Buah Kiwi

Tidak seperti permintaan Evan yang meminta berpura pura menjadi istri yang baik. Anggita melaksanakan kewajibanya dengan ikhlas. Setelah Evan makan siang, Anggita juga langsung pergi ke supermarket untuk membeli bahan bahan makanannya yang akan diolahnya menjadi makanan enak untuk sang suami. Tidak lupa, dia juga membeli buah buahan segar.

Karena tidak mengetahui buah apa yang menjadi kesukaan suaminya. Anggita membeli beberapa buah lokal dan imfort.

Entah karena dirinya yang menginginkan, kini trolinya hampir penuh dengan bermacam buah buahan. Walau seperti itu, keinginannya untuk membeli buah yang lain tidak terbendung. Matanya berbinar melihat buah kiwi. Anggita menggerakkan tangannya untuk menjangkau tapi tangan orang lain lebih cepat mengambil buah kiwi yang tinggal hanya sedikit itu. Dan yang membuat Anggita merasa sial. Tangan itu bisa mengambil semua buah kiwi yang berjumlah lima buah itu dalam sekali mengambil. Anggita menatap rak itu dengan kecewa.

Anggita menoleh ke pemilik tangan itu yang sedang memasukkan buah tersebut ke trolinya. Pantas saja pria itu yang berhasil mengambil buah kiwi itu. Pria jangkung yang tingginya diatas rata rata tinggi pria di negara ini. Dari postur tubuhnya bisa dipastikan jika tangannya pria itu lebih panjang dari tangannya.

Anggita menatap buah kiwi itu dengan sorot mata yang tidak berbinar seperti tadi. Diantara buah yang sudah ada di trolinya, dia lebih berselera untuk menyantap buah kiwi tersebut. Ternyata tatapannya itu tidak luput dari pria jangkung itu.

"Kamu mau juga buah kiwinya?" tanya pria itu membuat Anggita cepat menganggukkan kepalanya. Sorot matanya kembali berbinar.

"Di supermarket lain masih banyak. Kami boleh membelinya disana."

Anggita kecewa dan jengkel mendengar perkataan pria jangkung yang menyebalkan itu.

"Seharusnya kamu tidak perlu bertanya atau basa basi jika hanya untuk membuat aku kesal."

Pria jangkung itu terkekeh mendengar perkataan Anggita.

"Aku sangat menyukai buah kiwi. Bisa dikatakan jika buah favoritku adalah buah ini. Aku hanya mengalah kepada orang dalam situasi seperti ini kepada seseorang yang memenuhi kriteria." Pria itu tersenyum membuat Anggita semakin jengkel.

"Kriteria?. Kriteria seperti apa," tanya Anggita antusias. Keinginannya untuk memiliki dan makan buah kiwi itu semakin kuat.

"Aku hanya mengalah kepada wanita yang hamil dan mengidam," jawab pria itu sambil tersenyum.

"Kalau begitu, kiwi itu berjodoh dengan aku tuan. Saat ini aku sedang hamil anak pertama," kata Anggita sopan dan senang. Dia sangat yakin jika pria itu akan mengalah dan memberikan kiwi itu untuk dirinya. Anggita keceplosan tentang kehamilan demi buah kiwi. Menyadari hal itu, Anggita langsung mengedarkan pandangannya. Dia takut jika ada orang yang dia kenal atau mengenal dirinya atau keluaga besar suaminya.

Anggita menarik nafas lega. Tidak ada yang mengenal dan dia kenal di sekitarnya.

Sedangkan pria itu sedikit terkejut dan berhasil menyembunyikan keterkejutannya mendengar perkataan Anggita. Dia langsung memusatkan pandangannya ke perut milik Anggita. Dia tidak menyangka jika wanita cantik yang ada di dekatnya sudah menikah Dan bahkan sedang hamil anak pertama.

"Jangan menghalalkan semua cara untuk memperoleh sesuatu Nona. Termasuk berbohong." Pria jangkung itu tidak mempercayai jika Anggita sedang hamil. Penampilan Anggita yang seperti anak sekolahan. Membuat pria itu sangat yakin jika Anggita berbohong.

