Part 02 Tawaran

"Maaf, Om. Aku tidak mau, tidak semudah itu menyetujui keinginan orang asing seperti kalian. Siapa sih yang tau kalau Om dan pria tadi tidak punya maksud terselubung," jawab Gadis itu, cekatan. Berpikir jauh kedepan.

Pak Dewok nampak bersedih, Ia tahu semua terasa mustahil baginya memohon pada seseorang yang Ia sendiri tidak tahu asal usulnya tapi Ia lebih prihatin lagi akan kondisi Angkasa. Anak semata wayang yang selalu Ia sayangi, hampir setiap waktu mengalami depresi hebat tampa kenal tempat. Mempermalukan dirinya sendiri dihadapan orang yang bisa saja senang melihatnya terjatuh.

"Ini memang sangat tidak mungkin, Nak. Tapi percayalah, aku hanya membutuhkan bantuan mu semata," Tukas Pak Dewok, sekali lagi. Pria paruh baya tersebut menangis sambil melangkahkan kakinya dengan berat berharap orang yang dimintai tolong akan memanggilnya.

"Bulan...!" Teriak Maya, sahabat karibnya dari kejauhan. "Ada telpon dari rumah sakit katanya adikmu kejang lagi."

Mendengar panggilan itu Pak Dewok menghentikan langkahnya.

"Ya Allah, Fatan. Apa kata Dokter, May?" Tanya Bulan, gadis yang dianggap mirip Sekar barusan terlihat sangat khawatir.

"Gak tau, ngomong aja sendiri!" Ujar Maya sambil menyerahkan ponselnya ketangan Bulan.

Bulan tergesa-gesa menempelkan benda pipih tersebut ditelinganya. Entah apa yang dikatakan Dokter hingga air matanya menetes bagai hujan gerimis.

"Haruskah sekarang, Dok? Saya belum punya uangnya, hiks...."

"Iya, Dok. Saya akan usahakan secepat mungkin tolong berikan yang terbaik," Lanjutnya lagi, hanya terdengar jawaban dari mulutnya.

Setelah ponsel itu off, Bulan langsung memeluk Maya. Ia bingung harus melakukan apa demi adik kesayangannya. Selama ini Bulan Tamara hanya hidup berdua dengan adik lelakinya Fatan yang berusia sepuluh tahun. Apa pun Ia lakukan demi kepentingan sang adik untuk kebahagiaanya tapi kali ini urusannya adalah uang yang sangat banyak, dan sangat sulit mendapatkan benda tersebut dalam waktu singkat.

"Maya, aku harus bagaimana? Aku tidak sanggup jika harus kehilangan Fatan sekarang, dia adalah satu-satunya keluarga yang menjadi sumber kekuatanku," Laranya, tengah terisak-isak.

Maya hanya bisa mengusap punggung Bulan, sebagai sahabat Ia juga Iba tapi kondisi tak memungkinkannya untuk membantu Bulan. "Sabar, Lan. Aku yakin akan ada jalan keluar untuk adikmu, kamu yang tenang ya. Coba aku telpon Pamanku dulu, siapa tau dia bersedia meminjami mu lagi."

Bulan mengangguk. "Makasih, May. Kamu selalu ada saat aku kesulitan."

"Sama-sama." Maya mengurai pelukan, dan segera menghubungi Pamannya.

"Halo, Om!"

"Halo, May. Kenapa, Sayang?" Jawab dari dalam layar.

"Paman, Maya bisa mintak tolong?"

"Soal apa?

"I_ ini, Paman. Sahabat Maya, Bulan. Mau pinjam uang lagi buat operasi Fatan."

"Apa? Gak bisa, jangan aneh-aneh ya May. Paman sudah sangat baik dengan dia. Uang 5 JT yang kemaren saja belum lunas mau pinjam lagi kau pikir Paman Bank."

"Tolonglah, Paman. Fatan sedang sekarat."

"Tidak, katakan padanya Paman tidak punya uang."

Tut! Tut! Tut!

Sambungan ponsel terputus, Maya menoleh kearah Bulan yang belum juga berhenti menangis. "Maaf, Lan." Satu kata itu.

"Gak papa, May. Aku mengerti, Paman takut jika nanti aku tak sanggup membayarnya." Bulan hendak pergi.

"Tunggu...!" Cegah Pak Dewok, Ia berlari mendekat.

