Mari, Kita Bercerai.

"Anggita, kemarilah. Kita sarapan pagi bersama," ajak Adelia setelah melihat Anggita berjalan mendekati mereka yang sudah duduk mengelilingi meja makan.

Anggita tidak menjawab, dia hanya tersenyum melihat tiga manusia itu. Senyum terpaksa yang harus dipamerkan untuk Evan Dan Adelia yang menghancurkan hatinya. Evan sudah terlihat sehat. Rico juga ada di tempat itu masih dengan pakaian yang diberikan oleh Anggita kemarin sore.

Seperti biasa, Anggita mengambil air putih hangat untuk mengurangi rasa mual yang masih setia menemani tubuhnya di pagi hari.

"Duduk Anggita. Sayang, suruh istrimu untuk sarapan bersama dengan kita," kata Adelia kepada Evan. Pria itu tidak menurut apa yang diinginkan oleh Adelia, dia hanya menatap Anggita dengan tajam membuat Anggita semakin takut untuk bergabung bersama mereka.

Interaksi antara suami istri itu jelas terlihat oleh Rico. Melihat sikap Adelia kepada Evan Dan Evan tidak melarang Adelia. Timbul rasa kasihan di hatinya untuk istri atasannya itu. Tapi Rico tahu diri. Dia tidak ingin ikut campur urusan suami istri itu karena itu sangat bersifat pribadi.

Setelah menghabiskan satu gelas air putih hangat, Anggita melewati meja makan. Tidak ada niatnya untuk bergabung dengan tiga manusia itu.

"Duduk."

Anggita mendengar suara tegas dan dingin dari suaminya. Dia mengetahui jika perintah itu untuk dirinya. Tapi Anggita tidak perduli. Dia melangkah terus menaiki tangga. Daripada melihat interaksi suaminya dan Adelia lebih baik dirinya pergi lebih awal ke rumah kakek Martin.

Sesuai undangan kakek Martin, Hari ini Hari minggu. Seharusnya dirinya dan Evan harus ke rumah kakek Martin Hari ini. Evan sudah menolak undangan itu dengan tegas. Anggita akan pergi sendiri seperti sebelum sebelumnya jika kakek Martin mengundang mereka berdua.

Sesampai di kamar, Anggita membuka lemari pakaian yang berukuran jumbo itu. Selain ingin berganti pakaian. Dia berencana memindahkan pakaiannya ke kamar tamu. Sejak tadi malam dia memutuskan untuk pisah ranjang dari sang suami menunggu perceraian itu tiba. Hatinya sangat sakit sejak mengingat perkataan Adelia tentang Evan yang tidak menginginkan anak dari dirinya.

"Kamu mau kemana?" tanya Evan dingin yang sudah duduk di sofa di kamar itu. Anggita mengganti pakaian dan baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ke rumah kakek Martin. Apa kamu lupa mas. Jika kakek mengundang Kita Hari ini," jawab Anggita tanpa menoleh. Dia berharap Evan mengubah keputusannya untuk memenuhi undangan kakek Martin.

"Lalu itu apa?" tanya Evan lagi sambil menunjuk tumpukan pakaian Anggita yang terletak di atas ranjang.

"Mohon ijin kamu mas. Menunggu perceraian Kita. Aku memutuskan untuk pisah ranjang dengan kamu."

"Tidak boleh. Sebelum ketok palu kamu harus tetap tidur di kamar ini..."

"Dan menikmati tubuh aku," potong Anggita cepat kemudian terkekeh.

"Mas, seharusnya jika kamu tidak menginginkan aku. Kamu juga seharusnya tidak menikmati tubuh aku. Kamu dengan sadar memberikan Surat perceraian dan membiarkan wanita lain menginap di rumah Dan bahkan tidur satu ranjang dengan kamu tadi malam. Ada kah alasan untuk aku untuk tidur di kamar ini?" kata Anggita tenang. Jika Evan seseorang yang peka, dia pasti bisa melihat luka di mata istrinya.

