Kabar Bahagia

"Evan, Kamu sudah sangat cocok punya anak," kata Tante Tiara memuji kesabaran Evan menghadapi Sisil. Setelah menghabiskan satu buah apel. Sisil merengek meminta Evan untuk memposisikan dirinya seperti kuda. Evan memenuhi permintaan anak itu. Kemudian Sisil Naik ke punggung Evan. Anak itu menyuruh Evan untuk berjalan layaknya seperti kuda mengitari ruang keluarga.

Kakek Martin dan Nenek Rieta merasa terhibur dengan aksi dua manusia berbeda generasi itu. Apalagi Gunawan memakaikan topi koboi milik kakek ke kepala Sisil lengkap dengan kaca matanya.

"Evan, apa kamu tidak mendengar apa yang dikatakan tante kamu?" tanya Nenek Rieta melihat Evan seakan enggan menjawab perkataan Tantenya.

"Iya tante. Sebenarnya aku juga sudah ingin punya anak. Aku Dan Adelia berencana akan langsung mengikuti program kehamilan nantinya setelah menikah. Aku sungguh tidak sabar menunggu moment itu tante," kata Evan bersamaan dengan Anggita yang sudah berdiri di pintu ruang keluarga.

Anggita mendengar semua perkataan Evan. Ini lebih menyakitkan daripada semua sikap dingin yang pernah dia terima dari Evan.

Jika Evan tidak sabaran menunggu moment itu. Tidak kah juga dirinya menginginkan kematian kakek Martin lebih cepat dari satu bulan. Dan setelah mengetahui kehamilannya nanti, itu juga berarti akan memperlambat kebahagiaan Evan.

Anggita memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Perkataan Evan sudah cukup baginya until mengetahui tanggapan Evan jika kehamilannya terbongkar.

Tante Tiara dan nenek Rieta juga langsung terdiam. Jawaban Evan tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

"Anggita, masuklah. Mengapa kamu berdiri menghalangi jalan?" tanya Danny yang sudah berdiri di belakang Anggita.

Beberapa pasang mata langsung menoleh ke arah pintu. Melihat Anggita di tempat itu. Tante Tiara merasa khawatir, dia takut Anggita mendengar perkataan Evan tadi.

Anggita akhirnya berjalan masuk ke dalam ruang keluarga. Dia duduk di samping nenek Rieta. Sesuai dengan saran Danny. Dia siap memberitahukan kehamilannya kepada keluarga besar kakek Martin dan Evan.

"Kakek, Ada kabar bahagia untuk kalian," kata Danny memulai pembicaraan. Dia melirik sebentar kepada Evan yang sudah duduk di sofa dan Sisil Ada di pengkuanya.

"Kabar baik?" tanya kakek Martin senang. Wajah pucatnya terlihat berbinar.

"Kabar baik apa. Jangan bilang kamu mau menikah. Jangan terburu buru memilih pasangan. Berkacalah dari pelajaran Masa lalu," kata Gunawan cepat. Walau putranya itu sudah Duda. Gunawan belum menginginkan Danny menikah. Perceraian Danny Dan mantan istrinya tidak hanya membuat luka di hati Danny dan Sisil tapi juga luka di hati Gunawan dan Tiara.

"Siapa bilang aku mau menikah. Emang aku Evan. Ada istri cantik dan baik tapi sudah mengumumkan pernikahan dengan wanita lain. Aku bukan begitu pa. Aku sangat menghargai wanita. Takdir aku saja yang mungkin harus bertemu dengan kerikil terlebih dahulu sebelum bertemu dengan berlian asli," kata Danny sengaja menyindir kakak sepupunya. Dia ingin menyadarkan Evan lewat cara itu.

Evan menatap Danny dengan tajam. Tapi pria itu pura pura tidak mengetahui jika ditatap oleh Evan.

"Kalau bicara itu yang jelas. Jangan berbicara bertele tele apalagi menyindir orang lain," kata Evan ketus.

"Jadi kamu merasa disindir bro?" tanya Evan membuat Evan semakin kesal.

"Bisa juga kamu merasa disindir ya. Tapi sulit menyadari jika kamu mempunyai berlian yang berharga," kata Danny lagi membuat Evan tersulut amarah.

"Tenang, tenang bro. Aku sangat yakin jika kabar bahagia ini justru membuat kamu yang paling berbahagia."