"Ada apa lagi si Om? Aku harus pergi," Tanya Bulan sedikit ketus. Kekalutannya melupakan norma kesopanan.

"Aku cuma mau menawarkan sesuatu dan terserah kamu mau menerima atau tidak, Nak," kata Pak Dewok tetiba.

Bulan mengernyit. "Soal apa?"

"Jika kamu bersedia menjadi istri pura-pura Angkasa, aku akan membiayai pengobatan adikmu sampai tuntas dan menjamin kehidupan kalian," Jawabnya, berterus terang hingga membuat Bulan membisu.

"Wah, keajaiban. Ini pasti rezeki Fatan, Lan," Sahut Maya antusias dan merespon positif penawaran Pak Dewok. Padahal Ia sendiri baru melihatnya.

Beberapa saat kemudian Bulan menggeleng. "Tidak, Om. Saya bukan cewek murahan," Tandasnya tanpa berpikir ulang. "Om tahukan status seorang istri?" tanyanya balik dan mampu membungkam ucapan Pak Dewok.

"Aku mengerti, Nak. Tapi Om tidak memaksa, ini hanya bentuk penawaran Om untuk dirimu dan Om akan berusaha agar Angkasa tidak pernah menyentuhmu."

Pak Dewok mengambil kartu nama dari dompetnya lalu memberikannya pada Bulan. "Pikirkan baik-baik demi adikmu. Disitu ada nomor telponku yang kapan saja bisa kau hubungi jika pikiran mu berubah."

Pak Dewok pergi meninggalkan Bulan dan Maya yang terpaku menatap punggungnya menghilang dibalik puluhan mobil di restaurant itu.

Setelah yakin sudah menjauh, Maya memukul lengan Bulan.

Plak!

"Maya, apa-apain sih?" Bulan mendelik memandang sahabat nya.

"Dasar bodoh, ngapain nolak sih, Lan? Kamu tidak kasihan melihat kondisi Fatan. Dia butuh pengobatan sekarang bukan nanti. Aku mohon turunkan ego mu soal melindungi harga diri jika kamu ingin melihat Fatan sembuh seperti sedia kala, Lan. Pikirkan itu baik-baik, Allah juga tahu kita sedang berjuang melakukan hal yang benar."

Usai mengingatkan Bulan, Maya yang kesal meninggalkannya seorang diri. Gadis itu duduk lemas di pinggir teras dan menangis sesenggukan.

"Hik... Hik... Hik... Fatan, bertahan ya, Dek. Kakak sayang sama kamu!"

Bulan mengacak-acak rambutnya, Ia tidak tahu mana jalan yang harus ditempuhnya. menurut sakit bertahan apa lagi. Sejenak dalam tangis, Bulan menyeka air matanya lalu mengamati kartu nama yang tertera di telapak tangan peninggalan Pak Dewok barusan.

Haruskah ku lakukan ini? Tapi sampai kapan? Bagaimana kalau aku tidak mampu? Apa semirip itu wajahku dengan, Sekar? Pemuda tadi terlihat begitu mencintai wanita itu. Emangnya Sekar kemana? Sampai-sampai dia salah mengenali wajah orang?

Bulan disibukan dengan sejuta prasangka, tapi benar kata Maya. Bagaimana kalau Fatan tidak tertolong gara-gara dia banyak pertimbangan.

Bulan segera bangkit dari rasa terpuruk dan mencari keberadaan Pak Dewok di lahan parkir namun sepertinya baik Pak Dewok maupun Angkasa sudah tidak ada disana lagi.

Sedangkan didalam mobil, Angkasa mengamuk. Ia memaksa ingin turun dan kembali mencari Sekar ke Kaffe KRP.

"Ayah, tolong turunkan aku. Angkasa ingin pulang sama Sekar, Ayah! Kenapa Ayah begitu jahat. Tidak sayangkah Ayah sama Angkasa yang sangat menderita merindukan istri? Bagaimana jika situasi ini Ayah yang alami? Apa Ayah akan sekuat ucapan Ayah?" Angkasa menodong Pak Dewok dengan banyak pertanyaan dan terus memekik tanpa henti.

"Angkasa...!" Pak Dewok naik pitam.

"Move-on, Nak. Se_ Sekar sudah tidak ada, dia sudah meninggal," ujarnya sedikit pelan, karena Angkasa tidak akan terima bila mendengar ucapan yang mengatakan Sekar sudah pergi dari dunia.