"Kamu yang membiarkan dia tidur di ranjang ini. Tadi malam aku sakit dan tertidur pulas. Dia merawat aku. Jadi itu bukan salah aku. Tapi salah kamu yang yang memberikan dia ijin untuk merawat aku. Aku juga mengetahui batasan antara diriku dan Adelia. Jika Aku sama dengan pria lain di luar sana. Kamu sudah pasti mempunyai madu saat ini. Tapi aku mengorbankan rasa cintaku dan menyakiti hati Adelia karena menikahi kamu. Jadi, menurut kamu. Apakah aku pihak yang bersalah di situasi pernikahan Kita. Kamu yang salah karena bersedia menikah dengan pria yang tidak mencintai kamu. Jadi, kamu harus menerima konsekuensinya sampai tiba saatnya kita benar benar bercerai."

Kata demi kata yang keluar dari mulut Evan bagaikan tetesan cuka di hati Anggita yang sakit. Anggita memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan kesedihannya. Dia tidak ingin Evan melihatnya rapuh. Walau Evan tidak memberikan dirinya seorang Madu. Keberadaan Adelia tetap saja menyakiti hatinya.

"Kalau begitu. Mari Kita bercerai sekarang. Mana Surat perjanjiannya. Aku akan tanda tangani sekarang."

Anggita akhirnya menyerah sebelum ajal kakek Martin. Dia tidak ingin terluka lebih lama lagi. Lagipula untuk menyembunyikan kehamilannya, maka jalan terbaik adalah bercerai secepatnya.

Evan terkejut dan mengangkat kepalanya menatap Anggita dengan tajam. Harga dirinya seakan terjun bebas mendengar perkataan Anggita sepertinya sangat bulat untuk bercerai.

Evan berdiri dan berjalan mendekati Anggita yang berdiri dekat jendela. Dia merapatkan tubuhnya ke Anggita hingga jarak mereka hanya beberapa centi saja. Kedua tangannya menumpu ke kusen jendela membuat Anggita seperti terkurung.

"Beraninya kamu mempermainkan aku wanita sialan," kata Evan marah. Dia marah karena sebelumnya Anggita menolak bercerai selama kakek Martin masih hidup. Tapi kini wanita itu meminta bercerai dari dirinya.

"Demi kebahagiaan kamu mas. Bukan kah kamu tersiksa dengan pernikahan ini. Jika bercerai dengan aku membuat kamu bahagia. Maka seharusnya Kita secepatnya bercerai," kata Anggita dengan mata yang berkaca kaca. Sekali saja dia berkedip bisa dipastikan jika air matanya akan terjun bebas.

"Wanita licik. Kamu meminta cerai dari aku bukan karena kebahagiaan aku. Tapi karena kamu sudah menemukan laki laki yang akan menjadi korban kamu berikutnya."

Evan tidak perduli dengan wajah sedih istrinya. Bahkan dia merapatkan giginya karena marah.

"Tidak mas. Itu tidak benar," kata Anggita sambil menggelengkan kepalanya. Perkataan Evan jelas menilai dirinya sebagai wanita penggila harta.

"Tidak benar?" tanya Evan sambil tertawa meremehkan perkataan Anggita.

"Tidak benar kata kamu. Tapi kamu sudah memberikan perhatian lebih untuk asisten aku. Kamu kira dia tertarik dengan wanita seperti kamu. Tidak. Jadi coba kamu renungkan. Wanita seperti apa dirimu itu. Suami sedang sakit tapi perhatian dengan pria lain."

"Mas, itu karena Pak Rico...."

"Diam. Aku tidak butuh penjelasan kamu. Dan satu hal yang harus kamu ingat. Sama seperti keinginan kamu sebelumnya. Tidak ada perceraian selama kakek Martin masih hidup. Nikmatilah hidup kamu selama menjadi istriku. Entah itu bahagia atau tidak. Tapi menurut aku tidak ada kebahagiaan bagi wanita jahat penghancur kebahagiaan wanita lain."

Setelah mengatakan hal itu, Evan bergerak menjauhi tubuh Anggita. Sebelum keluar dari kamar, Evan mencampakkan pakaian Anggita hingga berserakan di lantai.

