Bab 6

Asma, sudah berdandan cantik. karena Asma, tahu jika Adam, sudah kembali. Asma, sudah lama menaruh hati pada Adam, bahkan kedua orangtuanya sudah melamar Adam. Namun Adam, berjanji akan menjawab lamaran itu setelah kepulangannya. 

"Asma, mau kemana?" tanya Minah, teman satu kamarnya. 

"Aku mau pergi sebentar," jawab Asma, yang masih merapikan hijabnya. 

"Mau ke rumah pak kiyai ya? Soalnya tadi aku lihat abah dan umimu datang." Asma, hanya mengulum senyum, sebagai jawaban. 

"Sudah dulu ya Minah, aku harus segera pergi." 

Asma, melangkah pergi dengan raut wajah yang begitu ceria. Membayangkan, jawaban Adam, yang jika menerima lamaran orangtuanya. Sudah pasti Asma, sangat bahagia karena akan menikah dengan Adam. 

Di tengah koridor dirinya berpapasan dengan ustadzah, yang bertanya mau kemana malam-malam begini. Mengingat aturan pondok yang cukup ketat setiap santri dan santriwati tidak boleh keluar pondok setelah malam. Namun, Asma beralasan akan pergi ke rumah pak kiyai untuk menemui kedua orangtuanya. Dengam begitu ustadzah pun mengizinkan.

Sesampainya di depan rumah pak kiyai, Asma, mendengar perkataan yang tidak pernah ia sangka. Keputusan Adam, ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Hatinya begitu hancur saat mendengar kata-kata Adam, yang dengan lembut menolak perjodohan mereka. Hingga ayahnya begitu murka dan sangat marah hingga terjadi perdebatan di dalam rumah kiyai. Namun, mereka tidak tahu wanita yang berdiri di balik pintu lebih merasakan sakit hati dan kecewa pada keputusan Adam. 

****

Di dalam kamar Hawa, Aisyah, dan Asyiah, mereka sedang bercerita sebelum tiba waktu tidur. Sedangkan Minah, dia fokus membaca buku sendirian karena Minah, tidak terlalu dekat dengan mereka bertiga. 

Di saat keadaan sedang tenang tiba-tiba suara bantingan pintu yang keras begitu terdengar. Mereka semua serempak menoleh ke arah pintu yang ternyata Asma. Jangankan mengucap salam Asma, langsung berlari ke arah ranjang tidurnya setelah menutup pintu. 

"Waalaikumsalam," ucap Aisyah, dan Asiyah walau pun Asma, tak mengucap salam sama sekali.

"Astagfirullah Asma, kamu kenapa?" tanya Minah, yang panik melihat sahabatnya yang tiba-tiba menangis. 

"Katanya santri masuk kok gak ucap salam nyelonong saja kaya ular," cibir Hawa, membuat Asma, langsung bangun berdiri menatap Hawa, tidak suka. 

"Assalamualaikum," ketus Asma, yang menatap Hawa, tak suka.

"Waalaikumsalam. Nah, gitu dong baru namanya santri," ujar Hawa, yang menimpali. 

"Jangan sok alim ya, kamu santri baru disini, jangan merasa paling benar." Minah, membela Asma, yang kini sedang menahan amarah. 

"Justru karena aku santri baru, jadi kalian sebagai senior harus memberi contoh." skak Hawa, yang terus menimpali. 

"Kamu!" 

"Sudah-sudah. Kalian jangan bertengkar nanti ustadzah dengar." Aish, mererai perdebatan itu. "Asma, jika kamu sedang ada masalah setidaknya kamu harus tetap sopan, jangan lupa mengucap salam, beruntung kamu masuk ke asrama mu bagaimana kalau kamu masuk ke rumah kiyai," sambung Aish.

Mendengar nama Kiyai, emosi Asma, kembali kumat. Asma kembali mengingat kejadian di rumah kiyai, sesaat sebelumnya, kata-kata Adam, mampu menyakiti hatinya. Dan Asma, pun kembali menangis.

"Aish, kamu jangan sok nyeramahin deh, jadi nangis, kan!" tegur Minah, yang tak terima sahabatnya di ceramahi.

Aish, dan Asy pun geleng-geleng kepala, sedangkan Hawa, dia acuh tidak menghiraukan. 

****

"Aby, Umi, maafin Adam, karena Adam, Umi dan Aby, jadi di permalukan seperti ini." Adam, merasa tak enak hati persahabatan Kiyai Abdullah dan Hj. Anshor, jadi renggang karena keputusannya yang menolak Asma. Namun, Kiyai, tidak pernah menyalahkan Adam. 

"Untuk apa kamu minta maaf. Setiap keputusan tidak akan selalu di terima dengan lapang dada. Apalagi tentang perjodohan kamu dan Asma, Hj. Anshor, begitu mengharapkanmu menjadi menantunya apalagi putrinya yang mendambakanmu sebagai suaminya." 

