Permohonan Anggita

Evan menatap Anggita sambil membuka sabuk pengamannya sendiri. Melihat Anggita tidak berniat turun, Evan juga masih berdiam di depan setirnya. Ada rasa yang menyusup ke relung hatinya. Evan merasa tidak tega melihat wajah Anggita.

Sedangkan Anggita masih menatap lurus ke depan. Tak sadar, tangannya mengelus perutnya.

"Kamu lapar?" tanya Evan yang melihat Anggita mengelus perutnya. Anggita menggelengkan kepalanya. Tangannya langsung berhenti mengelus. Dia tidak ingin, Evan mencurigai pergerakan tangannya itu.

"Kalau kamu lapar, Kita bisa cari makanan terlebih dahulu. Sebenarnya, aku juga lapar," kata Evan lagi. Anggita menatap Evan. Baru Kali ini suaminya itu perhatian terhadap dirinya. Dan sikap Evan juga berubah aneh. Kali ini, pria itu tidak bersikap dingin kepadanya.

"Baiklah, Kita Cari makanan," jawab Anggita. Ini lebih baik daripada meminta maaf kepada Adelia. Dan semoga saja Evan lupa dan setelah makan nanti mengantarkan dirinya ke rumah kakek Martin.

Evan membawa mobilnya mencari penjual makanan yang buka 24 jam. Mereka sudah hampir satu jam berkeliling tapi makanan yang dicari tidak ada yang cocok dengan selera Evan. Anggita harus menahan kantuk yang luar biasa untuk memenuhi keinginan suaminya itu. Berkali kali mulutnya terbuka lebar karena menguap.

"Bagaimana, kalau di Sana saja?" tanya Anggita sambil menunjuk Warung makanan Sea food. Evan hanya menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju dengan pilihan Anggita.

Anggita merasa bingung bercampur kesal. Dari tadi mereka melewati Warung makanan. Dan bahkan melewati sebuah restoran ayam goreng yang buka 24 jam. Di tengah malam seperti ini, jika lapar tidak seharusnya terlalu memilih makanan. Tapi itu tidak berlaku untuk Evan.

"Sebenarnya kamu mau makan apa mas?" tanya Anggita lembut. Begitu lah Anggita, seharusnya mengingat sikap menyebalkan Evan dia tidak seharusnya bersikap lembut seperti ini. Tapi Anggita adalah tipe manusia yang tidak pendendam. Satu sifat yang disukai kakek Martin yang mengantarkan Anggita menjadi istri Evan.

"Hmm, sebenarnya aku ingin makan ayam goreng," jawab Evan membuat Anggita membulatkan matanya. Tadi mereka sudah melewati restoran itu tapi mengapa Evan tidak menghentikan mobilnya di sana.

"Bukankah Kita sudah melewati restoran ayam goreng?"

Evan menggaruk pelipisnya dengan telunjuk tangan kirinya. Dirinya agak sungkan untuk mengungkapkan keinginan yang sebenarnya.

"Putar balik aja mas," kata Anggita bermaksud mengingatkan suaminya.

"Sebenarnya aku ingin makan ayam goreng masakan kamu sendiri."

Akhirnya Evan tidak tahan untuk memendam keinginannya. Dia juga tidak mengerti mengapa keinginannya sangat kuat untuk memakan ayam goreng buatan Anggita. Anggita akhirnya paham. Inilah alasan suaminya tidak bersikap dingin kepadanya karena ada maunya. Sama seperti kemarin ketika suaminya itu menginginkan sup iga buatannya.

"Baiklah, aku akan memasak ayam goreng untuk kamu sebagai balasan atas kebaikan kamu malam ini," kata Anggita akhirnya. Bagi Anggita membalas perbuatan Evan adalah suatu keharusan. Kelak, biar tidak ada yang perlu diingat dari suaminya itu.

Evan tersenyum senang mendengar jawaban dari Anggita. Dia mengendarai Mobil dengan kencang supaya cepat sampai di rumah.

Evan membawa Anggita ke rumah kakek Martin. Suasana rumah itu sudah sepi. Hanya ada satpam yang berjaga dan asisten yang membukakan pintu untuk mereka. Kedua orang tua Evan Dan juga Gunawan serta keluarganya sudah kembali ke rumah masing masing.

