Asma, sudah berdandan cantik. karena Asma, tahu jika Adam, sudah kembali. Asma, sudah lama menaruh hati pada Adam, bahkan kedua orangtuanya sudah melamar Adam. Namun Adam, berjanji akan menjawab lamaran itu setelah kepulangannya.
"Asma, mau kemana?" tanya Minah, teman satu kamarnya.
"Aku mau pergi sebentar," jawab Asma, yang masih merapikan hijabnya.
"Mau ke rumah pak kiyai ya? Soalnya tadi aku lihat abah dan umimu datang." Asma, hanya mengulum senyum, sebagai jawaban.
"Sudah dulu ya Minah, aku harus segera pergi."
Asma, melangkah pergi dengan raut wajah yang begitu ceria. Membayangkan, jawaban Adam, yang jika menerima lamaran orangtuanya. Sudah pasti Asma, sangat bahagia karena akan menikah dengan Adam.
Di tengah koridor dirinya berpapasan dengan ustadzah, yang bertanya mau kemana malam-malam begini. Mengingat aturan pondok yang cukup ketat setiap santri dan santriwati tidak boleh keluar pondok setelah malam. Namun, Asma beralasan akan pergi ke rumah pak kiyai untuk menemui kedua orangtuanya. Dengam begitu ustadzah pun mengizinkan.
Sesampainya di depan rumah pak kiyai, Asma, mendengar perkataan yang tidak pernah ia sangka. Keputusan Adam, ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Hatinya begitu hancur saat mendengar kata-kata Adam, yang dengan lembut menolak perjodohan mereka. Hingga ayahnya begitu murka dan sangat marah hingga terjadi perdebatan di dalam rumah kiyai. Namun, mereka tidak tahu wanita yang berdiri di balik pintu lebih merasakan sakit hati dan kecewa pada keputusan Adam.
****
Di dalam kamar Hawa, Aisyah, dan Asyiah, mereka sedang bercerita sebelum tiba waktu tidur. Sedangkan Minah, dia fokus membaca buku sendirian karena Minah, tidak terlalu dekat dengan mereka bertiga.
Di saat keadaan sedang tenang tiba-tiba suara bantingan pintu yang keras begitu terdengar. Mereka semua serempak menoleh ke arah pintu yang ternyata Asma. Jangankan mengucap salam Asma, langsung berlari ke arah ranjang tidurnya setelah menutup pintu.
"Waalaikumsalam," ucap Aisyah, dan Asiyah walau pun Asma, tak mengucap salam sama sekali.
"Astagfirullah Asma, kamu kenapa?" tanya Minah, yang panik melihat sahabatnya yang tiba-tiba menangis.
"Katanya santri masuk kok gak ucap salam nyelonong saja kaya ular," cibir Hawa, membuat Asma, langsung bangun berdiri menatap Hawa, tidak suka.
"Assalamualaikum," ketus Asma, yang menatap Hawa, tak suka.
"Waalaikumsalam. Nah, gitu dong baru namanya santri," ujar Hawa, yang menimpali.
"Jangan sok alim ya, kamu santri baru disini, jangan merasa paling benar." Minah, membela Asma, yang kini sedang menahan amarah.
"Justru karena aku santri baru, jadi kalian sebagai senior harus memberi contoh." skak Hawa, yang terus menimpali.
"Kamu!"
"Sudah-sudah. Kalian jangan bertengkar nanti ustadzah dengar." Aish, mererai perdebatan itu. "Asma, jika kamu sedang ada masalah setidaknya kamu harus tetap sopan, jangan lupa mengucap salam, beruntung kamu masuk ke asrama mu bagaimana kalau kamu masuk ke rumah kiyai," sambung Aish.
Mendengar nama Kiyai, emosi Asma, kembali kumat. Asma kembali mengingat kejadian di rumah kiyai, sesaat sebelumnya, kata-kata Adam, mampu menyakiti hatinya. Dan Asma, pun kembali menangis.
"Aish, kamu jangan sok nyeramahin deh, jadi nangis, kan!" tegur Minah, yang tak terima sahabatnya di ceramahi.
Aish, dan Asy pun geleng-geleng kepala, sedangkan Hawa, dia acuh tidak menghiraukan.
****
"Aby, Umi, maafin Adam, karena Adam, Umi dan Aby, jadi di permalukan seperti ini." Adam, merasa tak enak hati persahabatan Kiyai Abdullah dan Hj. Anshor, jadi renggang karena keputusannya yang menolak Asma. Namun, Kiyai, tidak pernah menyalahkan Adam.
"Untuk apa kamu minta maaf. Setiap keputusan tidak akan selalu di terima dengan lapang dada. Apalagi tentang perjodohan kamu dan Asma, Hj. Anshor, begitu mengharapkanmu menjadi menantunya apalagi putrinya yang mendambakanmu sebagai suaminya."
"Namun, jodoh tetaplah urusan Allah, kita tidak bisa memaksa, kan kehendak Allah. Jika keputusan istikhoroh mu seperti itu kamu sudah mengambil keputusan yang benar." Kiyai, tetap menyemangati Adam, jika keputusan yang dia ambil adalah keputusan yang terbaik.
