Fitnah

"Evan, bagaimana dengan kamu?" tanya Gunawan. Gunawan sudah bisa menebak jawaban dari Evan. Tapi pria itu masih saja bertanya. Jauh di lubuk hati yang terdalam. Gunawan berharap perceraian antara Evan dan Anggita tidak pernah terjadi.

Evan mengangkat kepalanya kemudian menatap Anggita. Bersamaaan dengan itu Anggita juga melakukan hal sama. Tatapan sepasang suami istri itu bertemu. Tetapi Anggita langsung memalingkan wajahnya.

"Kalian menikah baik baik. Maka bercerai lah baik baik. Apa yang menjadi hak Anggita dalam perceraian itu maka kamu harus penuhi," kata kakek Martin lagi.

Lagi lagi Evan tidak bersuara. Pria itu hanya menundukkan kepalanya dan sesekali menatap Anggita.

Tidak Ada yang mengetahui apa yang ada di pikiran pria tampan itu saat ini. Mengingat sikap dingin dan perlakuannya selama ini maka saat ini dia seharusnya bersorak gembira atas ijin yang diberikan oleh kakek Martin.

"Evan, berbicaralah nak," kata Rendra lembut.

"Kakek. Tolong jangan terus ikut campur kehidupan baru aku. Kakek seenaknya saja memaksa aku menikah saat itu. Dan sekarang seenaknya juga menyuruh aku menceraikan dia. Aku Dan dia sudah membuat kesepakatan. Sesuai keinginan kakek. Kami akan menjalankan pernikahan ini selama kakek masih hidup," kata Evan pelan tapi jelas terlihat jika pria itu sedang marah.

Anggita menatap Evan tidak percaya. Dia bisa menangkap ada sesuatu maksud di perkataan suaminya.

"Jangan seperti itu Evan, jangan menyakiti Anggita lebih dalam lagi," kata nenek yang sedari tadi terdiam.

"Menyakiti seperti apa maksud nenek?. Aku tidak pernah berselingkuh. Jika keberadaan Adelia yang dipermasalahkan maka coba tanya dia. Apa Aku melakukan perbuatan melewati batas normal?" kata Evan membela diri. Anggita menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Evan. Mengijinkan Adelia tinggal satu atap dengan istrinya seakan bukan suatu kesalahan bagi Evan.

Evan justru merasa jika dirinya lah pihak yang tersakiti dalam pernikahan ini karena harus berpisah dari Adelia. Pria itu tidak merasa bersalah sama sekali dengan membiarkan Adelia di rumah mereka.

"Jadi apa mau kamu sekarang?" tanya Gunawan geram.

"Aku tidak ingin siapapun ikut campur pribadi dan rumah tangga aku. Aku yang menjalani maka aku juga yang harus memutuskan seperti apa rumah tangga kami selanjutnya," jawab Evan tegas.

Anggita menatap Evan tidak percaya. Mungkinkah janinnya mempunyai ikatan batin dengan Evan sehingga pria itu terkesan tidak ingin melepas dirinya saat ini?.

"Kalau begitu. Kamu harus menentukan pilihan. Istri kamu atau wanita itu," kata Nenek Rieta. Sebenarnya melihat sikap Evan seperti ini semua orang yang ada di ruang keluarga itu berharap Evan berubah dan menghargai Anggita selayaknya istri yang sebenarnya. Tapi mereka masih bisa mendengar dengan jelas jika pernikahan itu selama kakek masih hidup.

"Tidak kah nenek mengerti. Jika aku tidak ingin siapapun ikut campur tentang kehidupan aku," kata Evan memperjelas perkataannya.

Perkataan Evan membuat Tante Tiara menatap Evan dengan tajam. Bagaimana pria itu tidak bersedia menceraikan istrinya sekarang tapi tidak juga bersedia memilih antara istri Dan wanita masa lalunya.

