Sebelum kembali ke pondok, Adam mengajak Pak Solihin, Hawa, Aish dan Asi, untuk melakukan sholat magrib terlebih dulu. Di karenakan waktu magrib hampir habis.
Setelah sholat magrib, mereka singgah di warung makan namun bukan cafe atau pun restoran. Adam, mengajak mereka makan nasi goreng yang berada di pinggiran jalan.
Adam, bukan tidak mampu untuk membayar makanan di cafe juga resto. Selain untuk menghemat. Sedari kecil Adam, sudah terbiasa makan-makanan yang berada di pinggir jalan. Walau pun hidupnya bercukupan namun Adam, selalu di ajarkan untuk tidak sombong dan juga royal.
Di saat semuanya sedang makan Hawa, sengaja menjadikan kesempatan untuk pergi. Tidak peduli hari sudah malam atau pun sepi. Apalagi kondisi jalanan yang di lewatinya sangat sepi dan jauh dari kata ramai.
"Akhirnya aku bisa lolos!" Hawa, begitu ceria. Namun, seketika wajah cerianya kembali sendu saat melihat keadaan jalanan yang gelap dan sepi.
"Eh, aku dimana ini?" Karena, sibuk mencari jalan untuk kabur Hawa, sampai lupa jalan mana yang ia lewati.
"Aduh! Ini dimana nih perasaan tadi banyak gedung-gedung deh kenapa aku malah masuk ke perkampungan gini ya!" Tanpa Hawa, sadari saat dirinya tengah mengendap ia malah berbelok ke sebuah gang yang menuju ke sebuah kampung. Hingga masuk terlalu jauh dan meninggalkan jalan raya.
Di sisi lain Adam, dan yang lain belum menyadari hilangnya Hawa, karena mereka masih fokus pada nasi gorengnya.
"Alhamdulillah, nikmat," ucap Adam, dan pak solihin setelah menghabiskan nasi gorengnya.
"Alhamdulillah kenyang ya Aish," ujar Asi, setelah menghabiskan nasi gorengnya.
"Hawa, gimana kamu kenyang gak? Gak akan ngeluh dong karena malam ini kita makan enak gak makan sama tahu tempe lagi." Asi, mengajak Hawa, berbicara namun Asi, merasa aneh karena tidak ada sahutan dari Hawa.
"Aish Hawa dimana?"
"Bukannya tadi di sampingmu?"
"Ayo kita pulang," ajak pak solihin juga Adam. Yang langsung di sanggah oleh Aish dan Asi.
"Tunggu dulu ustadz Hawa, hilang!"
"Hilang!" ucap Adam dan pak Solihin serempak.
"Astagfirullah al,adzim Hawa." Adam, beristigfar sambil meraup wajahnya kasar.
Kini mereka pun pergi mencari Hawa. Namun bagaimana mencarinya di kota besar seperti ini.
Untuk memudahkan pencarian, mereka pun berpencar. Aish dan Asi bersama pak Solihin sedangkan Adam, mencarinya sendiri.
Di sisi lain Hawa, bingung sendiri mencari arah jalan yang di tuju. beruntung Hawa, melihat sekumpulan pemuda yang berkumpul di sebuah gardu, mereka terlihat sedang bermain kartu. Hawa, pun melangkah maju untuk menghampiri pemuda itu, Hawa, bertanya dan meminta petunjuk arah.
"Permisi Bang!" Hawa, menghampiri pemuda itu tanpa rasa takut. "Bang saya mau tanya ini kampung apa ya? Arah menuju jalan raya kemana ya?" tanya Hawa, yang tak menyadari tatapan mencurigakan dari pada pemuda itu.
Ke empat pemuda itu saling memberi isyarat. Entah, isyarat apa itu yang pasti senyumannya terilhat licik. Walau pun pakaian Hawa, tertutup tetapi kecantikan wajahnya mampu mengundang gairah.
"Neng mau ke jalan raya?" tanya salah satu pemuda.
"Ya udah ayo, kami tunjukan gak jauh dari sini kok!"
"Makasih Bang."
Keempat muda itu pun melangkah bersama tak lupa yang diikuti Hawa. Namun, keempat pemuda itu bukan menunjukan arah jalan raya melainkan masuk lebih dalam lagi dan jauh dari penduduk.
"Lo, kok dari tadi gak sampai-sampai ya! Kenapa malah semakin masuk hutan sih! gak terlihat gedung-gedung atau rumah." keluh Hawa.
"Ini sudah sampai neng!" ucap salah seorang pemuda.
"Ngapain neng ke jalan raya, mending sama kita saja disini." timpal pemuda lainnya.