****
Asma, terus menangis semalaman hampir tidak berhenti, membuat teman sekamarnya terganggu dan tidak bisa tidur termasuk Hawa. Membuat Hawa, kesal dan terus menggerutu.
Bahkan, mereka jadi terkena amarah ustadzah karena terlambat berjamaah subuh. Aish, Asy, dan Hawa, mereka semua bertanya-tanya ada apa dengan Asma, apa Asma, sedang mengalami hal yang berat sehingga menangis selama itu.
Setelah berjamaah Subuh, mereka kembali menuju asrama putri. Saat di tengah jalan, mereka melihat Asma, yang tak sengaja berpapasan dengan Adam, Asma terus menunduk begitu pun Asma, keduanya tidak saling menatap. Namun, ada yang membuat mereka curiga karena Asma, memasang wajah masam saat berpapasan dengan Adam.
"Kenapa dengannya? Apa putus cinta!" celetuk Hawa, yang langsung di tepis oleh Aish.
"Hust! Hawa, jangan asal bicara nanti jadinya fitnah," sanggah Aish. Hawa, hanya memutar bola matanya malas, karena Aish, terus saja menimpali.
"Kamu gak lihat apa ekpresinya, jangan-jangan dia nangis karena cowok itu,"
"Namanya mas Adam, panggilnya ustadz Adam. Mereka tak ada hubungan apa pun tapi … aku dengar mereka di jodohkan, apa jangan-jangan!"
"Jangan-jangan apa?" skak Aish, membantah ucapan Asy. "Kalian ini pulang dari mesjid malah menggosip, sudah ayo kita kembali ke asrama sebentar lagi waktu piket."
Mendengar kata piket Hawa, mendadak semangat karena Hawa, akan kembali merencanakan kaburnya dari pesantren.
****
Assalamuaikum Asma,
Sebelumnya saya ingin minta maaf, jika keputusan saya menyinggung perasaanmu. Saya pikir kamu sudah tahu permasalahannya. Saya, bisa melihat dari sikap mu tadi saat pulang dari mesjid.
Saya, harap kamu ikhlas dan menerima keputusan saya yang tidak bisa melanjutkan hubungan kita lebih jauh lagi.
Semoga kamu tidak membenci saya, Asma. Jika memang Allah menjodohkan kita, insya Allah akan ada saatnya kita bersama.
Wassalamualaikum wr.wb.
...Muhamad Adam Alfatih....
Asma, mencengkram kuat surat itu di lemparnya ke sembarang arah, cinta sudah membutakan dirinya sehingga tidak bisa menerima keputusan Adam.
"Mas Adam, kamu tidak mengerti perasaanku, aku tidak bisa menerimanya begitu saja."
****
Di tengah halaman yang luas para santri sedang melakukan piket bersama. Seperti biasa setiap pagi sebelum kelas di mulai mereka akan melasanakan piket terlebih dahulu.
Gerak-gerik Hawa, begitu mencurigakan matanya terus celingak-celinguk kesana kemari. Melihat keadaan sekitar.
"Aman," ucapnya yang tersenyum licik.
Hawa, kembali ke halaman belakang menuju tempat jalan keluarnya kemarin. Hawa, langsung menyibak, kan gamisnya ke atas mengikat kan ujung gamisnya pada pinggang. Tidak ingin kejadian kembali terulang karena menginjak bawah gamisnya Hawa, jadi tergelincir.
"Sekarang aku harus berhasil pergi dari sini."
Hawa, mengikat jilbabnya ke belakang, kedua kaki yang mengenakan celana panjang langsung berpijak pada batang pohon jambu yang begitu besar. Dengan hati-hati dan perlahan Hawa, menaiki pohon jambu itu agar bisa sampai pada dinding tembok yang tinggi. Namun, saat Hawa, akan kembali mengayunkan langkahnya tiba-tiba,
"Kamu mau ngapain!" Suara bariton terdengar begitu keras.
...----------------...
Assalamualaikum,, Gimana kabar kalian semua semoga selalu sehat ya 🤗.
Maaf ya othor baru up lagi, di karena sibuk di RL 🥰 insya Allah akan up setiap hari nantinya. Jangan lupa dukungannya reader 🙏🤗.
Udah Favorit belum? Sok atuh klik favoritnya dulu, setelah membaca jangan lupa like ya🙏 dan Votenya juga🤗. Berikan Bintang dan Hadiahnya juga ya 🤗.
Haturnuhun ( terima kasih ) 🙏
Salam hangat Auhthor
❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
bunda syifa
klo gelar haji untuk laki-laki itu cukup "H" aja Thor, contoh H.anshor, klo "hj" itu untuk perempuan, yg panjang nya Hajah, contoh hj.aminah🙏🙏
2023-07-14
2
Yuli Purwa
waduh,,,, jangan2 ustadz Adam nih 😬😬😬
2023-05-22
0
Qaisaa Nazarudin
Cih carmuk..
2023-03-28
0