Bab 5

Sepulang mengajar kiyai Abdullah meluangkan waktunya bersama Adam, putra semata wayangnya yang baru saja pulang dari kairo. Mereka berbincang, bercanda, melepaskan semua rasa rindunya. 

Ummi memasak masakan kesukaan Adam, yang di bantu santriwati, setelah selesai semua masakan pun di hidangkan di atas meja makan. Bau aroma masakan begitu menggiurkan membuat perut Adam, keroncongan karena cacing dalam perutnya minta untuk segera di isi. 

"Ini pasti Ummi, yang masak. Wanginya enggak berubah, pasti enak," 

"Kangen masakan ummi ya?" tanya Kiyai, Adam hanya menjawab dengan senyuman.

"Ayo, kita makan dulu sebelum sholat dzuhur." 

"Iya Aby." 

Kiyai Abdullah, merangkul Adam, menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan mereka pun makan siang bersama, Ada banyak hidangan di atas meja termasuk plecing kangkung, sayur asem, dan ikan nila goreng kesukaan Adam. Melihat, makanan kesukaannya Adam, pun tidak ingin menundanya lagi, satu sendok nasi putih ia tuangkan di atas piring lalu di campur dengan beberapa lauk dan sayuran. 

"Alhamdulillah, meuni raos pisan Ummi ( Alhamdulillah, begitu nikmat ummi)" 

"Masakan ummi mah paling enak," 

"Alhamdulillah, Ummi senang jika kalian suka dan menikmati masakannya," balas ummi saat mendapat pujian dari anak dan suaminya. 

Setelah makan siang selesai, Adam dan Kiyai pergi ke mesjid untuk menjalankan sholat berjamaah dzuhur.

****

Hawa, masih merasa sakit di area sikutnya. Namun, itu tidak membuat Hawa, menyerah Hawa, tetap akan mencari jalan keluar agar dirinya dapat keluar dari pesantren ini. 

Di saat semua santri berjamaah dzuhur Hawa, malah asik bermain gedgetnya di dalam kamar. Di pesantren ini memang sangat di larang menggunakan ponsel, walau pun ingin menghubungi keluarga para santri bisa menggunakan telepon di kantor. 

Tetapi Hawa, dia menyembunyikan ponselnya di bawah kasurnya sehingga tidak ada yang bisa menemukannya. 

"Hawa," 

Hawa, terperanjat dan langsung menyembunyikan ponselnya saat seseorang memanggilnya. 

"Hawa, kamu tidak ke mesjid?" tanya Asy saat mendekat. Hawa bernafas lega karena beruntung bukan ustadzah yang memanggilnya. 

"Apa kamu sedang berhalangan Hawa?" tanya Aisyah, yanh duduk di ranjang tidurnya. 

"Ah, iya aku sedang berhalangan. Dan tadi aku terjatuh jadi masih terasa sakit." Hawa, menunjukan sikutnya. 

"Ya Allah, Hawa, sikutmu kenapa begini? Kamu jatuh darimana?" tanya Aisyah cerewet. 

"Tadi saat piket." 

"Kok bisa?" Hawa, memutar bola matanya malas, menjawab pertanyaan dari teman-temannya. 

"Ya, namanya jatuh gak ada yang tahu, kan!" sanggah Hawa.

"Kamu udah obati? Nanti infeksi loh." 

"Belum sih!" 

"Segera obati ayo kita ke klinik," ajak Aisyah, dan Asy. Mereka bertiga pun pergi ke klinik. Di tengah koridor kelas Hawa, tak sengaja melihat Adam, yang sedang berbincang bersama para ustad dan santri di dekat mesjid. 

"Dia siapa?" tanya Hawa, membuat langkah Aisyah, dan Asy, berhenti. Lalu mata keduanya tertuju pada Adam.

"Itu mas Adam, anaknya pak kiyai baru pulang dari mesir." Jelas Asy.

"Kenapa? Suka ya?" Goda Aisyah. Yang langsung di tepis Asy. 

"Hust, Aish jangan begitu. Istigfar." skak Asy.

"Loh, kenapa?" 

"Karena kamu baru saja mengagumi seseorang yang bukan mahrom, itu tidak boleh." 

"Astagfirullah. Aish khilaf." 

"Kalian ini kenapa sih! Suka sama cowok wajar aja kali, malah gue pernah pacaran." 

"Astagfirullah," ucap Asy dan Aish kompak. 

"Banyak banget ya istigfarnya," skak Hawa. 

"Kamu pernah pacaran Hawa?" tanya Aish, penasaran.

"Iya, memang kenapa?" 

"Pernah peluk-pelukan, kitu?" tanya Asy. 

"Kenapa sih! Jangan, kan pelukan ciuman aja gak masalah." 

"Astagfirullah." Sontak Asy dan Aish, di buat kaget. Dan hanya bisa geleng-geleng kepala. 

Bagi Hawa, itu hal biasa bagi anak remaja di kota. Bahkan, mereka sudah tidak malu lagi untuk mengumbar kemesraannya. Tetapi tidak di kota santri ini, mereka harus menjaga jarak juga pandangan kepada pria yang bukan mahrom. 