"Hei, kalian jangan macam-macam ya! Aku teriak nih!"
"Teriak saja emang ada yang dengar!" ucap pemuda itu yang tergelak.
Tolong … tolong …
Hawa, pun berteriak berharap akan ada yang datang menolongnya. Keempat pemuda itu mencoba mendekat dan memeluknya. Namun, Hawa terus melawan dan berontak. Tidak peduli hijab syar'i nya yang sudah terlepas.
Hawa, terus berteriak memukul, dan melawan hingga akhirnya Hawa, pun bisa kabur. Hawa, berlari semakin dalam menyusuri semak-semak juga pepohonan yang tak beraturan. Tak peduli sekujur tubuhnya sudah terasa sakit dan pegal.
"Ya Tuhan kenapa aku jadi nyasar gini sih! Aish … Asi … ustadz dimana kalian!" Hawa, terus berteriak memanggil-manggil temannya.
"Kualat nih karena kabur. Aduh dimana ini." Hawa, semakin ketakutan saat mendengar suara-suara aneh. Entah itu serigala, anjing, atau binatang buas lainnya.
"Serem banget sih kaya di film horor saja."
Tiba-tiba sesuatu yang bergoyang di semak-semak. Menakutkannya hingga suara erangan kucing yang mengejutkannya. Tanpa menunggu lama Hawa, langsung berlari tanpa melihat jalanan di depannya hingga kakinya tersandung batang pohon dan membuatnya tersungkur.
Aww … ringis Hawa, saat merasakan sakit di area keningnya. Yang memperlihatkan cairan kental berwarna merah, mengalir pelan di sudut keningnya. Karena Hawa, terbentur pada sebuah ranting pohon yang tajam.
"Aww … sakit banget!" Hawa, bangun dari duduknya lalu melanjutkan perjalanannya.
Di sisi lain Adam merasa kesal dan geram saat mencari Hawa, yang tak kunjung di temukan.
"Ya Allah, berilah hambamu ini petunjuk temukanlah hamba dengan murid hamba ya Allah."
Adam, terus berdoa saat dirinya bimbang dan ragu memilih jalan yang terdapat beberapa belokan. Namun, entah kenapa Adam, memilih jalan yang paling sepi dan gelap. Jalan yang sempat Hawa, lewati.
"Bismillah, Hawa … kamu dimana?"
Di saat Adam, sedang gelisah dan juga kebingungan mencari Hawa, tiba-tiba Hawa, muncul di balik semak-semak. Keadaannya yang berantakan juga rambut yang acak-acakan tanpa hijab. Membuat Adam, sedikit terkejut dan tidak begitu mengenalinya.
Hingga saat jarak mereka lebih dekat. Barulah Adam, sadar jika itu adalah Hawa.
"Astagfirullah Hawa!" teriak Adam, yang langsung menghampiri Hawa.
"Hawa, apa yang terjadi? Kemana jilbabmu." Adam, segera melepas hoodie nya yang langsung di berikan pada Hawa, untuk menutupi rambutnya.
Hawa, yang merasa pusing karena benturan itu membuat dirinya jatuh pingsan.
"Astagfirullah." Dengan terpaksa Adam, menahan tubuh Hawa, agar tidak jatuh ke atas tanah. Adam, pun langsung menghubungi pak Solihin, untuk datang padanya dan membawa mobilnya.
****
Setelah membawa Hawa, ke rumah sakit Adam, dan yang lainnya kembali lagi ke pesantren. Kiyai dan Ummi di buat kaget dengan kedatangan Adam, yang menggendong tubuh Hawa, apalagi kening Hawa, yang di ikat perban.
Setelah membawa Hawa, ke kamarnya Adam, pun menjelaskan awal kejadian itu pada ummi dan kiyai. Akhirnya kiyai memutuskan untuk menghubungi keluarga Hawa, untuk datang ke pesantren.
"Aby sudah menghubungi pak Marwan, insya allah beliau akan segera datang."
"Syukurlah," ucap Ummi.
"Kita bicarakan nanti dengan pak Marwan, apa Hawa, masih ingin tetap disini atau pulang."
"Sepertinya Hawa, belum terbiasa tinggal di tempat kita," ujar Ummi.
"Dia bukan tidak terbiasa ummi, tapi memang sangat nakal," ketus Adam, yang sudah kesal dengan tingkah laku Hawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Zaka Jack
harus sabar dalam mendidik
2023-11-27
0
Yuli Purwa
sing sabar pak ustadz 😅😅😅
2023-05-22
1
Sri Mulyati
Adam sudah capek ternyata.
semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-06-26
0