Istri Durhaka

Mama Feli merasakan hatinya sangat hancur mendengar perkataan putrinya. Bahkan bisa dikatakan lebih hancur daripada kehilangan papa kandung Anggita yang meninggal karena sakit. Dia tidak menyangka jika penderitaan yang dialami oleh putrinya itu berawal dari dirinya dengan menikahi pria yang salah.

Menjanda beberapa tahun dan berhati hati mencari sosok papa bagi Anggita ternyata tidak berakhir indah. Anggita harus menerima perlakuan tidak sopan oleh pria yang menjadi pendamping hidupnya.

"Maafkan mama nak," kata mama Feli setelah berhasil menguasai rasa terkejut sekaligus amarah di hatinya. Kini dia menatap iba kepada putri semata wayangnya. Dia tidak menyangka jika nasib putrinya lebih menderita dari dirinya.

"Mama tidak perlu minta maaf. Setidaknya aku sudah terlepas dari om Indra."

"Mama tetap merasa bersalah nak. Karena Indra kamu terpaksa menikah dan akan bercerai di usia masih muda," kata mama Feli sedih. Di hatinya, sudah banyak rencana untuk membalas perbuatan Indra kepada putrinya.

Anggita tersenyum pilu mendengar perkataan mama Feli. Dirinya bagaikan korban yang terlepas dari mulut harimau tapi masuk ke kandang macan. Terlepas dari Indra tidak membuat dirinya menjadi bebas. Yang ada Anggita merasakan pilunya berumah tangga dan akan berakhir dengan perceraian. Dan yang lebih parahnya lagi. Dia sedang mengandung.

"Apa rencana kamu setelah bercerai?" tanya aman Feli setelah beberapa menit mereka saling diam.

"Aku belum rencana apa apa ma," jawab Anggita. Dia memang belum mempunyai rencana apa apa tentang hidupnya setelah perceraian nanti. Saat ini, Anggita hanya merasakan kelegaan hati setelah menceritakan beban pikirannya kepada mama Feli. Setidaknya jika perceraian itu tiba. Mama Feli tidak terkejut nantinya.

"Cepatlah sembuh ma. Aku harap apa yang aku ceritakan tadi tidak berpengaruh terhadap hubungan mama dan om Indra."

"Apa kamu mengira mama wanita yang egois. Andaikan kamu menceritakannya lebih awal. Mama juga pasti mengambil tindakan. Kamu adalah harta mama satu satunya. Jika disuruh memilih antara kamu dan Indra. Mama pasti memilih kamu."

Anggita merasa berharga karena perkataan mamanya. Dia menghambur ke pelukan sang mama. Jika Evan sang suami membuangnya setidaknya masih ada mama Feli yang menyayanginya dengan tulus.

"Terima kasih ma. Apapun keputusan mama setelah mendengar ceritaku tadi. Aku akan tetap menyayangimu," kata Anggita masih betah di pelukan mana Feli. Jauh dari hatinya yang paling dalam, Anggita berharap mamanya bercerai dari Indra. Jika tidak bercerai pun. Anggita akan tetap menghargai keputusan mamanya.

Anggita melepaskan dirinya dari pelukan sang mama setelah nada dering dari ponsel miliknya membuat dirinya terganggu.

"Nyonya, saya sedang di depan rumah orang tua Anda. Saya hendak menjemput anda Nyonya."

Anggita mengerutkan keningnya bersamaan dengan detak jantungnya yang berdegup kencang. Rico, asisten suaminya sedang menjemputnya. Pikirannya sudah langsung tertuju ke kakek Martin.

"Tapi ada apa menjemput ku?" tanya Anggita dengan suara yang bergetar. Dia memejamkan matanya karena merasa tidak sanggup mendengar jawaban Rico nantinya.

"Evan sedang sakit. Sebagai istri anda diharapkan merawat dan menemani suami anda di rumah."

"Syukurlah," kata Anggita menarik nafas lega. Sesuatu yang ditakutkan Anggita tidak terjadi. Dia tidak mengetahui jika lawan bicaranya merasa heran dengan perkataannya.

"Maksud anda. Evan sakit disyukuri. Begitu?.

"Bukan, bukan itu maksudku pak Rico. Tadi aku mengira jika anda akan menyampaikan berita buruk tentang Kakek Martin. Mendengar perkataan anda yang tidak menyebut kakek membuat aku lega," jawab Anggita cepat dan jujur. Mendengar suara Rico yang kencang membuat Anggita takut perkataannya itu sampai ke telinga Evan dan akan berakibat tidak baik kepadanya. Anggita mengetahui dengan jelas bagaimana kedekatan Rico dan Evan. Rico pasti tidak terima jika sahabatnya itu disyukuri yang sedang dalam keadaan sakit.

"Waktuku tidak banyak Nyonya. Masih banyak pekerjaan lain yang harus aku lakukan daripada sekedar menunggu."

"O iya. Maaf. Saya akan segera keluar," jawab Anggita.

"Ma, aku pulang dulu ya. Apapun yang aku ceritakan jangan menjadi beban pikiran untuk mama," kata Anggita sambil memeluk mama Feli.

"Apapun masalah kamu nak. Tetaplah menjadi wanita yang kuat. Tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi. Dan satu lagi. Jangan memendam masalah sendirian. Mama siap mendengar keluh kesah kapan pun. Dan satu lagi. Jaga cucu mama baik baik," jawab mama Feli menyemangati putrinya. Anggita mengangguk dan cepat berlalu dari kamar Mamanya.

Setelah Anggita keluar dari kamar itu, mama Feli tidak dapat lagi menahan air matanya. Dia memukul dadanya sendiri karena merasa tidak menjadi mama yang baik untuk Anggita karena salah memilih pasangan.

