Keras Kepala

Malam telah tiba. Anggita hanya bisa menatap teman teman yang satu ruangan dengan dirinya. Wanita wanita itu terlihat tidur pulas walau hanya beralaskan seadanya. Bahkan ada satu orang tidur beralaskan karton. Dan sepertinya, Anggita juga akan sama dengan wanita itu. Sebelum tidur wanita itu membagi dua kartonnya dan memberikan kepada Anggita.

Atau bisa saja Anggita tidak bisa tidur malam ini. Pikirannya terus bercabang antara upaya apa yang harus dia lakukan supaya terbebas dari penjara ini. Dan juga Anggita memikirkan sang mama. Mama Feli pasti berat menerima kenyataan ini.

Mengingat bagaimana liciknya Adelia, Anggita tidak akan menerima fitnah ini begitu saja. Demi harga dirinya, Anggita berjanji akan membuat perhitungan dengan wanita itu.

Baru saja Anggita hendak membaringkan tubuhnya di lantai pintu sel itu dibuka oleh penjaga.

"Ibu Anggita," panggil penjaga. Anggita langsung berdiri dan mendekati pintu.

"Ada apa Pak?" tanya Anggita. Dia berharap kedatangan penjaga itu sesuatu hal yang baik untuk dirinya.

"Anda bebas," kata penjaga membuat Anggita spontan mengucapkan syukur kepada sang pencipta.

Anggita menoleh ke dalam sel sebelum dirinya meninggalkan tempat itu. Tidak ada keinginan berpamitan kepada wanita yang memberikan dia karton tadi. Bukan tidak tahu berterima kasih tapi Anggita hanya tidak ingin menganggu tidur wanita itu yang terlihat sangat nyenyak. Anggita berencana akan berkunjung menemui wanita itu jika urusannya dengan Adelia sudah selesai.

"Pak, bolehkah Saya minta tolong?" tanya Anggita sambil berjalan mengikuti langkah penjaga itu. Dibalik rasa senang karena terbebas dari penjara. Anggita juga kebingungan bagaimana dirinya harus pulang tengah malam seperti ini.

Anggita masih bisa berpikir jernih. Di Kota besar banyak terjadi kejahatan di tengah malam dan mayoritas korban kejahatan tersebut adalah perempuan. Anggita tidak mau menambah masalah jika nekat pulang sendirian. Apalagi dirinya sedang hamil. Naik ojek online, Angin malam tidak bagus untuk janinnya. Dia berencana untuk menghubungi asisten suaminya yaitu Rico atau Tante Tiara.

"Minta tolong apa bu?" tanya penjaga itu sambil memperlambat jalannya. Anggita mempercepat langkahnya sehingga kini mereka berjalan bersisian.

"Bolehkah aku meminjam ponsel bapak?. Aku ingin menghubungi saudara untuk menjemput aku Pak."

"Aku rasa itu tidak perlu bu. Seseorang sudah menunggu kebebasan anda di luar," kata penjaga.

"Apa orang itu juga yang membebaskan saya Pak?" tanya Anggita. Penjaga itu menganggukkan kepalanya.

"Benar Ibu."

Anggita menarik nafas lega. Pikirannya sudah tertuju kepada kakek Martin. Dia sangat yakin jika seseorang yang dimaksud penjaga pasti salah satu suruhan kakek Martin. Dia berharap yang menunggu kebebasan adalah pengacara yang mendampingi dirinya tadi. Kebetulan, Ada Hal yang ingin ditanyakan Anggita tentang hukum.

Rasa yakin itu ternyata salah. Ketika Anggita keluar dari tempat itu. Anggita bisa melihat Evan berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke Mobil. Merasa tidak yakin dengan penglihatannya Anggita sampai mengucek matanya.

Benarkah itu Evan suaminya?. Bukankah pria itu di rumah sakit menemani wanita pujaannya berobat?.

Anggita ragu untuk melangkah menuju Mobil suaminya. Bermacam pertanyaan kini sudah berkeliaran di otaknya. Melihat bagaimana Evan sangat perduli dan mengkhawatirkan Adelia. Tidak mungkin pria itu bersedia menjemput Anggita. Tapi Kali ini, Anggita tidak ingin terlalu percaya diri menghubungkan keberadaan Evan dengan janinnya.

"Masuk," perintah Evan masih saja bersikap dingin. Tidak ada pilihan lain. Anggita menurut akan perintah suaminya itu. Anggita semakin mendekati Mobil suaminya dan membuka pintu mobil bagian belakang.

"Di depan. Aku bukan supir pribadimu," kata Evan lagi dengan nada ketus. Anggita akhirnya menutup pintu mobil itu dan membuka pintu mobil bagian depan.

