Desas-desus kabar Hawa sudah tersebar. Seorang santri juga manusia yang tidak luput dari dosa, bahkan mereka pun bisa membuat kesalahan.
Karena perlakuan Hawa pada Yusuf kemarin menimbulkan fitnah di antara pondok. Wajar saja mereka salah paham, karena mereka tidak tahu Yusuf adalah kakak dari Hawa.
Sedangkan Hawa, memeluk tubuh Yusuf. Siapapun yang melihat itu akan salah paham.
"Assalamualaikum Pak Kiyai."
Ustadzah lili berlari memasuki rumah Kiyai. Semua orang yang berada di rumah itu langsung beralih menatapnya. Termasuk keluarga Marwan.
"Walaikumsalam," jawab mereka serempak. Pak Kiyai pun bertanya ada apa? Namun, Ustadzah Lili sepertinya ragu untuk berkata tentang masalah yang terjadi karena di sana ada Hawa juga Yusuf.
"Ustadzah ada apa?" tanya Ummi yang sedari tadi menunggu jawaban Ustadzah Lili.
"Maaf mengganggu. Ada yang ingin saya katakan pada Ummi," ujar Ustadzah Lili.
Ummi melirik Kiyai sejenak, lalu bangun dari duduknya pamit pada semua orang untuk berbicara dengan uatadzah Lili.
Mereka menuju sebuah ruangan. Ustadzah Lili pun mulai berkata, menjelaskan pada Ummi masalah yang sedang terjadi di pondoknya saat ini.
Tentu saja Ummi sangat terkejut, masalah itu harus segera di luruskan agar tidak terjadi fitnah yang lebih meluas yang akan mencoreng nama baik pesantrennya.
"Astagfirullah, kenapa mereka bisa memutuskan satu perkara tanpa ada penjelasan itu bisa jadi Fitnah."
"Itu masalahnya Ummi, saya pun tidak tahu siapa yang menyebarkan kabar itu."
"Ini harus segera di luruskan. Tunggu di sini saya panggilkan pak Kiyai dulu."
Ummi pun melangkah keluar dari ruangan itu. Ustadzah Lili menunggu dengan gelisah takut, jika kabar ini meluas ke masyarakat. Apa pandangan mereka nanti terhadap pondok pesantren ini.
Ummi duduk di samping Kiyai, lalu berbisik setelah itu melangkah pergi. Kiyai bangun dari duduknya, berpamitan pada semua tamu izin pergi sebentar karena ada hal yang harus di selesaikan.
Setelah pamit Kiyai pun pergi menemui Ummi dan Ustadzah Lili. Sedangkan Marwan, Marwah, Hawa, Yusuf dan Adam mereka saling pandang, bertanya-tanya ada masalah apa dengan pak Kiyai.
"Ada apa ini? Ada masalah apa?" tanya Kiyai pada Ustadzah Lili.
Ustadzah Lili pun menjelaskan, Kiyai cukup syok namun tetap tenang.
"Ustadzah panggil semua santri untuk kumpul di aula. Saya akan bicarakan ini dulu dengan keluarga pak Marwan, dan kita akan pergi ke aula bersama."
"Baik pak Kiyai. Saya permisi."
Ustadzah Lili pun pergi. Kiyai dan istrinya langsung menuju ruangan utama, ruangan di mana keluarga Marwan berkumpul.
Dengan pelan dan hati-hati Kiyai mengatakan pada Marwan tentang fitnah yang tersebar di area pondok.
Hawa orang yang paling tidak terima dan sewot. Merasa semua teman-temannya menyebarkan hal yang tidak benar. Dengan emosi Hawa akan pergi menemui teman-temannya. Namun di tahan oleh Yusuf.
"Mau kemana?"
"Ya mau jelasin semuanya lah, kak."
"Pergi dengan emosi seperti ini? Sudah, kita akan pergi sama-sama dan jelaskan sama-sama."
Hawa masih terlihat kesal. Mereka semua melangkah bersama menuju aula.
*****
Di ruangan yang luas para santri sudah berkumpul. Suasana mulai riuh saat Kiyai mulai memasuki aula.
Tidak sedikit dari mereka yang bertanya-tanya ada apa semua santri di titah berkumpul di dalam aula.
Apalagi saat melihat Hawa dan Yusuf suasana di aula semakin riuh.