"Namun, jodoh tetaplah urusan Allah, kita tidak bisa memaksa, kan kehendak Allah. Jika keputusan istikhoroh mu seperti itu kamu sudah mengambil keputusan yang benar." Kiyai, tetap menyemangati Adam, jika keputusan yang dia ambil adalah keputusan yang terbaik.

****

Asma, terus menangis semalaman hampir tidak berhenti, membuat teman sekamarnya terganggu dan tidak bisa tidur termasuk Hawa. Membuat Hawa, kesal dan terus menggerutu. 

Bahkan, mereka jadi terkena amarah ustadzah karena terlambat berjamaah subuh. Aish, Asy, dan Hawa, mereka semua bertanya-tanya ada apa dengan Asma, apa Asma, sedang mengalami hal yang berat sehingga menangis selama itu. 

Setelah berjamaah Subuh, mereka kembali menuju asrama putri. Saat di tengah jalan, mereka melihat Asma, yang tak sengaja berpapasan dengan Adam, Asma terus menunduk begitu pun Asma, keduanya tidak saling menatap. Namun, ada yang membuat mereka curiga karena Asma, memasang wajah masam saat berpapasan dengan Adam. 

"Kenapa dengannya? Apa putus cinta!" celetuk Hawa, yang langsung di tepis oleh Aish. 

"Hust! Hawa, jangan asal bicara nanti jadinya fitnah," sanggah Aish. Hawa, hanya memutar bola matanya malas, karena Aish, terus saja menimpali. 

"Kamu gak lihat apa ekpresinya, jangan-jangan dia nangis karena cowok itu," 

"Namanya mas Adam, panggilnya ustadz Adam. Mereka tak ada hubungan apa pun tapi … aku dengar mereka di jodohkan, apa jangan-jangan!" 

"Jangan-jangan apa?" skak Aish, membantah ucapan Asy. "Kalian ini pulang dari mesjid malah menggosip, sudah ayo kita kembali ke asrama sebentar lagi waktu piket." 

Mendengar kata piket Hawa, mendadak semangat karena Hawa, akan kembali merencanakan kaburnya dari pesantren. 

****

Assalamuaikum Asma, 

Sebelumnya saya ingin minta maaf, jika keputusan saya menyinggung perasaanmu. Saya pikir kamu sudah tahu permasalahannya. Saya, bisa melihat dari sikap mu tadi saat pulang dari mesjid. 

Saya, harap kamu ikhlas dan menerima keputusan saya yang tidak bisa melanjutkan hubungan kita lebih jauh lagi. 

Semoga kamu tidak membenci saya, Asma. Jika memang Allah menjodohkan kita, insya Allah akan ada saatnya kita bersama. 

Wassalamualaikum wr.wb. 

...Muhamad Adam Alfatih....

Asma, mencengkram kuat surat itu di lemparnya ke sembarang arah, cinta sudah membutakan dirinya sehingga tidak bisa menerima keputusan Adam.

"Mas Adam, kamu tidak mengerti perasaanku, aku tidak bisa menerimanya begitu saja."

****

Di tengah halaman yang luas para santri sedang melakukan piket bersama. Seperti biasa setiap pagi sebelum kelas di mulai mereka akan melasanakan piket terlebih dahulu. 

Gerak-gerik Hawa, begitu mencurigakan matanya terus celingak-celinguk kesana kemari. Melihat keadaan sekitar. 

"Aman," ucapnya yang tersenyum licik. 

Hawa, kembali ke halaman belakang menuju tempat jalan keluarnya kemarin. Hawa, langsung menyibak, kan gamisnya ke atas mengikat kan ujung gamisnya pada pinggang. Tidak ingin kejadian kembali terulang karena menginjak bawah gamisnya Hawa, jadi tergelincir. 

"Sekarang aku harus berhasil pergi dari sini."

 Hawa, mengikat jilbabnya ke belakang, kedua kaki yang mengenakan celana panjang langsung berpijak pada batang pohon jambu yang begitu besar. Dengan hati-hati dan perlahan Hawa, menaiki pohon jambu itu agar bisa sampai pada dinding tembok yang tinggi. Namun, saat Hawa, akan kembali mengayunkan langkahnya tiba-tiba, 

"Kamu mau ngapain!" Suara bariton terdengar begitu keras.

...----------------...

Assalamualaikum,, Gimana kabar kalian semua semoga selalu sehat ya 🤗.

Maaf ya othor baru up lagi, di karena sibuk di RL 🥰 insya Allah akan up setiap hari nantinya. Jangan lupa dukungannya reader 🙏🤗.

Udah Favorit belum? Sok atuh klik favoritnya dulu, setelah membaca jangan lupa like ya🙏 dan Votenya juga🤗. Berikan Bintang dan Hadiahnya juga ya 🤗.

