Aku Bukan Istrimu
Kematian Sekar di hari yang baru saja melakukan ijab Qobul benar-benar membuat seluruh anggota keluarga berduka. Seharusnya pesta itu berlangsung untuk membawa kebahagian bagi kedua pasangan tapi nyatanya justru berakhir dengan banjir air mata.
Terutama Angkasa Sadewa, Ialah orang yang paling terpukul disana. Sebab Ia dan Sekar sudah menjalin hubungan sekitar lima tahun lamanya. Demi fokus mengejar mimpi, baru sekarang Angkasa berani menikahinya. Itu semua dilakukan agar nantinya mereka bisa membangun keluarga yang bahagia.
Sayang, semua itu telah pupus bersama perginya Sekar untuk selama-lamanya hari itu juga. Angkasa baru tahu, Perempuan yang sudah sangat lama mengunci hatinya tengah menderita kanker darah stadium lanjut dan tidak memberitahukan kepada siapapun juga.
"Sekar, kenapa kamu pergi secepat ini? Bahkan kita belum sehari menikah, Sayang. Apa kamu tahu, aku sudah bersabar menanti selama lima tahun bersamamu, dan saat kita sudah ditakdirkan bersama kenapa kau malah pergi untuk selama-lamanya? Aku menderita, Sekar."
Angkasa memeluk jenazah yang sudah kaku diatas brankar rumah sakit masih memakai baju pengantin. Hanya air mata yang tercurah, menunjukkan betapa terpukul hatinya saat itu.
"Sudah, Angkasa. Sekar sudah bahagia disana. Ikhlaskan dia," ucap Bu Widya. Dia adalah perempuan yang melahirkan Sekar seorang diri tanpa pernah menyerah. Melewati masa panjang dan pelik Ia lalui demi kecintaannya. Bercerai dari Ayah Sekar, akibat perempuan ja_lang sudah berhasil menghancurkan hidupnya.
"Tapi Angkasa belum ridho, Bu. Pernikahan kami baru terjadi beberapa jam yang lalu, dan_ dan sekarang Sekar sudah tidak ada, Bu."
Angkasa memeluk Bu Widya, Ia tak sanggup menahan gejolak perih yang terus memusar dalam hatinya, enggan rasanya Ia melepaskan kepergian Sekar.
Apa yang bisa Ia lakukan? Menggocang-goncang tubuh Sekar pun tidak ada gunanya. Sekali pun pahit itu harus Ia telan.
...🌾🌾🌾🌾...
Beberapa waktu telah berlalu, sejak kejadian itu Angkasa kerap kali tidak bisa mengendalikan diri. Emosi yang mudah terpancing, membuat semua orang takut kepadanya.
Seperti pagi itu, dia memasuki kaffe dan meminta pesanannya segera disediakan tapi pelayan yang kerepotan membuatnya menjadi terlambat.
Brak!
Angkasa menggebrak meja.
"Hey, pelayan bod_oh, kenapa kalian lelet sekali, ha? Aku sudah sepuluh menit disini. Bisakah kalian bekerja lebih cepat lagi!"
Perbuatannya menjadi tontonan, mereka menatap aneh pada Angkasa tapi dia tidak perduli. Baginya, pembeli adalah raja yang harus dilayani dengan sopan dan cepat.
"Ma_ maaf, Mas. Pelanggan hari minggu cukup padat jadi kami sangat kelelahan," ujar salah seorang pelayan perempuan, yang ingin meredam amukan Angkasa. Ia hanya menundukkan kepala tanpa berani menatap. Seragam Kaffe dan topi berlogokan KRP melekat sempurna dalam tubuhnya.
"Emang aku peduli, kamu mau, kalian semua dipecat hari ini ya?"Sentak nya, tanpa aba-aba.
"Iya, Mas. Tadi pesan apa ya, biar aku yang ambilkan?" Gadis itu bertanya lagi, pasalnya yang melayani Angkasa beberapa menit yang lalu bukanlah dirinya.
"Tidak usah, dasar pelayan bo_doh. Tidur saja dirumah jika tidak becus bekerja!"
Sudah bersikap baik, tapi Angkasa tetap kurang ajar membuat gadis itu memanas.
"Mas, kalau tidak sabar. Masak sendiri saja dirumah, ini tempat umum. Mana bisa mau buru-buru seperti kehendakmu," balasnya balik, menodongkan tatapan pada Angkasa saat mengangkat kepalanya.
Angkasa menganga dan tercekap, lalu menumpahkan saos di jari telunjuknya untuk mencicipi kalau dia tidak sedang bermimpi.
"Sekar? Ini beneran kamu, Sayang. Kamu tahu gak? Aku kangen banget lo sama kamu," ujarnya memegang pundak gadis itu dengan lancang, mengundang bola mata gadis itu mengikuti tangan Angkasa.
Byur!