Anggita akhirnya tidak bisa membendung air matanya. Dia menangis dengan menutup mulutnya dengan tangan. Di saat hatinya sangat sedih seperti ini, Anggita juga harus menyembunyikan tangisannya supaya tidak terdengar ke lantai bawah.

"Kita harus kuat nak," gumam Anggita sambil mengelus perutnya. Di saat tersakiti seperti ini hanya janin di dalam kandungan yang bisa menguatkan hatinya.

Setelah satu jam kemudian, Anggita keluar dari kamar. Wajahnya yang sembab karena menangis berhasil disembunyikan dengan riasan.

"Sayang, aku belum menemukan tempat tinggal di Kota ini. Bolehkah aku tinggal di sebelah rumah kamu?. Aku lihat rumah itu dikontrakkan. Tidak mungkin aku terus tinggal di rumah orang tua kamu. Apa kata orang nanti. Kita belum menikah. Kecuali kamu menikahi aku secepatnya. Aku bersedia tinggal di rumah orang tua kamu."

Suara manja Adelia yang jelas terdengar membuat Anggita menghentikan langkahnya di balik tembok yang menghubungkan ruang makan dengan ruang tamu.

Dadanya berdetak kencang mengetahui kenyataan jika Adelia tinggal di rumah mertuanya.

"Jangan menuntut pernikahan kepada aku selama aku masih terikat pernikahan dengan wanita lain Adel. Kamu tahu bahwa aku sangat mencintai kamu. Kamu adalah kebahagiaan aku. Itulah sebabnya aku akan menjadikan kamu wanita satu satunya di hatiku dan juga di status hidupku. Bersabarlah, Masa itu akan tiba."

"Terima kasih sayang. Buktikan jika aku hanya wanita satu satunya di hati kamu sayang. Dan aku hanya ingin menjadi wanita satu satunya pemberi keturunan bagi kamu."

"Apapun keinginan kamu Adel. Aku akan penuhi. Tapi Ada syaratnya."

"Syarat apa?.

"Kamu harus sabar menunggu aku."

"Pasti sayang. Satu tahun saja aku sanggup menunggu apalagi hanya satu bulan. Jadi bagaimana, Kita temui sekarang yang punya rumah sebelah ya. Atau bagaimana kalau aku tinggal disini saja. Toh, wanita itu sudah mengetahui tentang kita."

Anggita hanya bisa memegang dadanya mendengar pernyataan cinta dari suaminya untuk wanita lain. Dia masih tetap berdiri di tempat itu untuk mengetahui jawaban suaminya atas keinginan Adelia yang ingin tinggal satu atap bersama mereka. Jika Evan mengijinkan Adelia tinggal di rumah ini. Maka Anggita akan memilih dirinya yang keluar dari rumah ini.

"Baiklah, tinggallah di rumah ini. Kamu boleh menempati kamar tamu yang di lantai bawah."

"Terima kasih sayang."

Anggita keluar dari persembunyiannya setelah mendengar keputusan sepihak dari Evan. Bukan untuk protes. Tapi Anggita kembali menghentikan langkahnya mendengar Suara Adelia memanggil namanya.

"Anggita, aku akan tinggal di rumah ini. Tidak apa apa kan. Aku berjanji membantu kamu dalam apapun," kata Adelia sambil tersenyum. Senyum kemenangan yang sengaja dia suguhkan untuk Anggita.

"Silahkan mbak. Aku akan senang jika itu membuat calon suami kamu bahagia. Aku tinggal dulu ya. Aku tidak mau kakek Martin menunggu lama kedatangan aku," jawab Anggita juga tersenyum. Dia tidak menoleh sama sekali kepada Evan.

Terpopuler

Comments

Cerita Emmilia

Cerita Emmilia

kapanlah kakeknya meninggoi thor, lama kali

2024-05-04

0

Lina Syah

Lina Syah

😡😡😡😡😡😡😔😔😔

2024-05-10

0

epifania rendo

epifania rendo

pergi sja anggita

2022-09-28

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!