"Danny, jangan membuat Evan marah. Kalian kalau bertemu seperti Tom and Jerry tapi kalau berpisah saling merindukan. Cepat katakan kabar bahagia apa yang akan kami dengar," kata Tante Tiara. Wanita itu menjadi penasaran tentang kabar bahagia yang dimaksudkan Evan.

"Sayang sekali om Rendra dan Tante Anita belum disini. Kita harus menunggu mereka datang," kata Danny lagi. Dia sengaja mengulur waktu supaya Evan bisa berpikir sendiri tentang kabar bahagia yang dia maksud.

"Kelamaan Danny. Katakan sekarang. Apa kabar bahagia itu?" tanya Evan dengan suara yang keras. Sisil sampai turun dari pangkuannya karena suara keras miliknya.

"Sini, sini sayang. Maafkan om," bujuk Evan lembut kepada Sisil. Anak kecil itu menurut kembali duduk di pangkuan Evan.

"Katakan Anggita. Kamu yang lebih berhak mengatakannya," kata Danny sambil menatap Anggita. Anggita spontan bergerak gelisah di duduknya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa tentang kehamilannya kepada keluarga besar kakek Martin.

Anggita akhirnya berubah pikiran. Dia akhirnya menurut dengan perkataan Danny. Bukan karena saham untuk anaknya kelak. Tapi karena ingin melihat kakek Martin bahagia di sisa usianya yang tidak lama lagi.

"Kakek, Nenek. Sebenarnya aku sudah hamil satu bulan."

Evan merasakan jantungnya berhenti berdetak sebentar mendengar perkataan Anggita. Dia menatap Anggita dengan raut wajah yang tidak terbaca.

"Hamil?. Syukurlah nak. Keturunan Kita akan bertambah," kata nenek Rieta senang. Dan benar kata Danny. Wajah kakek yang tadinya pucat kini sudah berbinar dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Evan, Anggita. Selamat ya nak," kata Tante Tiara senang. Evan dan Anggita kompak menganggukkan kepala. Evan memberikan Sisil kepada Gunawan yang dekat dengan dirinya. Dia berdiri dan menghampiri Anggita.

"Ikut aku," kata Evan sambil menarik tangan Anggita. Tidak ada pilihan lain. Anggita berdiri dan mengikuti langkah Evan. Setelah mereka keluar dari ruang keluarga. Anggita melepas tangan Evan dari tangannya. Pria itu menatap Anggita sebentar kemudian kembali melangkahkan kakinya.

Anggita mengikuti langkah suaminya. Di pikirannya sudah banyak dugaan dugaan akan tanggapan Evan terhadap kehamilannya. Ketika di ruang tamu tadi. Anggita tidak bisa mengartikan akan raut wajah suaminya apakah senang atau tidak akan kehamilannya.

"Kenapa harus Danny yang terlebih dahulu mengetahui kehamilan kamu. Kenapa bukan aku?" tanya Evan datar setelah mereka sudah di kamar yang ditempati oleh Anggita tadi malam. Mereka duduk bersisian dengan jarak hampir satu meter di bibir ranjang.

"Apakah kehamilan ini sesuatu yang penting bagi kamu mas?" tanya Anggita.

"Jangan bertanya sebelum kamu menjawab pertanyaan aku," kata Evan lagi. Anggita memejamkan matanya mendengar perkataan suaminya. Dia merasa kasihan kepada dirinya sendiri. Anggita mengartikan sendiri sikap suaminya sebagai sikap yang tidak siap mengetahui jika dirinya hamil.

"Tenang saja mas, kehamilan ini tidak akan menganggu kebahagiaan kamu. Jika kamu berpikir dengan kehadiran janin ini akan mengikat kamu lebih lama lagi. Kamu salah besar. Kita akan tetap pada kesepakatan awal. Pernikahan Kita hanya dimasa hidup kakek. Aku menjamin itu. Jadi tenang saja. Aku sangat sadar. Cinta tidak bisa dipaksakan. Cinta tidak berpihak kepada aku dan janin aku. Cinta berpihak kepada dirimu dan Adelia," kata Anggita tenang.

Terpopuler

Comments

emmiliana harwin

emmiliana harwin

lahh ngapain juga ngasih tau artinya masih ngarep lah ya

2024-05-04

0

epifania rendo

epifania rendo

semangat anggi

2022-09-28

0

Asroni Smg

Asroni Smg

mantap mbak anggi buat evan dn mamanya menyesal

2022-07-01

3

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!