Hampir satu jam, Anggita mengeksekusi bahan bahan itu menjadi ayam goreng permintaan Evan. Untung saja bahan bahan itu sudah tersedia di kulkas sebelumnya.

"Ini mas. Silahkan dinikmati," kata Anggita sambil meletakkan piring yang berisi tiga ayam goreng di hadapan Evan. Pria itu sejak masuk ke dalam rumah sudah menunggu di meja makan. Melihat ayam goreng di hadapannya, wajah pria itu berbinar.

"Kamu, mau ke mana?" tanya Evan sambil mengunyah ayam goreng itu.

"Aku mau makan di kamar saja mas," jawab Anggita. Di tangannya sudah ada piring berisi ayam goreng juga.

"Makan disini saja," kata Evan membuat Anggita berhenti melangkah.

"Apa mas lupa?. Selera makanmu akan hilang jika satu meja dengan aku," kata Anggita sengaja menyindir Evan. Di awal menikah, Evan pernah mengatakan seperti itu. Itulah sebabnya mereka hampir tidak pernah makan bersama di meja yang sama.

Ayam goreng yang Ada di mulut Evan serasa seperti kawat diri. Perkataan Anggita mengingatkan dirinya tentang kata kata itu yang keluar dari mulutnya sendiri. Walau mendapatkan sindiran tidak membuat selera makannya menghilang.

Anggita berlalu dari ruang makan, dia melihat jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan angka satu. Mereka tidak mengetahui jika nenek Rieta memperhatikan gerak gerik suami istri itu.

Anggita masuk ke dalam kamar yang biasa dia tempati jika menginap di rumah kakek Martin. Tak lama kemudian, Anggita menulikan telinganya ketika mendengar suara ketukan pintu diiringi dengan suara Evan yang memanggil namanya.

Anggita akhirnya bisa menarik nafas lega setelah ketukan pintu tidak terdengar lagi. Setelah ayam gorengnya sudah berpindah ke perut. Akhirnya Anggita membaringkan tubuhnya di ranjang. Terlalu lelah menghadapi masalah hidup satu harian membuat wanita itu cepat terlelap.

Pagi Hari tiba, kediaman kakek Martin kembali ramai. Danny Dan kedua orang tuanya sudah berada di rumah itu. Sebelum Danny berangkat ke America, pria itu akan menghabiskan satu hari ini di rumah kakek Martin. Sesuai jadwal penerbangan pria itu akan berangkat nanti malam.

Rumah itu bertambah ramai dengan celotehan anak kecil yang merupakan putri Danny yang bernama Sisil.

"Oma, aku mau Susu," teriak Sisil kepada tante Tiara. Wanita itu dengan sigap membuat Susu untuk cucunya. Rencananya, Sisil akan tinggal di rumah tante Tiara. Keputusan itu sudah bulat. Danny menutup akses untuk mamanya Sisil bertemu dengan putrinya untuk sementara.

"Ini Sisil putrinya Danny tante?" tanya Evan yang baru bergabung di ruang keluarga itu. Semalam dia tidak bertemu dengan Sisil karena insiden jatuhnya Adelia di tangga. Ternyata Evan tidak pulang ke rumahnya tadi malam tapi dia tidur terpisah dari Anggita.

"Iya Evan. Sisil, ayo perkenalkan dirimu kepada om Evan," kata Tante Tiara.

"Hai om," kata Sisil sambil melambaikan tangannya. Evan tertawa melihat wajah lucu keponakannya. Anak kecil berusia tiga tahun itu berhasil memikat hati Evan.

"Hai Sisil. Sini sama om," jawab Evan sambil mengulurkan tangannya. Sisil menurut dan kini sudah berada di gendongan Evan.

"Om, akan memberikan kamu sesuatu," kata Evan sambil membawa Sisil menuju dapur.

Evan membuka kulkas mencari makanan yang cocok untuk anak kecil. Pilihannya jatuh pada buah apel.

"Tidak mau," kata Sisil sambil menggelengkan kepalanya.

"Jadi Sisil mau apa?" tanya Evan penuh kesabaran menghadapi anak kecil itu.

"Es krim."

Evan kembali membuka kulkas. Es krim yang diinginkan keponakannya ternyata tidak ada.

"Es krimnya tidak ada. Bagaimana kalau Sisil makan buah apel dulu. Nanti siang kita pergi ke supermarket beli es krim. Mau kan?" bujuk Evan. Sisil mengangguk dan menerima apel dari tangan Evan.

