Fitnah2

Anggita merasakan tubuhnya seakan tidak bertulang setelah dirinya harus ditahan. Dia sudah diperiksa dan Anggita menjawab semua pertanyaan polisi dengan jujur. Tapi jawabannya seakan tidak berarti mengingat tidak ada saksi ketika kejadian itu terjadi.

Anggita merasakan dirinya adalah manusia paling sial di dunia ini. Tidak dihargai sebagai istri dan kini dilaporkan atas perbuatan yang tidak pernah dia lakukan. Dan yang membuat Anggita sangat sedih adalah masalah ini datang di saat dirinya seharusnya menjaga kesehatan demi sang janin di perutnya.

Sumpah demi apapun. Anggita merasa lelah. Lelah dengan situasi pernikahannya yang semakin lama seperti api neraka dunia bagi dirinya.

Anggita menatap pengacara yang disediakan kakek Martin untuk membebaskan dirinya. Sama seperti jawaban jujur dari mulutnya. Keberadaan pengacara itu juga tidak cukup berarti untuk masalah yang diharapi oleh Anggita saat ini. Hanya ada satu jalan untuk membuat Anggita tidak menginap di hotel tidak berbayar itu. Si pelapor harus mencabut laporannya. Tapi Anggita tidak terlalu berharap untuk itu.

Adelia sudah tega ingin mencelakai dirinya tapi tidak berhasil dan malah memfitnah dirinya. Fitnah itu tidak sekedar fitnah. Fitnah itu berujung Anggita ditangkap polisi dan ditahan.

"Bu Anggita. Saya akan berusaha maksimal mengeluarkan anda dari tempat ini," kata pengacara untuk menguatkan Anggita.

"Terima kasih Pak," jawab Anggita singkat. Setelah itu dia diantarkan ke ruangan sempit yang tidak layak disebut sebagai kamar tidur.

Pernah berpikir jika penjara adalah tempat yang aman untuk menyembunyikan kehamilannya. Kini Anggita sadar jika pemikirannya ternyata salah.

Setelah melihat situasi di dalam ruangan itu, Anggita justru merasakan kesedihan yang luar biasa. Dia tidak dapat membayangkan menjalani hari harinya di dalam penjara dalam keadaan hamil. Ruangan sempit yang dihuni beberapa orang tanpa fasilitas seperti tempat tidur atau kipas angin. Masih hitungan menit, Anggita sudah merasakan gerah.

Anggita tidak dapat lagi membendung air matanya. Hanya karena menikah dengan pria yang tidak mencintai dirinya. Anggita harus merasakan udara pengap di dalam penjara. Sungguh, dia tidak ingin bermalam di penjara ini.

Anggita duduk di lantai tanpa alas. Kepalanya disandarkan di tembok. Air matanya yang terus mengalir pertanda jika dirinya tidak siap menjalani situasi ini. Berkali kali, Anggita mengelus perutnya. Jika tidak karena kehamilan itu, mungkin Anggita tidak sanggup menjalani hidupnya saat ini.

Di saat mempunyai masalah seperti ini, Anggita seharusnya mempunyai teman untuk mencurahkan segala isi hatinya. Tapi jangankan teman, dia kini ditempatkan di tempat para penjahat yang sudah menatap dirinya dengan tatapan buas.

Anggita mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan itu ketika Ada suara orang yang berdehem berkali kali. Ketika Anggita menatap orang yang berdehem itu, Anggita ketakutan. Tatapan mereka itu seperti tatapan seekor singa yang akan menerkam dirinya.

Menyadari suara tangisannya membuat ruangan itu bising akhirnya Anggita menutup rapat mulutnya. Dia takut wanita wanita berwajah seram itu akan menyakiti dirinya. Anggita akhirnya hanya bisa meringkuk memeluk kakinya dan mengucapkan doa doa di dalam hatinya.

Sementara itu di rumah kakek Martin Ada dua wanita yang masih bersedih atas penangkapan Anggita. Wanita itu adalah Tante Tiara dan nenek Rieta. Dua wanita itu sangat yakin jika Anggita tidak bersalah. Tapi ketika sang pengacara yang mereka tugaskan untuk mendampingi Anggita menginformasikan jika Anggita ditahan, dua wanita itu syok. Nenek Rieta menyesali dirinya yang tidak memasang CCTV di lantai atas.

"Gunawan, apa Evan sudah mengetahui jika istrinya ditahan polisi?" tanya kakek Martin. Pria itu yang paling bersedih atas masalah yang menimpa Anggita. Kakek Martin merasa jika dirinya lah yang membuat Anggita menderita. Pria tua itu kini hanya bisa berandai andai di hatinya. Andaikan dia tidak memaksa Evan menikahi Anggita maka Anggita tidak menderita seperti ini.