Tidak ada istilah pacaran di kota santri ini. Mereka yang menikah kebanyakan melalui taaruf atau perjodohan. Hingga menikah dengan orang yang tidak mereka kenali. 

"Hawa, kamu tahu pacaran itu tidak boleh. Jangankan bersentuhan, memandang pria bukan mahrom itu di larang apalagi sampai ciuman dan pelukan. Na'udzu bilah." 

"Ih, kalian itu gak gaul." Skak Hawa, yang langsung pergi ke klinik meninggalkan Aish dan Asy. 

"Ya Allah lindungilah hambamu ini dari godaan syetan yang terkutuk, Aamiin." Asy dan Aish berdoa serempak. Lalu pergi mengikuti Hawa, menuju klinik. 

**** 

Sepulang dari mesjid Adam dan keluarga berkumpul di ruang keluarga. Ummi dan Kiyai terlihat gelisah juga gugup. Sepertinya mereka ingin menanyakan suatu yang penting pada Adam.

"Ummi Aby, ada apa?" tanya Adam yang sedari tadi hanya diam.

"Adam, apa kamu sudah memutuskan perihal perjodohan itu? Apa kamu sudah menemukan jawaban dari sholat istikhoroh mu?" tanya kiyai perihal perjodohannya dengan Asma. 

Adam, terdiam. 

"Insya Allah, sudah Aby. Tapi … Adam tidak yakin keputusan Adam ini akan di terima." 

"Jodoh hanya Allah yang tahu. Apapun itu keputusanmu, di terima atau tidak tetap sampaikan, walau pun itu menyakitkan." Kiyai tahu apa maksud dari ucapan putranya. Adam pun mengangguk mengerti. 

Malam ini, keluarga kiyai kedatangan seorang tamu yaitu bapak HJ. Anshor dan ibu Zaenab, mereka orang tua dari Asma, yang sudah lama menunggu jawaban Adam. 

Kiyai dan Ummi menyambutnya dengan baik. Mereka pun duduk dengan di suguhkan beberapa jamuan. 

"Saya dengar Adam sudah pulang." ujar Hj. Anshor.

"Iya, alhamdulillah. Sebentar lagi Adam keluar dia sedang menyelesaikan dulu pekerjaannya di dalam," jelas Kiyai.

"Adam sudah bekerja? Ternyata menantu kita ini sudah siap iya, kan ibu." ucap Hj Anshor kepada istrinya. 

"Adam hanya ada sedikit tugas. Alhamdulillah Adam mengajar ngaji untuk muridnya disana." 

"Masya Allah pekerjaan yang sangat mulia." seru Bu Zaenab. Tak lama kemudian Adam pun keluar dan bergabung bersama mereka. Adam bersalaman pada Zaenab dan Hj. Anshor. 

Hj. Anshor terlihat bangga melihat Adam, yang sebentar lagi akan jadi calon mantunya. Padahal Adam, belum memberikan jawabannya. Hj. Anshor  langsung memberitahukan tujuan dan niatnya. 

"Pak Kiyai, saya sudah menentukan tanggal pernikahannya. Bagaimana jika bulan depan, saya rasa niat baik tidak boleh di tunda-tunda." 

"Begini pak haji sebelum itu kita dengarkan jawaban Adam, terlebih dahulu. Biar Adam, memberitahukan hasil dari sholat istikharohnya." 

"Saya yakin jawabannya iya. Iya kan nak Adam?" tanya Hj. Anshor penuh percaya diri. 

"Maaf sebelumnya, jika keputusan saya ini menyakiti hati kalian. Tapi jawaban dari istikhoroh saya, Asma bukan jodoh yang di pilihkan tuhan untuk saya, maaf." 

Hj. Anshor dan Bu Zaenab tercengang. Jawaban Adam, membuat mereka kecewa. Apalagi seorang santriwati yang tak sengaja mendengar ucapan itu. 

Asma, yang sengaja datang ke rumah Kiyai, karena penasaran dengan jawaban Adam, tapi Asma, tidak percaya akan mendengar jawaban yang begitu membuat hatinya pedih. Penolakan yang Adam berikan. 

"Apa maksudmu Adam? Kamu menolak lamaranku? Apa kalian mempermainkan putriku? Selama empat tahun kami menunggu apa hanya untuk mendapatkan hinaan ini." HJ. Anshor begitu kecewa dan sangat marah besar, merasa putrinya telah di permainkan. 

"Pak haji tolong sabar," Ummi dan Kiyai mencoba menenangkan, namun Hj. Anshor tetap emosi.

"Saya tidak terima putri saya di permalukan seperti ini." Tanpa mereka tahu ada seseorang yang mendengarkan perkataan mereka. Asma yang sedari tadi berdiri di depan pintu terus menangis dan berlari pergi.

Terpopuler

Comments

Yuli Purwa

Yuli Purwa

lah kan blm deal pak haji

2023-05-22

3

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Belum di berikan jawaban aja,udah mengklim menantu aja..ntar shock deh kalo ditolak,,

2023-03-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Udah lama nunggunya,Hujung2 nya di tolak, Mending berikan jawaban waktu utu juga,biar Asma bisa cari yg lain..

2023-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!