"Apa kamu tidak berniat sama sekali mengucapkan terima kasih?" tanya Evan sinis setelah mobil bergerak.

"Terima kasih."

Evan menoleh dengan sinis kepada Anggita. Sikapnya itu membuat Anggita merasa dirinya seperti diinjak. Untuk apa dirinya dibebaskan tapi hanya untuk diperlakukan sinis seperti ini.

Anggita berusaha untuk tidak sakit hati. Bukankah perlakuan sinis dan dingin itu tidak lama lagi. Sesuai dengan perkataan Gunawan maka Anggita akan tinggal di rumah kakek sebelum bercerai. Itu artinya dia akan jarang bertemu dengan Evan setelah ini.

"Entah apa yang Ada di pikiran kamu sehingga melakukan perbuatan serendah itu?" kata Evan lagi. Anggita tidak tahan mendengar perkataan Evan dan perlu memberikan jawaban yang sebenarnya kepada pria itu.

"Aku tidak pernah mendorong wanita licik itu. Dia sendiri yang ingin mendorong aku."

"Tidak ada penjahat yang mengaku. Kamu hanya mencari alasan untuk membebaskan diri sendiri. Kakek dan Anggota keluarga lainnya bisa saja percaya dengan kebohongan kamu. Tapi aku tidak."

"Jika tidak ada penjahat yang mengaku. Mengapa kamu membebaskan aku. Apa kamu tidak takut berdekatan dengan penjahat seperti aku. Kakek Dan anggota keluarga lainnya percaya kepada aku karena mereka bisa melihat kebenaran. Bukan seperti kamu. Mata masih bagus tapi tidak bisa melihat kebohongan," jawab Anggita dengan sengit. Dia merasa lelah menghadapi sikap dingin suaminya. Dan kini dia tidak terima jika dituduh sebagai penjahat nyatanya Adelia sendiri yang jahat.

"Kamu bertanya mengapa aku membebaskan kamu. Itu karena aku tidak ingin Kakek bersedih," kata Evan dengan suara yang membentak. Tangannya fokus memegang setir Mobil tapi kepalanya terkadang menoleh kepada Anggita.

"Aku kasihan melihat kamu mas," kata Anggita akhirnya dan pelan. Jujur, perkataan itu dari hatinya yang paling dalam. Walau mereka akan menjadi mantan, Anggita kasihan kepada Evan yang akan mendapatkan istri licik seperti Adelia.

"Jangan mengasihi aku. Kasihanilah dirimu sendiri."

Anggita tersenyum sedih mendengar perkataan suaminya. Benar kata Evan. Tidak seharusnya dia kasihan dengan suaminya. Seharusnya dirinya kasihan pada diri sendiri yang belum mengetahui nasibnya seperti apa setelah bercerai nanti.

"Kita ke rumah sakit," kata Evan lagi.

"Untuk apa ke rumah sakit?" tanya Anggita heran.

"Kamu harus meminta maaf kepada Adelia. Kalau bukan karena dirinya tidak mungkin kamu bebas sekarang."

"Aku tidak mau minta maaf kepadanya. Aku tidak bersalah. Aku berani bersumpah jika aku tidak mendorongnya. Jangankan mendorong. Perbuatan itu tidak pernah terlintas di pikiran aku," kata Anggita bersikeras. Cukup dirinya difitnah. Anggita tidak akan bersedia sampai kapan pun meminta maaf atas perbuatan yang tidak dia lakukan sama sekali.

"Ternyata kamu sangat keras kepala," kata Evan marah. Anggita tidak perduli. Dia memilih diam dan menikmati jalanan yang sepi.

Penolakan Anggita seakan tidak berarti bagi Evan. Pria itu tetap membawa Anggita ke rumah sakit.

"Turun," perintah Evan setelah Mobil berhenti di parkiran rumah sakit. Anggita yang hampir tertidur langsung membuka matanya. Dia mengira jika Evan membawa dirinya ke rumah kakek Martin. Tapi setelah melihat ke luar, Anggita merasakan kecewa yang sangat dalam kepada suaminya itu.

"Daripada aku masuk ke dalam rumah sakit itu. Lebih baik aku kembalikan ke dalam penjara," kata Anggita pelan. Dia menatap lurus ke depan seperti manusia yang putus asa.

Terpopuler

Comments

epifania rendo

epifania rendo

benar2 evan

2022-09-28

0

Shuhairi Nafsir

Shuhairi Nafsir

Anggita bodoh lagi nga tegas. ceritanya terlalu lembab Dan membosankan Thor

2022-09-18

0

Zaitun

Zaitun

bagus anggi

2022-06-30

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!