Bab 15- Membantu Ummi memasak

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam. Akhirnya Yusuf, sampai juga di rumahnya. Mobil yang mereka naiki memasuki pekarangan rumah yang luas, sedetik tatapan takjub Yusuf pancarkan. Menatap bangunan kokoh yang masih tetap sama saat dirinya hendak pergi ke negeri Kairo, kota seribu menara. 

"Tidak pernah berubah," gumamnya. Yang sedikit menurunkan kaca mobil. 

"Yusuf ayo turun." 

Terlalu lama memandang rumah lamanya, hingga tidak sadar jika kedua orangtuanya sudah melangkah lebih dulu memasuki rumah. 

Yusuf, langsung menyusul serta membawa barang-barangnya. Namun, semua itu terhentikan saat seorang lelaki mengambil paksa barang-barang itu. 

Lelaki itu adalah pak Tarjo, yang selama ini membantu keluarganya dalam mengurus rumah. Yusuf, yang selalu ramah pada siapapun tidak lupa menyapa pak Tarjo dengan pelukan.

Tidak pernah jijik untuk menyentuh orang lain walau mereka kotor sekalipun. Sudah pasti pak Tarjo sangat senang bertemu kembali dengan anak majikannya.

Semua asisten di rumah itu lebih menyukai Yusuf di bandingkan Hawa, yang anaknya sulit di atur dan kurang sopan pada orangtua. 

"Den Yusuf, makin tampan saja. Pangling Pak Tarjo, tidak kenal jadinya." 

"Bisa saja Pak Tarjo ini." Kata Yusuf di iringi dengan senyuman. 

Merekapun melangkah bersama ke dalam rumah. Hanya saja pak Tarjo terus melangkah menuju kamar untuk menyimpan barang-barang Yusuf. 

Sedangkan Yusuf berbelok ke arah ruang keluarga menghampiri papa dan mamanya. 

*****

Suara bel berbunyi menandakan pelajaran sudah selesai. Para santri dan santriwati pun keluar berhamburan untuk mengantri makan siang. 

Namun, ada juga di antara mereka yang berlari ke arah kantin, untuk membeli makanan sendiri. Karena setiap hari mereka akan di beri uang jajan yang orangtua mereka berikan, yang sudah di titipkan pada pemimpin pondok.

Dan uang itu akan di berikan setiap harinya. Dari mulai 10 sampai 20 ribu tergantung besar kecilnya para orangtua menitipkan uang jajan mereka. 

Di saat semua orang keluar Hawa, masih diam di kelas. Sebuah buku yang berdiri menutup wajahnya masih bertengger menghadap Adam. 

Adampun bangkit dari tempat duduk untuk melihat siapa yang tidak pergi untuk istirahat. Langkah itu terayun mendekati Hawa yang duduk di bangku terakhir. 

Di tariknya jilid buku itu, sontak Adam syok saat melihat santrinya yang tertidur. Dan siapa lagi jika bukan Hawa, santri yang selalu berulah. 

"Astagfirullah," ucap Adam. "Hawa, Hawa, selalu saja …." 

Harus banyak bersabar ya Adam. 

Brak! 

Sungguh terkejutnya Hawa saat mendengar gebragan meja yang begitu keras membangunkan tidurnya. Padahal seseorang hanya memukul meja itu dengan penggaris yang ia bawa. 

Masih sempatnya Hawa meregangkan otot-otot yang kaku, tanpa melihat seorang wanita yang berdiri di hadapannya. Sorot mata yang begitu tajam seolah siap menerkam. 

"Ustadzah!" terkejutnya Hawa saat melihat Ustadzah yang sudah berdiri di hadapannya.

Netranya memindai sekeliling kelas, yang ternyata semua teman sedang memperhatikannya. Lalu Hawa melihat meja guru di depan yang sudah kosong tanpa Adam.

"Ustadz Adam kemana?" gumamnya. 

"Hawa!" teriak Ustadzah. 

"Iya Ustadzah!" 

"Enak kamu tidur. Sampai tidak tahu pelajaran ustadz Adam sudah berakhir! Dan kamu juga meninggalkan sholat dzuhur!" Suara Ustadzah begitu melengking.

Sedetik Hawa menoleh pada jam dinding yang sudah menunjukan pukul 14.00. Sudah jam dua siang dan Hawa, belum menjalankan sholat dzuhur.

"Cepat! Pergi ke mesjid sholat dzuhur." 

"Iya Ustadzah." 

Hawa bergegas pergi. Adam memang sengaja meninggalkan Hawa tidak membangunkannya. Dan meminta seorang santri untuk membangunkan Hawa, tetapi mereka lupa hingga tiba jam pelajaran Ustadzah Lili. 

Sedangkan Adam, terlihat tenang membaca kitab di ruangannya. Namun, hatinya tidak bisa berbohong jika Adam masih memikirkan Hawa. 

Di lihat arah jarum jam pada arloji di tangannya. Kitab itu langsung ia simpan lalu tubuhnya bangkit berdiri melangkah keluar. 

Entah Adam mau pergi ke mana, langkah kaki terus menyusuri koridor antara penghubung kelas santri pria dan wanita, kaki Adam pun berbelok ke kelas santri wanita yang sekarang sedang di pimpin Uatadzah Lili. 

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." 