"Baiklah Evan. Kalau itu keinginan kamu. Tapi menurut papa. Jalan terbaik untuk kebaikan Anggita. Biarlah dia tinggal dulu di rumah kakek," kata Gunawan akhirnya. Evan menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan perkataan Gunawan.

Pembicaraan yang Ada di ruang keluarga itu ternyata membuat Adelia kecewa. Dari balik tembok, dia mendengar semua apa yang dibicarakan oleh keluarga besar kakek Martin.

Awalnya hatinya berbunga bunga ketika kakek Martin memberikan ijin kepada Evan untuk menceraikan Anggita. Tapi hatinya terluka setelah mendengar penolakan dari Evan.

Bukan hanya itu yang membuat Adelia gelisah. Tapi lebih ke sikap Evan yang sangat berbeda dengan perkataan dan tindakannya. Tadi malam dia melihat bagaimana Evan dengan tubuh yang lemah memindahkan Anggita dari kamar tamu ke kamar lantai atas.

Sementara itu apa yang dirasakan oleh Adelia sangat berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh mama Anita.

Wanita itu menarik nafas lega setelah mendengar perkataan Evan yang tidak menceraikan Anggita saat ini. Hatinya memang membenci Anggita tapi dia tidak ingin janin yang ada di kandungan Anggita lahir tanpa seorang ayah.

Lain mama Anita, lain pula dengan Tante tiara. Wanita itu terlalu berharap banyak akan keputusan Evan saat ini. Dia tidak ingin melihat suami istri itu berpisah. Perceraian Danny sudah cukup membuat dirinya merasa bersalah sebagai orang tua yang gagal menasehati anak dan menantunya. Dia tidak ingin itu terjadi pada pernikahan Evan. Anggita adalah sosok wanita yang baik dan tulus. Bagi mertua yang waras pasti tidak ingin melepas menantu yang baik seperti Anggita.

"Anggita, ikut mama ke lantai atas," kata mama Anita. Mama Anita ingin berbicara empat mata dengan Anggita tentang kehamilan menantunya. Dia ingin bertanya apa maksud dari Anggita menyembunyikan kehamilan itu dari kakek dan yang lainnya.

Anggita mengerutkan keningnya karena merasa bingung dengan sikap mama mertuanya sedari tadi.

"Ya ma," jawab Anggita. Anggita pamit kepada kakek dan nenek sebelum beranjak dari duduknya. Sedangkan mama Anita sudah terlebih dahulu meninggalkan ruang keluarga itu.

Anggita menatap punggung mertuanya yang sudah berjalan menaiki tangga. Sebenarnya ada keraguan di hati Anggita untuk menuruti ajakan mama mertuanya mengingat mama Anita juga sering menyakiti hatinya.

"Anggita, tunggu," panggil Adelia. Anggita menghentikan langkahnya yang hendak menaiki tangga pertama.

"Ada apa mbak."

"Jangan besar kepala kamu karena Evan belum menceraikan kamu. Apa kamu mengetahui apa alasan Evan menunda perceraian kalian?. Anggita dengan polos menggelengkan kepalanya.

"Dia ingin balas dendam kepada kamu."

"Dendam?" tanya Anggita heran. Adelia menganggukkan kepalanya.

"Aku tidak percaya dengan perkataan kamu. Seharusnya kamu malu dengan status kamu saat ini. Mas Evan belum bersedia menceraikan aku itu artinya jika keinginan kamu untuk secepatnya menikah dengan dia akan semakin lama lagi. Seharusnya lihat diri kamu mbak. Apa kamu tidak malu mengharapkan laki laki yang masih beristri?. Terlepas dari Masa lalu kalian. Bukankah mas Evan menyelesaikan hubungannya dengan kamu sebelum menikahi aku. Itu artinya karena mas Evan tidak ingin memperjuangkan kamu. Yang aku lihat sekarang justru kamu yang berjuang mati matian untuk mendapatkan mas Evan," kata Adelia tenang.

