Bab 13- Gagal nonton.

Hawa menuruni ranjang tidur, di tariknya selimut tipis untuk menutupi guling panjangnya. Biar terlihat jika guling itu adalah dirinya.

Satu persatu teman kamarnya di cek, apa sudah terlelap atau tidak. Setelah sudah memastikan mereka, Hawa bergegas pergi dengan cara mengendap-ngendap.

Tanpa Hawa sadari masih ada satu temannya yang belum tidur. Dia adalah Aminah, yang merasa curiga dengan tingkah Hawa, malam ini.

"Mau kemana si Hawa malam-malam gini," pikir Minah. Lalu beranjak dari tempat tidur, melangkah keluar mengikuti Hawa.

Namun, baru saja selangkah meninggalkan kamar, suara yang tegas menghentikannya. Seorang ustadzah yang semakin mendekat, memastikan siapa santri yang sudah berani keluar kamar.

Mata tajam itu semakin membulat ketika melihat wajah Minah. Bibir Minah semakin bergetar, hatinya semakin dag-dig-dug tidak karuan. Sebab ustadzah itu terkenal sangat galak.

"Minah! Sedang apa kamu di luar?"

"Ustadzah, anu …."

"Anu apa? Bukannya kamu tidur. Cepat masuk!"

"Bentar Ustadzah, Hawa masih di luar. Tadi aku lihat Hawa pergi tidak tahu mau kemana."

"Ke arah mana?"

"Ke sana Ustadzah." Tunjuk Minah, ke arah lapangan. Mereka berdua pun pergi mencari Hawa. Hingga saat melewati asrama putra mereka bertemu dengan Adam yang berjalan ke arah rumahnya.

Mereka pun berhenti sejenak. Ustadzah langsung melaporkan kepergian Hawa pada Adam. Karena memang Adam-lah yang bertanggungjawab atas Hawa.

"Ustadzah, Minah? Mau kemana kalian?" tanyanya, "Kenapa masih di luar?"

"Begini, Ustad Adam. Kata Minah Hawa pergi, dan sekarang kita sedang mencarinya Ustaz," jelas Ustadzah.

"Pergi? Pergi kemana?"

"Aku menemukan ini Ustadz." Kata Minah, yang memberikan sebuah ponsel milik Hawa yang tidak sengaja ia temukan.

"Sepertinya ini punya Hawa, Ustadz."

Adam langsung mengambil benda itu dari tangan Minah. Tanpa sengaja layar datar itu tersentuh membuat ponsel itu menyala. Hingga sebuah pesan dari Sherly tidak sengaja Adam baca.

Sedangkan Hawa, memanjat pagar gerbang yang cukup tinggi. Di saat penjaga sedang tidak ada.

Hawa langsung berlari ke arah mobil yang terparkir di ujung pondok. Sherly dan Mira sudah menunggu.

Adam, bersama Ustadzah dan Minah langsung menuju gerbang. Awalnya mereka mengira jika Hawa, masih berada di dalam pondok karena pintu gerbang masih terkunci.

Namun, Adam sangat mengenal seperti apa Hawa. Gadis licik, ceroboh, dan nakal. Bahkan Adam pernah memergoki Hawa, saat akan kabur menaiki pohon jambu.

Adam, pun memutuskan untuk membuka gerbang.

"Dimana pak Ismail?" tanya Adam yang mencari penjaga gerbang.

"Saya di sini Ustadz," jawab seorang pria berseragam. Pria itu adalah Ismail yang baru saja kembali dari toilet.

"Buka kuncinya Pak!" titah Adam.

"Memangnya mau kemana Ustadz?"

"Buka saja."

"Iya, cepat buka Pak. Ada santri yang kabur," jelas Ustadzah dan Minah. Pak Ismail pun segera membuka kunci gembok pada gerbang. Tangan Adam langsung mendorong pagar itu hingga terbuka lebar.

Mereka semua berjalan keluar. Netra Adam langsung menangkap tiga sosok wanita, yang berdiri di ujung jalan. Dua wanita yang berpakaian terbuka dan salah satu santri yang hampir saja membuka hijabnya.

Emosi Adam semakin membara ketika melihat Hawa, yang ingin melepas penutup kepalanya.

"Astagfirullah," ucap mereka semua bersamaan.

"Hawa!" teriak Adam, membuat Hawa terdiam seketika.

"Siapa tuh?" ujar Sherly.

"Sial! Ketahuan," gumam Hawa. Yang langsung menurunkan tangan dari hijabnya.

"Siapa dia Hawa?"

"Dia guruku."

"Tampan juga," celetuk Sherly.

"Kalian pergi sana!" titah Hawa pada kedua temannya. Namun, Sherly dan Mira, tetap ingin mengajak Hawa pergi.

"Kamu juga ikut Hawa. Ini kesempatan lo untuk pergi."

"Iya, benar apa kata Mira. Ayo Wa, masuk mobil."

"Tapi!"

Hawa ragu. Ingin mengikuti ajakan temannya, tapi takut. Takut jika Adam marah, dan melaporkan pada orangtuanya.

"Wa! Ayo, masuk." Sherly, dan Mira sudah berada di dalam mobil. Menunggu Hawa, untuk masuk.

"Hawa berhenti!" teriak Adam lagi. "Apa kamu tidak kasihan pada ibu dan ayahmu!"