Haturnuhun ( terima kasih ) 🙏

Salam hangat Auhthor

❤❤❤

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

klo gelar haji untuk laki-laki itu cukup "H" aja Thor, contoh H.anshor, klo "hj" itu untuk perempuan, yg panjang nya Hajah, contoh hj.aminah🙏🙏

2023-07-14

2

Yuli Purwa

Yuli Purwa

waduh,,,, jangan2 ustadz Adam nih 😬😬😬

2023-05-22

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Cih carmuk..

2023-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 } Hawa
2 Masuk pondok
3 Hari pertama
4 Bab 4} Kedatangan Adam
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11- Contekan Hawa.
12 Bab 12- Nonton konser
13 Bab 13- Gagal nonton.
14 Bab 14- Kedatangan Yusuf
15 Bab 15- Membantu Ummi memasak
16 Bab 16- Belajar Bersyukur
17 Bab 17- Mengajar
18 Bab 18- Tips menghapal
19 Bab 19-
20 Bab 20- Tabayyun
21 Bab 21- Berteman itu Indah
22 Bab 22- Bendera Kuning
23 Bab 23- Kabar Duka
24 Bab 24- Bertemu Gio
25 Bab 25- Amarah Yusuf
26 Bab 26- Kembali mondok
27 Bab 27- Permintaan Yusuf
28 Bab 28- Berserah Diri
29 Bab 29- Hasil Istikhoroh
30 Bab 30- Fitnah
31 Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32 Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33 Bab 33- Gio Tertangkap
34 Bab 34-
35 Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36 Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37 Bab 37- Perjodohan
38 Bab 38- Di Khitbah
39 Bab 39- Naik Motor
40 Bab 40- Kegelisahan Adam
41 Bab 41- Potret Berdua
42 Bab- 42- Menikah
43 Bab 43- Malam Pertama
44 Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45 Bab 45- Pergi Honeymoon
46 Bab 46- Gara-gara Burung
47 Bab 47 Sinyal cinta
48 Bab 48-
49 Bab- 49 Malam Sunnah
50 Bab 50- Kebingungan Asma
51 Bab 51- Makan berdua.
52 Bab 52- Tamu Bulanan
53 Bab 53- Cemburu
54 Bab 54- Ungkapan Cinta
55 Bab 55
56 Bab 56- Jejak Cinta
57 Bab 57
58 Bab 58-
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61-
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66- Aborsi
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 The End
85 Pengumuman
86 Novel On Going
87 Badboy Untuk Tiara
88 Reveal Death Iseul
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 } Hawa
2
Masuk pondok
3
Hari pertama
4
Bab 4} Kedatangan Adam
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11- Contekan Hawa.
12
Bab 12- Nonton konser
13
Bab 13- Gagal nonton.
14
Bab 14- Kedatangan Yusuf
15
Bab 15- Membantu Ummi memasak
16
Bab 16- Belajar Bersyukur
17
Bab 17- Mengajar
18
Bab 18- Tips menghapal
19
Bab 19-
20
Bab 20- Tabayyun
21
Bab 21- Berteman itu Indah
22
Bab 22- Bendera Kuning
23
Bab 23- Kabar Duka
24
Bab 24- Bertemu Gio
25
Bab 25- Amarah Yusuf
26
Bab 26- Kembali mondok
27
Bab 27- Permintaan Yusuf
28
Bab 28- Berserah Diri
29
Bab 29- Hasil Istikhoroh
30
Bab 30- Fitnah
31
Bab 31- Fitnah semakin menyebar
32
Bab 32- Sesuatu mengejutkan.
33
Bab 33- Gio Tertangkap
34
Bab 34-
35
Bab 35- Terungkap siapa di balik teror
36
Bab 36- Suka Duka di Kantor Polisi
37
Bab 37- Perjodohan
38
Bab 38- Di Khitbah
39
Bab 39- Naik Motor
40
Bab 40- Kegelisahan Adam
41
Bab 41- Potret Berdua
42
Bab- 42- Menikah
43
Bab 43- Malam Pertama
44
Bab44- Pagi Yang Mendebarkan
45
Bab 45- Pergi Honeymoon
46
Bab 46- Gara-gara Burung
47
Bab 47 Sinyal cinta
48
Bab 48-
49
Bab- 49 Malam Sunnah
50
Bab 50- Kebingungan Asma
51
Bab 51- Makan berdua.
52
Bab 52- Tamu Bulanan
53
Bab 53- Cemburu
54
Bab 54- Ungkapan Cinta
55
Bab 55
56
Bab 56- Jejak Cinta
57
Bab 57
58
Bab 58-
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61-
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66- Aborsi
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
The End
85
Pengumuman
86
Novel On Going
87
Badboy Untuk Tiara
88
Reveal Death Iseul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!