Anggita merasa puas setelah mengucapkan kata kata itu. Sedangkan Adelia tersulut amarah mendengar perkataan Anggita.

Anggita bisa melihat kemarahan di wajah Adelia. Dia tidak perduli. Yang saat ini dia dilakukan bukan untuk mempertahankan pernikahannya tapi dia menjaga harga dirinya.

Baru saja Anggita menginjakkan kakinya hampir mencapai tangga teratas. Bahaya mengancam nyawanya. Adelia dengan cepat mendahului Anggita. Ketika kaki Anggita sudah mendarat di lantai dua Adelia menggerakkan tangannya cepat mendorong Anggita. Tapi sayangnya, Anggita bisa membaca pergerakan tangan Adelia. Dia dengan cepat bergeser ke Kiri dan langsung berpegangan kuat ke railing tangga. Otomatis Adelia mendorong angin dan membuat dirinya berguling guling di anak tangga tersebut.

Rintihan dan teriakan Adelia memenuhi ruangan itu hingga terdengar ke ruang keluarga. Semua berlari ke arah tangga kecuali kakek Martin. Mereka terkejut melihat Adelia yang sudah mengeluarkan darah dari kepala, bibir Dan bagian tubuh lainnya.

"Anggita mendorong aku Evan," kata Adelia sambil merintih kesakitan. Kondisinya sudah mengenaskan tapi masih bisa memfitnah Anggita. Spontan, semua mata memandang ke atas. Posisi Anggita yang masih syok melihat kejadian itu seakan membenarkan tuduhan Adelia kepadanya.

Evan tidak memperdulikan tuduhan Adelia. Pria itu dengan cepat mengangkat tubuh Adelia dan berteriak kepada Danny untuk membawa Adelia ke rumah sakit.

Tante Tiara dengan cepat menaiki tangga mengajak Anggita turun. Kecemasan melanda penghuni rumah kakek Martin. Mereka sangat cemas jika Adelia membawa masalah itu ke jalur hukum.

Dua jam kemudian kecemasan mereka terbukti. Dua orang polisi datang ke rumah kakek Martin dan membawa Surat penangkapan atas nama Anggita. Gunawan dan Rendra berusaha untuk menyakinkan polisi jika Anggita tidak mungkin mendorong Adelia. Tapi usaha mereka tidak berhasil.

"Mengapa tidak membela diri?" tanya mama Anita sebelum Anggita dimasukkan ke dalam Mobil polisi.

"Apa itu perlu ma?" tanya Anggita tenang. Walau dirinya tidak mendorong Adelia tadi. Tapi Anggita berpikir jika kejadian ini bisa membebaskan dirinya dari Evan. Bukankah penjara adalah tempat yang tepat untuk menyembunyikan kehamilannya?. Dan setelah bebas nantinya. Dia bisa menata hidupnya bersama anaknya kelak tanpa bayang bayang Evan Dinata.

Anggita sangat yakin, setelah ini Evan akan menceraikannya. Ini lebih baik daripada menjalani pernikahan yang penuh luka. Sebelum Adelia mengatakan jika Evan mempertahankan pernikahan mereka hanya untuk membalas dendam. Anggita sudah bisa menangkap itu. Dia curiga kepada Evan yang menolak bercerai tapi tidak ingin terpisah dari Adelia.

Kecurigaannya terbukti dengan penangkapan dirinya saat ini. Andaikan Evan menganggap Anggita adalah istrinya pasti bisa menghindari penangkapan ini. Atau jangan jangan Evan adalah orang yang melaporkan masalah ini ke pihak berwajib.

Terpopuler

Comments

Murniyati

Murniyati

ogituuu... okelah yg penting jgn stres

2024-11-27

0

Lina Syah

Lina Syah

kesal liat Evan😡😡😡😡😡😡😡

2024-05-10

0

epifania rendo

epifania rendo

tidak ada cctv di rumah ya

2022-09-28

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!