"Tolong tenang! Semuanya tenang izinkan pak Kiyai untuk bicara." Kata seorang Ustad menenangkan para santrinya. Barulah mereka terdiam.
Dengan pelan Kiyai Abdullah menghela nafasnya panjang sebelum memulai pembicaraan.
"Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh."
"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
Dengan serempak para santri menjawab salam guru besar mereka.
"Saya dengar ada kabar yang tidak baik di pondok ini. Sebuah kabar yang belum pasti jika itu benar atau tidak. Dan kabar itu terdengar langsung ke telinga saya, saya sebagai pemimpin pondok sangat sedih mendengar santri-santri saya percaya pada fitnah, sesuatu yang belum tentu benar, tetapi kalian sebarkan."
Tidak ada satupun yang bicara, mereka semua menunduk dan diam.
"Tabayyun. Apa kalian mengerti tentang tabayyun? Periksalah dulu, cari kebenarannya dulu sebelum kalian menyebarkan kabar yang belum tentu benar karena itu akan menjadi fitnah. Dan … seperti saat ini fitnah sudah tersebar. Ada seorang santri yang dengan mesranya memeluk, mencium seorang lelaki yang bukan mahrom. Apa kalian tahu seperti apa tampang orang yang kalian bicarakan?"
Ada yang menggeleng ada juga yang mengangguk. Sebagian dari mereka ada yang tahu ada yang tidak. Itu artinya ada sebagian dari mereka yang hanya menanggapi dan ikut membicarakan tanpa tahu permasalahannya.
Kiyai meminta Hawa dan Yusuf untuk mendekat, berdiri di sampingnya. Lalu mengenalkan pada para santri tentang siapa mereka.
"Hawa Aqila Putri dan Yusuf Baskara Putra, dua orang yang kalian fitnah. Mereka adalah saudara kandung yang lama tidak berjumpa. Jadi wajar saja jika mereka meluapkan rasa rindunya, seperti Hawa yang memeluk kakaknya itu wajar karena mereka satu darah bukan laki-laki yang bukan mahrom."
"Siapa yang pertamakali menyebarkan fitnah ini sungguh kalian telah dosa memfitnah teman kalian."
Semua santri pun menunduk. Kiyai pun meminta mereka semu untuk meminta maaf pada Hawa dan Yusuf.
Setelah masalah di luruskan Kiyai mendapat kabar, ada orang yang memberitahukan tentang santri yang pertamakali menyebarkan rumor itu.
Kiyai pun memerintahkan seorang Ustadz untuk memanggilnya agar datang menemuinya.
*****
Tok, tok, tok,
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Seorang santriwati masuk ke dalam ruangan Kiyai. Yang di mana di sana sudah ada Kiyai, para Ustadz dan Ustadzah. Santriwati itu merasa bingung karena hanya dia seorang yang di perintahkan menghadap Kiyai.
"Duduklah," perintah Kiyai.
Santriwati itu pun duduk di tengah-tengah mereka.
"Aminah!" panggil Kiyai.
Aminah adalah teman satu kamar Hawa, dan orang yang memang tidak menyukai Hawa. Ia melihat Hawa dan Yusuf yang berpelukan saat di taman.
Rasa bencinya pada Hawa membuat Minah menyebarkan apa yang sudah ia
Lihat. Berharap akan menjadi bahan olokan dan di hukum oleh para Ustadz, bila perlu di keluarkan dari pondok.
Itu karena Minah masih kesal saat kepergian Asma dari pondok itu.
"Siapa yang mengajarimu seperti itu? Kamu lihat apa dampaknya? Tidak hanya Hawa tetapi pondok pesantren ini juga akan terken dampaknya. Apa tujuanmu Minah?"
"Maaf Pak Kiyai." Hanya itu yang Minah katakan.
"Tabayyun dulu, periksa dulu informasi yang kamu tahu. Jangan asal menyebar luaskan. Kamu mengerti kan sekarang?. Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan."
"Iya Pak Kiyai. "
"Ya sudah, kamu boleh pergi jangan di ulangi lagi. Dan sebagai hukumannya kamu harus meminta maaf atas kesalahanmu di depan semua para santri. Apa kamu siap mempertanggungjawabkan kesalahanmu?"
"Siap Pak Kiyai, Minah tidak akan lagi mengulanginya."
"Alhamdulillah," ucap semua para Ustadz dan Ustadzah serempak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Yuli Purwa
Oalah Aminah 😬😬
2023-05-23
1