Satu gelas jus yang ada ditangannya mendarat diwajah Angkasa tanpa dosa. "Dasar, mata keranjang. Kau pikir aku cewek murahan, ha?"
Angkasa terkejut tak percaya, ketika orang yang mirip istrinya itu melakukan hal memalukan di hadapan orang banyak. Tanpa melepas pandangan kearah gadis tersebut, Angkasa menarik tissue kering untuk mengusap wajah dan jasnya.
Gadis tersebut hendak beralih, namun seperti sebelumnya Angkasa menahan lengannya. "Sekar, ku mohon jangan pergi aku merindukanmu. Sudah sebulan ini, aku merasa hidupku sudah berakhir. Tolong kembalilah, Sekar."
Angkasa berlutut sampai menciumi tangan gadis itu akan tetapi karena dia tidak mengenal Angkasa, Ia pun melangkah mundur.
"Apa kamu sudah gila, ha? Aku bukan Sekar, kamu pasti sudah tidak waras," ucapnya berulang, mencela dan marah.
"Sekar, aku suamimu. Kamu lupa ya? baru kemaren kita menikah, Sayang." Angkasa terus meyakinkan diri jika Ia ada hubungan dengan wanita itu.
"Aku bukan Sekar," pekiknya, lelah menjelaskan.
"Kau_ kau melupakan ku?" Tanya Angkasa, belum yakin.
Gadis itu menyeringai. "Aku bukan, Sekar. Berhenti mengada-ngada, Mas." Gadis itu kembali menegaskan.
Angkasa sangat kecewa saat mendapat penolakan itu. Ia sangat yakin kalau yang ada didepannya adalah seorang istri yang Ia nikahi belum lama ini.
Angkasa bangkit dari duduknya dan menatap jengah kearah gadis itu lalu menggeret taplak meja hingga vas bunga, sendok serta botol kecap dan Soas diatasnya jatuh berserakan kelantai.
Gadis itu terbelalak. "Mas, apa-apaan ini kamu mau merusak kaffe Bosku?"
"Aku tidak peduli, kau harus ikut denganku." Angkasa menarik lengan gadis itu dengan paksa.
"Ihk, lepas Mas. Kamu mau bawa aku kemana sih? Kan, aku udah bilang, jika kamu salah orang."
Tepi di ambang pintu, seorang lelaki paruh baya menghentikan sikap Angkasa. Ia berpindah mengamati wajah gadis disamping Angkasa secara menyeluruh.
"Lepaskan dia!" Ucapnya meminta.
"Ayah..!"
"Angkasa, lepaskan dia!" Sang Ayah mengulangi, hanya tatapan dingin yang terpancar.
"Tidak, Ayah. Aku sangat mencintai Sekar. Tolong jangan pisahkan lagi," tolaknya, tidak terima.
Sang Ayah menepuk pundak Angkasa. "Percayalah, Ayah hanya ingin bicara empat mata dengan istrimu."
Gadis itu terkejut dan menggeleng. "A_ apa Mak_?"
Ayah Angkasa meminta dia diam, dengan mengisyaratkan jari telunjuknya diatas bibir, Hanya itu, yang bisa Ia lakukan agar Angkasa tidak merasa dibohongi.
"Ayah, kau akan mengembalikan Sekar padaku 'kan?" Angkasa, ragu-ragu.
Sang Ayah mengangguk. "Tentu, Nak. Tunggulah di mobil. Ayah dan Sekar akan menyusul," jawab Sang Ayah, berjanji.
Angkasa tersenyum, Ia menyempatkan diri melirik Gadis disampingnya yang dibingungkan oleh perlakuan mereka. "Aku tunggu diluar!" Ujarnya, berpamitan.
Angkasa melangkah pergi tanpa adanya jawaban dari mulut Wanita yang dianggapnya adalah mendiang Sekar. Sedangkan Ayah Angkasa Pak Dewok tahu, jika gadis itu tidak menyukainya.
"Bisa kita bicara?" Pak Dewok mempersilakan Keluar dan Gadis itu mengalah agar mengetahui apa yang ingin Ayah Angkasa katakan padanya.
Keduanya berpindah ke tempat sepi dimana tidak ada orang lain selain mereka disana. "Kenapa melibatkan saya, Om?" tanyanya tidak mengerti.
"Hanya kamu yang bisa membantu menyembuhkan derita Angkasa, Nak," jawab Pak Dewok. "Boleh tahu namamu?" Imbuhnya melanjutkan.
"Perlukan ku beritahu, sebab aku tidak tahu tujuan kalian?" tanyanya lebih dulu.
"Saya mohon, Nak. Angkasa sangat menderita, dan aku yakin hanya kamu yang mampu mengembalikan jati dirinya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩
bru awal dah bawang
2023-04-13
1
Dewi Nafara
langsung baper nih.lanjut thor
2023-03-19
1
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
mampir kak di karyamu
2022-07-08
1