Suara Adam menghentikan pelajaran mereka sejenak. Usradzah langsung menghampiri Adam yang berdiri di ambang pintu. 

"Ustadz Adam?" 

"Apa Hawa ada di kelas?"

"Maaf Ustadz, Hawa tertidur hingga melewatkan sholat dzhur. Baru saja Hawa keluar untuk menjalankan sholat dzuhur selagi ada waktu." 

"Ya sudah, kalau begitu lanjutkan lagi mengajarnya Ustadzah maaf sudah mengganggu. Untuk Hawa biar saya yang urus." 

"Baik Ustadz." 

Adampun berlalu pergi menuju arah mesjid. Hawa baru saja mengenakan mukena dan akan melakukan sholat. 

Adam hanya berpesan pada seorang santri, untuk mengantarkan Hawa ke rumah Kiyai. 

Empat rakaat sudah Hawa lakukan, di akhiri dengan kedua tangan menengadah untuk meminta do'a. Tali mukena langsung ia lepaskan, di bukanya lalu di lipat kembali agar rapi. 

Mesjid ini begitu sepi mungkin, mereka semua sedang belajar. 

"Assalamualaikum Hawa?" panggil seorang santriwati. 

"Walaikumsalam iya?" sahut Hawa.

"Kamu di minta datang ke rumah Pak Kiyai." 

"Untuk apa?" 

"Tidak tahu, aku hanya memberitahumu. Kalau begitu aku pamit." 

Santriwati itu bergegas pergi, Hawa, langsung menaruh mukena itu pada sebuah lemari, setelahnya Hawa pun meninggalkan mesjid. 

****

Di depan teras Adam menunggu Hawa, sambil duduk santai di atas kursi kayu jati. Punggungnya bersandar pada dinding bercat putih. Sepasang netranya tertuju pada halaman luas di depannya, serta pagar rumah yang di hiasi tanaman-tanaman yang hijau. 

Sejenak Adam, tertegun. Di sinilah tempat terakhir Adam bertemu dengan Asma, santri yang sudah di anggapnya seorang adik dan juga yang di jodohkan dengannya. Hanya saja, karena keegoisan Asma malam itu mereka harus terpisah. 

Entah bagaimana kabar Asma sekarang? Mungkinkah dia mondok atau sudah menikah. Karena keputusan istikhorohnya saat itu membuat ayah Asma kecewa, sehingga akan menikahkan Asma dengan lelaki yang di anggap pantas dan langsung memutuskan tali silaturahmi dengan keluarganya.

Sebenarnya tidak baik seseorang memutuskan tali silaturahmi, karena mereka di anggap sebagai perusak bumi. Bahkan ia juga akan mendapat kutukan dari Allah SWT. Sebagaimana yang tertuang dalam satu hadis. 

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga pemutus silaturahmi." 

Adam tidak menginginkan itu. Namun bagaimana lagi, mereka yang memutuskan dan Adam hanya bisa berharap semoga Allah SWT mengampuni dosa mereka. 

"Assalamualaikum." 

Ucapan salam seseorang mengejutkan lamunan Adam. Adam, segera menoleh.

"Walaikumsalam," sahutnya menjawab salam. 

Adam langsung menunduk ketika tahu jika itu adalah Hawa, tidak baik memandang yang bukan muhrim dalam waktu yang lama. Namun, tidak dengan Hawa. Rasa kesalnya pada Adam masih belum hilang sehingga Hawa terus menatap dengan sorot mata yang tajam.

"Aku mau ketemu pak Kiyai, bukan ketemu anda ya Ustad," ketus Hawa. 

Adam bangun dari duduknya, berdiri membelakangi Hawa. 

"Saya yang memanggilmu. Masuklah," titahnya lalu melangkah masuk meninggalkan Hawa, yang masih tercengang. Dengan ekpresi kesal Hawa, pun melangkah mengikuti Adam.

"Ummi?" panggil Adam. Ummi Khodijah pun muncul dari arah dapur. 

"Iya Adam?" 

"Ada Hawa, katanya mau membantu Ummi memasak." 

Sontak mata Hawa terbelalak, sedetik tatapan sinisnya beralih pada Adam. 

"Masak? Siapa yang mau masak, nyebelin banget sih ni Ustad, pasti ngerjain lagi nih," batin Hawa kesal. Tetapi tidak dengan Ummi yang merasa senang karena ada yang membantu. 

"Serius kamu Adam? Masyaallah Hawa Ummi senang, ayo masuk Nak kita masak bareng-bareng." Ummi khodijah menuntun Hawa. 

"Tapi Ummi, Hawa tidak bisa masak." 

"Tidak apa-apa nanti Ummi ajarkan." Terpaksa Hawa, melangkah mengikuti Ummi. Namun, tatapan tajamnya tidak berpaling pada Adam. 

Adam hanya tersenyum menanggapi tatapan membunuh itu.

Terpopuler

Comments

Zaka Jack

Zaka Jack

knp bisa jadi begini ceritanya?

2023-11-28

0

Yuli Purwa

Yuli Purwa

cie cie calon mantu diminta belajar masak 🥰🥰🥰

2023-05-23

0

ꪶꫝ🥀⃞oktavia ariani🔮S⃟M•

ꪶꫝ🥀⃞oktavia ariani🔮S⃟M•

oh,adam mau menjadikan hawa istri kayane,mkane sruh belajar masak😁😁

2022-12-27

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!