urusan saya. Saya bisa memasukan Asma, ke tempat sekolah yang lebih baik dan pesantren yang lebih baik. Dari pada putri saya harus menahan rasa sakit hati selama belajar disini karena akan bertemu denganmu Adam." 

Haji Anshor terlihat sangat marah, kekecewaannya maaih melekat di hatinya. Lebih tepatnya bukan rasa kecewa yang di rasakan melainkan rasa malu, karena sudah terlalu banyak berharap. 

"Jika ini sudah keputusan kalian, saya dan juga Aby, tidak bisa menghalangi." Adam, begitu bijaksana mencoba mengerti keadaan mereka. 

"Jika di perbolehkan saya ingin bicara sebentar saja dengan Asma." Asma, terdiam lalu menatap papanya untuk memberi jawaban. Haji Anshor pun mengizinkan. 

Asma dan Adam duduk di teras depan dengan jarak satu meter yang di batasi sebuah meja di tengah-tengah mereka. Takut jika akan menimbulkan fitnah Adam, pun berdiri dari duduknya dan melangkah maju lebih depan dengan tubuh membelakangi Asma, yang duduk di atas kursi. 

"Boleh saya memulai Asma?" tanya Adam, memulai pembicaraan tanpa menoleh sedikit pun pada Asma. Tatapan Adam, tetap tertuju ke depan walau ucapannua tertuju pada Asma. 

"Katakan saja Mas Adam, apa yang mau anda katakan," jawab Asma. 

"Sebelumnya saya ingin minta maaf, jika keputusan saya menyakitimu dan menyinggung perasaanmu. Jodoh tidak bisa di paksakan, dan hanya Tuhan yang mengatur segalanya. Antara jodoh, maut, dan rezeki. Saya harap kamu mengerti dan menerima keputusanku." 

"Kenapa tidak sejak dulu Mas Adam, kenapa baru sekarang setelah empat tahun lamanya aku menunggumu dan berharap banyak padamu. Kamu pikir hatiku tidak sakit! Tak hanya rasa kecewa yang ku rasakan tapi sakit hati yang sangat dalam karena merasa di permainkan." 

"Sejak awal aku sudah mengatakan jika aku  tidak berjanji akan menerima perjodahan ini. Keputusanku tergantung istihoroh ku. Aku tidak mengatakan jika aku akan menikahimu. Namun, aku menghargai permintaan papamu yang melamarku untukmu. Tiga kali aku terus mengulang sholat istikhorohku, tiga kali pula jawabannya tetap sama bukan kamu jodoh yang tuhan pilihkan untuku." 

"Mungkin, aku bukan jodoh yang baik untukmu mungkin saja Allah, sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untukmu yang lebih baik dariku." 

"Semoga saja. Dan aku berharap jodohku bukan laki-laki yang mempermainkan hati wanita seperti kamu Mas. Asal kamu tahu Mas, aku sangat mengagumimu dan berharap jika kamu adalah calon imamku." 

"Terima kasih kamu telah mengagumiku tapi maaf jika saya tidak bisa membalas perasaanmu." 

"Seribu maaf pun tidak akan bisa menyembuhkan luka hatiku. Sepertinya pembicaraan kita sudah selesai. Assalamualaikum." 

"Waalaikumsalam." jawab Adam, setelah Asma, berlalu pergi. 

Berbeda dengan Asma dan Adam yang sedang gundah gulana. Hawa, sedang fokus menghapal surat Al-baqoroh yang akan di talarnya besok. Seraya di bantu oleh Aisyah dan Asiyah. 

"Hawa, pelan-pelan mahorijul hurufnya harus benar." 

"Untuk mad asli di bacanya harus panjang ya!" protes Asiyah dan Aisyah.

"Ish … ribet banget sih! Yang penting gue hapal." 

"Eh, teu bisa kitu atuh (gak bisa gitu dong) kudu bener panjang pondokna lain kos baca koran (harus benar panjang pendeknya jangan seperti baca koran)." 

"Ish … ngomong apaan sih gak ngerti gue," rutuk Hawa, saat Aisyah, menceramahi dengan bahasa daerahnya yaitu bahasa sunda. 

"Harus bener intinya itu." sanggah Aisyah. 

"Iya-iya bawel banget sih! Hidup di pesantren banyak aturan." Hawa, terus menggerutu walau pun begitu Hawa  tetap menghapalnya. 

Terpopuler

Comments

Yuli Purwa

Yuli Purwa

sabar ya nak,,, orang sabar pasti subur 🤣🤣

2023-05-22

1

Dini_Ra

Dini_Ra

Sabar ya Hawa, 🤣

2022-11-24

0

Sri Mulyati

Sri Mulyati

Si Asma tidak tahu aja, jodoh Adam sudah disiapkan itu musuh besar Mu yang sekarang lagi di hukum sama Adam😀😀😀😀
ditolak jangan keras hati malah seret jodoh nanti🤭🤭🤭🤭
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘

2022-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!