"Andaikan waktu bisa diputar kembali. Aku akan memutuskan menjanda seumur hidupku daripada kamu menerima perlakuan tidak sopan dari suamiku nak," kata mama Feli penuh penyesalan.

Di dalam mobil, Anggita duduk di bangku penumpang. Dia merasa malu pada Rico karena sudah mengucapkan kata yang salah tadi. Dia menatap pria itu dari belakang. Rico bisa mengetahui keberadaan dirinya di rumah orangtuanya itu berarti jika Rico sudah dari kafe terlebih dahulu.

"Pak Rico. Maaf. Apa ada sesuatu sehingga pak Rico menjemput ku," tanya Anggita hati hati. Yang ditanya memutar matanya malas kemudian menarik nafas panjang.

"Evan sakit Nyonya. Evan sakit," kata Rico penuh penekanan.

"Mas Evan sakit?.

"Iya Nyonya. Suami anda sedang sakit," kata Rico sedikit kesal. Dia sudah mengatakan dari awal bahwa Evan sakit. Tapi sepertinya Anggita tidak menyimak pembicaraan mereka di telepon tadi.

Anggita kini bermain dengan pikirannya sendiri. Berjumpa dengan Evan akan kembali membuat dirinya terluka. Sikap dan kata kata dari suaminya yang seperti anak panah menancap hatinya membuat Anggita sebenarnya enggan untuk bertemu dengan Evan.

Setelah turun dari mobil, Anggita terlihat ragu masuk ke dalam rumah. Hal itu membuat Rico merasa kasihan kepada istri sahabat sekaligus atasannya itu. Sebagai orang yang sering bersama dengan Evan, dia bisa melihat sikap dingin Evan kepada Anggita.

"Masuklah Nyonya," kata Rico lembut tidak seperti tadi yang bersikap ketus kepada Anggita.

"Apa mas Evan yang meminta pak Rico menjemput aku tadi?" tanya Anggita. Mengingat perkataan Evan dua hari yang lalu yang terkesan tidak menginginkan kepulangan ke rumah ini membuat Anggita sangat ragu.

"Sebenarnya tidak. Itu hanya inisiatif aku sendiri. Kalau bukan istrinya yang merawat siapa lagi."

Keraguan itu semakin jelas terlihat di wajah Anggita. Sungguh, dia sudah mulai lelah dengan sikap Evan selama ini.

"Masuklah Nyonya. Jika kebaikan kamu ditolak itu akan menambah pahala bagimu. Tidak salah berbuat baik apalagi ke suami sendiri," kata Rico yang dapat melihat keraguan di wajah Anggita. Setelah mengucapkan hal itu, Rico masuk ke dalam mobilnya dan berlalu dari tempat itu.

Anggita mulai memasuki rumah itu hati yang tidak menentu. Dia semakin memberanikan diri masuk ke dalam kamar dimana Evan berada.

Anggita melangkah perlahan menuju ranjang dimana Evan sedang terbaring lemas dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga sebatas leher.

Melihat mata milik suaminya yang terpejam. Anggita memberanikan diri meraba kening suaminya. Anggita belum sempat menarik tangannya dari kening Evan, mata suaminya sudah terbuka.

"Maaf mas." Anggita menarik tangannya buru buru. Dia takut aksinya itu akan membuat Evan marah.

Pria itu tidak menjawab. Mungkin karena sakit tidak ada tatapan tajam seperti biasanya. Dia hanya menatap Anggita sebentar kemudian kembali memejamkan matanya.

"Mas, kamu sudah makan siang?.

"Belum."

Anggita rasanya ingin menangis mendengar jawaban suaminya. Ini pertama kalinya dia mendengar jawaban yang cepat dan tidak ketus dari Evan jika dirinya bertanya. Biasanya dia akan memberikan pertanyaan yang berulang baru dijawab.

"Aku buatkan ya mas," kata Anggita lagi.

Tapi kali ini, sepertinya dia harus mengulang pertanyaan lagi. Sudah ada sekitar lima menit, perkataannya belum dijawab.

"Aku buatkan ya mas," ulang Anggita. Tapi tetap saja perkataan tidak dijawab. Bahkan kini Evan sudah bergerak mengganti posisi tidurnya menjadi membelakangi Anggita.

Melihat hal itu, Anggita hanya bisa menatap suaminya dengan sendu. Gerakan suaminya itu diartikan oleh Anggita sebagai penolakan atas keberadaannya di rumah ini.

"Mas, jika keberadaan aku di rumah ini tidak kamu inginkan. Pak Rico yang menjemput aku dan memberitahu kamu sedang sakit. Maaf jika aku lancang masuk ke dalam rumahmu. Aku akan kembali ke Kafe. Aku akan meminta bibi Ani membuat maka siang untukmu."

Anggita akhirnya menyerah. Dia tidak ingin tersakiti lagi oleh sikap suaminya. Ada janin di rahimnya yang dia jaga. Anggita takut jika dirinya terus tersakiti dan mempunyai beban pikiran akan berpengaruh ke perkembangan janinnya.

"Dasar istri durhaka. Suami sakit bukannya diurus malah mengutamakan pekerjaan."

Terpopuler

Comments

Desi Oppo

Desi Oppo

bjo edan 😤

2024-09-20

0

Yati Yati

Yati Yati

najong gw gebug lo laki durhakim

2022-08-09

4

Audrey Chanel

Audrey Chanel

bingung mau ngomong apa enaknya kasih racun ya...suami gini...nyebelin

2022-07-19

1

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!