"Hawa ayo!" desak Mira. Mira dan Sherly merasa kesal karena Hawa tidak juga masuk ke dalam mobilnya. Terpaksa Mira, turun menarik paksa Hawa untuk masuk.

Sherly sudah siap melajukan mobilnya, saat hendak maju tiba-tiba pintu mobil terbuka, memperlihatkan Adam, yang menatap tajam pada Hawa, yang duduk di jok belakang.

Dengan kuat tangan itu menahan pintu. Adam, mengancam akan mematahkan pintu mobil dan membawa mereka ke pihak berwajib. Sherly, dan Mira pun takut yang akhirnya menurunkan Hawa, membiarkan Hawa, kembali ke asrama.

"Saya bisa laporkan kalian ke polisi karena sudah menculik santri saya."

"Tidak Ustadz, jangan. Kami tidak akan membawa Hawa pergi. Hawa, maafkan kami," ujar Sherly.

"Nanti kita akan kembali lagi," bisik Mira. Hawa pun turun dari mobil. Sherly segera melajukan mobilnya meninggalkan pesantren.

Adam masih bersikap dingin. Meminta Ustadzah untuk menuntun Hawa, masuk ke dalam pondok kembali. Dengan pasrah, Hawa kembali masuk ke dalam asrama.

Dan Hawa yakin jika Adam akan menghukumnya kembali.

*****

Keesokan paginya, Hawa kembali di sidang. Di saat para santri lain belajar Hawa, harus menemui Adam di ruangannya.

Hawa terlihat cuek tidak merasa takut sama sekali. Namun, saat melihat sebuah ponsel di atas meja Adam, bola matanya membulat seketika. Karena Hawa sangat mengenal jika ponsel itu adalah miliknya.

"Bukannya itu ponsel gue," batin Hawa.

"Ustadz itu ponselku, kenapa ada pada Ustadz? Tidak baik ya Ustadz mengambil barang orang lain tanpa izin."

"Saya tidak mengambil. Seseorang menemukannya lalu memberikannya pada saya. Bukannya kamu tahu santri di sini di larang memegang handphone. Diam-diam kamu menyimpannya?"

"Kenapa? Tidak ada hak untuk melarang. Kenapa aku menyimpan ponsel karena aku butuh untuk menghubungi keluargaku."

"Juga untuk menghubungi temanmu? Nonton konser, itu yang akan kamu lakukan semalam? Demi konser musik kamu pergi larut malam dan akan melepas pakaianmu."

Hawa, membuang nafasnya kasar. Sangat membosankan mendengar petuah dari Adam. Bagi Hawa, itu tidak masalah. Niatnya membuka jilbab bukan membuka pakaiannya.

Jikapun dirinya memakai rok atau t-shirt yang penting tubuhnya masih tertutup. Tidak terlihat.

"Masa aku nonton konser menggunakan pakaian seperti ini Ustadz. Orang-orang di sini memang tidak tahu zaman. Semuanya kuno-kuno."

"Kamu ingin memperlihatkan rambutmu pada kaum pria itu yang kamu maksud zaman modern? Apa kamu tahu apa hukumnya membuka aurat terutama membiarkan rambutmu terlihat."

"Paling juga di suruh hapalan surah. Jangan bilang mulutku akan di sobek lagi Ustadz."

"Lebih dari itu," timpal Adam.

"Wanita yang tidak mengenakan jilbab juga akan digantung rambutnya memakai api neraka sampai otaknya menjadi mendidih dan akan terus berlangsung selama ia hidup di dunia saat belum menutup rambutnya. ( HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421)."

"Hadis terus, capek aku dengernya," gerutu Hawa. Adam, hanya bisa membuang nafas kasar. Hadis apapun tidak masuk ke dalam pikiran Hawa. Pantas saja tidak ada yang sanggup membimbing Hawa, ternyata butuh kesabaran besar untuk mendidiknya.

"Ponsel ini saya sita," ucap Adam yang langsung di bantah oleh Hawa.

"Tidak bisa! Kalau aku mau hubungi orangtuaku bagaimana?"

"Kamu bisa menggunakan fasilitas pondok bukan."

"Ini tidak adil! Santri lain juga bisa megang ponsel kenapa aku tidak."

"Ada waktunya mereka untuk menggunakan ponsel. Setiap hari jum'at mereka akan di beri kebebasan, karena itu hari libur mereka. Namun, karena kamu sedang di hukum selama satu bulan ponselmu saya pegang."

"Loh, kok gitu! Tidak bisa gitu dong Ustadz Adam."

"Kembali ke kelasmu. Dan jangan lupa hapalan Al-Baqoroh sepuluh ayat, tanpa contekan mengerti!"

Sedetik bibir Hawa mencebik. Sorot matanya menatap Adam dengan tatapan membunuh. Kesal, itu yang Hawa rasakan. Namun, entah kenapa Hawa, tidak bisa melawan Adam, seperti pada Ustadz dan Ustadzah yang lain.

Kedua kaki dihentakkan, Tubunya berbalik meninggalkan ruangan Adam. Adam hanya mengeleng melihat tingkah santrinya itu.

Terpopuler

Comments

Yuli Purwa

Yuli Purwa

kasian deh gagal nonton konser 😬😬😬

2023-05-23

0

Sri Mulyati

Sri Mulyati

bolak balik di hukum, tapi tidak capek dan tidak berkutik, tapi akan selalu ada niat buruknya muncul.
sabar Adam calon istri memang susah di taklukkan 🤭🤭🤭🤦🤦🤦
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

2022-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!