"Aku tidak tahu Pa," jawab Gunawan jujur. Gunawan belum mendapatkan informasi dari Rendra. Rendra pergi ke rumah sakit setelah Anggita dibawa polisi tadi.

"Bagaimanapun caranya. Sekali dalam dua puluh empat jam. Anggita harus di rumah ini. Jika satu pengacara tidak sanggup membebaskan Anggita maka kami harus menyediakan beberoa pengacara," kata nenek Rieta.

"Jika tidak paksa wanita siluman itu mencabut laporannya," kata Tante Tiara. Mengingat Adelia, darah tingginya menjadi naik.

Sementara itu mama Anita terlihat Mondir mandir di kamar. Hati nurani dan keegoisan sedang berperang. Dia melihat dengan jelas jika Adelia yang berusaha mencelakai Anggita, tapi dia sangat ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Saat kejadian itu, mama Anita masih berdiri di pintu kamar tempat dirinya dan Anggita akan berbicara.

Kebahagiaan memiliki cucu terkalahkan dengan rasa benci yang masih saja bersarang di hatinya. Awalnya dia ingin pergi ke Kantor polisi untuk membantu Anggita tapi setelah mengetahui jika Anggita dengan mudah mempunyai sebuah kafe dari pemberian kakek Martin membuat hati nuraninya tertutup kebencian.

Bukan hanya itu, Fakta yang baru saja dia ketahui jika ternyata rumah mewah yang ditempati Evan dan Anggita ternyata kado pernikahan dari nenek Rieta dan kepemilikan rumah itu atas nama Anggita. Mama Anita tidak sengaja mendengar pembicaraan nenek Rieta dan Tiara tadi.

Kini, setelah mengetahui semua apa yang dimiliki Anggita hasil pernikahan dari Evan membuat mama Anita menginginkan Anggita membusuk di penjara. Tentang kehamilan Anggita, mama Anita sangat yakin jika anak itu nantinya akan diasuh oleh Evan Dan Adelia. Jika perlu, mama Anita akan merawat cucunya itu sendiri. Yang penting Anggita tidak boleh memiliki harta apapun dari hasil pernikahan tersebut.

Sedangkan di rumah sakit, Evan sangat mengkhawatirkan keadaan Adelia. Luka luka yang sudah dijahit tidak membuat Adelia berhenti merintih kesakitan. Wajahnya yang penuh memar membuat kecantikan tidak terlihat lagi.

"Lihat lah hasil perbuatan istri kamu itu. Aku tidak menyangka ternyata dibalik wajahnya yang lembut ternyata otaknya kriminal," kata Adelia sambil merintih kesakitan. Evan tidak menjawab.

"Jangan banyak berbicara Adel. Fokus lah untuk sembuh. Jahitan di bibir kamu itu akan kembali koyak jika terus berbicara," kata Evan sedikit kesal. Dari tadi Adelia merintih sambil memgomel. Yang membuat Evan kesal adalah di saat kesakitan seperti itu Adelia masih bisa memainkan ponselnya.

"Aku tidak terima ini. Anggita harus menerima balasan atas perbuatannya ini," kata Adelia dengan suara hampir tidak jelas karena jahitan di bibirnya. Melihat Kondisinya, saat ini Adelia ingin melihat Anggita lebih menderita dari dirinya.

"Bisa saja dia tidak sengaja Adel atau kamu yang kurang hati hati."

"Kamu membelanya?.

"Apa kamu yakin jika dia mendorong kamu?. Bisa saja dia tidak sengaja atau kamu yang kurang hati hati."

"Dia mendorong aku setelah mengatakan aku wanita tidak punya harga diri. Aku rasa di sudah merencanakan ini. Tadi malam dia juga mengancam membunuh aku. Dia juga mengatakan...."

"Evan."

Suara memanggil dari pintu membuat Adelia berhenti berbicara. Rendra berdiri di pintu tanpa berniat masuk melihat keadaan Adelia.

"Papa. Ada apa?" tanya Evan sambil berjalan menuju pintu.

"Sebaiknya Kita berbicara di luar," kata Rendra. Evan keluar dari ruangan UGD itu Dan mengikuti langkah papanya menuju kantin rumah sakit.

"Evan, apa kamu yang melaporkan Anggita ke Kantor polisi?" tanya Rendra setelah mereka duduk di kantin itu.

Terpopuler

Comments

epifania rendo

epifania rendo

orang kaya tidak ada cctv dirumah

2022-09-28

0

Ida Ismail

Ida Ismail

mosok orang kaya ga ada CCTV, hadeeehhh

2022-06-28

0

Anah Raditya Arrasya

Anah Raditya Arrasya

di tunggu up nya LG nanti siang atau sore Thor 🤭🤭🤭

2022-05-29

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!