"Tapi aku tidak berbohong tuan. Tolong berikan kiwinya."

"Tidak semudah itu Nona. Aku tidak percaya dengan kebohonganmu.'

"Makan tuh kiwi," kata Anggita kesal kemudian mendorong trolinya untuk menjauh dari pria jangkung itu. Tidak ada gunanya berlama lama memperebutkan buah kiwi itu jika pria itu tidak mempercayai tentang kehamilannya. Biarlah dirinya mencari kiwi di supermarket yang lain nanti. Anggita terus berjalan melewati rak demi rak until mencari perlengkapan rumah tangga lainnya.

Setelah merasa cukup berbelanja. Anggita menuju kasir. Anggita merasa beruntung karena tidak perlu lama mengantri.

"Ini untukmu."

Suaranya itu mengagetkan Anggita yang baru saja menyelesaikan pembayaran.

"Anggita tidak langsung percaya dengan pria itu. Dia pura pura tidak mendengar. Baru saja kakinya hendak melangkah, kini buah kiwi itu sudah berada di tangannya. Setelah meletakkan buah kiwi itu, tanpa mengucapkan kata pria itu berlalu dari hadapan Anggita.

"Terima kasih," kata Anggita sambil menatap pria itu yang semakin menjauh. Ketika pria itu menoleh ke belakang, Anggita memberikan senyum dan dibalas pria itu dengan lambaian tangan.

Sesampai di rumah. Anggita membawa beberapa buah termasuk buah kiwi ke kamar atas.

"Buah apa yang ingin kamu makan mas?" tanya Anggita setelah duduk di bangku dekat ranjang. Di tangannya sudah tersedia pisau buah siap mengupas buah apapun yang menjadi keinginan suaminya.

"Aku mau buah kiwi saja," jawab Evan. Denggan cepat Anggita mengupas dan memotong buah kiwi tersebut. Ternyata mereka berdua menginginkan buah yang sama.

Evan terlihat sangat lahap memakan buah kiwi itu. Rasa yang agak asam tapi segar sangat cocok di lidahnya membuat tangannya tidak berhenti mengambil potongan buah itu dari wadah yang diletakkan Anggita di atas kedua paha suaminya.

"Mas, jangan dihabiskan aku juga mau," kata Anggita yang baru sadar jika potongan buah itu sudah habis dari wadah yang tersisa tinggal yang di tangan suaminya.

Evan tidak mendengar perkataan istrinya. Pria itu dengan santai memasukkan potongan buah terakhir itu ke dalam mulutnya.

Hal itu membuat mata Anggita berkaca kaca ingin menangis. Entah karena faktor hormon kehamilan, wanita kini mengusap pipinya karena tidak kesampaian memakan buah kiwi saat ini.

"Dasar rakus," umpat Anggita berani dan kesal. Dia meletakkan pisau buah itu di atas nakas. Evan menatap istrinya dengan bingung yang tidak biasanya cengeng seperti saat ini. Wanita itu melangkah ke dalam kamar mandi.

Seperti anak kecil yang tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Anggita menangis di kamar mandi.

"Hah, gara gara buah kiwi itu dia menangis. Aku tidak menyangka jika dia ternyata masih bersifat kekanakan," gumam Evan yang bisa melihat istrinya menangis dalam diam. Dia tidak peka dengan perubahan mood istrinya.

Anggita keluar dari kamar mandi setelah hatinya tidak lagi sedih karena buah kiwi.

"Aku sudah menyuruh Rico membawakan buah kiwi yang banyak untuk kamu."

Anggita tersenyum mendengar perkataan suaminya. Walau Evan berkata dengan dingin tapi mendengar buah kiwi bisa membuat moodnya membaik.

"Terima kasih mas," kata Anggita masih dengan senyum manis terukir di bibirnya.

Terpopuler

Comments

Zaitun

Zaitun

hamil

2022-06-30

0

manda_

manda_

lanjut thor semangat buat up lagi

2022-06-10

1

Rahma

Rahma

jgn sampe evan nyesel klo anggita udh pergi...

2022-05-21

1

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!