"Janji ya om."

"Janji."

Evan mencium gemas kedua pipi keponakannya. Sedangkan Sisil tertawa karena kegelian akibat gesekan kumis tipis milik Evan.

"Anak pintar. Putri siapa sih ini," puji Evan setelah puas mencium pipi keponakannya. Sisil memang anak yang tergolong pintar. Di usianya yang masih tiga tahun tapi anak itu sudah lancar berbicara dengan dua Bahasa.

"Putri papa Danny." Sisil kembali mendapatkan ciuman di pipinya setelah menjawab pertanyaan Evan.

Sepasang Mata tersenyum melihat interaksi Evan dan Sisil. Tidak sadar, wanita itu mengelus perutnya. Dia membayangkan anaknya akan mendapatkan kehangatan kasih sayang dari seorang Ayah. Tapi tak lama kemudian, senyum itu memudar. Yang ada matanya berkaca kaca membayangkan anaknya tumbuh tanpa kasih sayang. Tak ingin melihat bagaimana sayangnya Evan kepada Sisil. Anggita meninggalkan tempatnya berdiri dan berjalan menuju taman yang Ada di belakang rumah.

"Apa Evan belum mengetahui jika kamu hamil?.

Anggita tersentak mendengar suara yang tiba tiba hinggap di telinganya. Dengan santai, Danny sudah ikut duduk di bangku besi bersama Anggita.

"Hamil. Siapa yang hamil?" tanya Anggita pura pura tidak mengetahui maksud pembicaraan Danny.

"Bukankah kamu yang mengatakan jika kamu hamil ketika kita bertemu di supermarket?.

Anggita menatap Danny sebentar. Dia mengira jika Danny tidak mengingatnya. Tapi ternyata apa yang dia katakan di supermarket kemarin masih diingat oleh pria itu.

"Itu hanya alasan untuk mendapatkan buah Kiwi."

"Mengapa kamu tidak memberitahukan kehamilan kamu kepada Evan?" tanya Danny tanpa memperdulikan jawaban Anggita.

"Untuk apa?. Itu hanya akan memperlama perceraian kami."

"Kamu menyembunyikan kehamilan kamu. Setelah bercerai, kamu akan pergi jauh dari keluarga kakek Martin. Itu yang kamu rencana kan?" tanya Danny membuat Anggita menundukkan kepalanya. Danny seperti manusia yang bisa membaca pikirannya.

"Tidak. Untuk apa Ali pergi jauh. Kakek sudah memberikan aku kafe. Aku akan mengelola kafe itu untuk aku dan anak aku kelak. Aku bukan pengecut yang lari dari kenyataan. Aku akan tetap di kota ini. Aku ingin melihat bagaimana sepupu kamu itu bahagia bersama wanita pujaannya."

"Sebenarnya kalau kamu mau memberitahukan kehamilan kamu kepada kakek. Aku pastikan anak kamu akan langsung mempunyai saham di perusahaan yang dipimpin Evan saat ini. Terlepas dari kalian bersama atau bercerai."

Anggita tersenyum mendengar perkataan Danny. Dia juga sudah mengetahui itu. Kakek dan nenek sudah pernah mengatakan hal itu jika dirinya hamil. Tapi justru itulah yang ditakutkan oleh Anggita. Dia takut, mama Anita akan mengatakan dirinya memanfaatkan keberadaan janinnya demi harta.

"Danny, aku mohon. Tolong rahasiakan kehamilan aku ini. Cukup kamu saja yang tahu," kata Anggita memohon kepada Danny. Pria itu hanya menatap Anggita.

"Tidak boleh begitu Anggita. Bagaimanapun anak kamu harus berhak mendapatkan apa yang seharusnya dia dapat sebagai keturunan kakek Martin. Aku akan berdosa jika membantu kamu menyembunyikan kehamilan kamu itu."

"Danny, aku mohon," kata Anggita sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di dada. Dia sangat berharap Danny tidak buka mulut tentang kehamilannya.

Terpopuler

Comments

Lina Syah

Lina Syah

lebih baik begitu ngak ada yang tau kehamilan anggita

2024-05-10

0

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

Ksih tau ke kakek aja . Klo si evan mh biarin ga ush di ksih tau

2022-10-08

0

Zaitun

Zaitun

kasian

2022-06-30

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!