Angkasa langsung mengulum bibir. Ia agak linglung merespon perkataan Ayahnya. Semua yang dilewatinya menurut Angkasa sendiri hanya mimpi semata. Sekar masih hidup dan hanya menghilang sesaat saja. Paktanya Ia telah menemukan Sekar di kaffe tadi sedang menjadi seorang pelayan.

Terpopuler

Comments

Wulan Ndari

Wulan Ndari

jngn2 sekar kembaranya bulan secara ibunya sekar gk ad suami.. nah mkn bulan ikut ayahnya

2022-11-02

0

N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧

N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧

pasti nya sock bgt baru beberapa jam menikah istri telah tiada,,, di dunia nyata pun kisah inii ada

2022-07-08

1

🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤

🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤

ktanya setiap orng itu punya kembaran... jd..... apakah dia.... 🤔🤔
angkasa sma aq aj mumpung lg nyari ayng🙊

2022-05-28

2

lihat semua
Episodes
1 Part 01 Gadis mirip Sekar
2 Part 02 Tawaran
3 Part 03 Tidak Ada Pilihan
4 Part 04 Menyetujui
5 Part 05 Kebahagian Angkasa
6 Part 06 Sport Jantung
7 Part_07 Kehilangan
8 Part 08 Serba Salah
9 Part 09 Merayakan Hari Jadi
10 Part 10 Biang Kerok
11 Part 11 Bertemu Pacar
12 Part 12 Memastikan
13 Part 13 Alasan
14 Part 14 Hampir
15 Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16 Part 16 Kemo Pertama
17 Part 17 Pengetahuan Baru
18 Part 18 Sakit Hati
19 Part 19 Cemas
20 Part 20 Usaha Angkasa
21 Part 21 Cemberut
22 Part 22 Cerita
23 Part 23 Tak Sadar
24 Part 24 Bertemu Bu Widya
25 Part 25 Pikiran Konyol
26 Part 26 Ucapan Indah
27 Part 27 Masa Lalu
28 Part 28 Alergi
29 Part 29 Angkasa Bikin Keder
30 Part 30 Beradu
31 Part 31 Anfal
32 Part 32 Pilihan
33 Part 33 Menenangkan
34 Part 34 Sabar Lagi
35 Part 35 Di bawa Pergi
36 Part 36 Menyiapkan Pesta
37 Part 37 Pengertian Angkasa
38 Part 38 Heart
39 Part 39 Nambah Kerjaan
40 Part 40 Bersiap
41 Part 41 Rule(Aturan)
42 Part 42 Duet
43 Part 43 Pengakuan
44 Part 44 Runyam
45 Part 45 Menggemaskan
46 Part 46 Kecelakaan
47 Part 47 Kabur
48 Part 48 Perhatian
49 Part_ 49 Harapan
50 Part 50 Menarik
51 Part 51 Cemburu
52 Part 52 Makan Malam
53 Part 53 Menegangkan
54 Part 54 Balasan
55 Part 55 Malam Istimewa
56 Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57 Part 57 Dihasut
58 Part 58 Bingung
59 Part 59 Sakit Kepala
60 Part 60 Menyadarkan
61 Part 61 Ronde Berlanjut
62 Part 62 Mulai Curiga
63 Part 63 Mencari Tahu
64 Part 64 Ketulusan Cinta
65 Part 65 Harinya Pelangi
66 Part 66 Salah Paham
67 Part 67 Dipertemukan
68 Part 68 Membuktikan
69 Part 69 Belum Menerima
70 Part 70 Tidak Sesuai
71 Part 71 Bersiap
72 Part 72 Mengharu Biru
73 Part 73 Berubah
74 Part 74 Marah
75 Part 75 Nasib
76 Part 76 Maaf
77 Part 77 Hasilnya
78 Part 78 Membandingkan
79 Part 79 Mengaku
80 Part 80 Terungkap
81 Part 81 Aneh
82 Part 82 Bayangan
83 Part 83 Rezeki Tak Kemana
84 Part 84 Berubah
85 Part 85 Benarkah?
86 Part 86 Di Peralat
87 Part 87 Memberi Tahu
88 Part 88 Pernikahan
89 Part 89 Fakta Baru
90 Part 90 Akhir
91 Part 91 Bonus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Part 01 Gadis mirip Sekar
2
Part 02 Tawaran
3
Part 03 Tidak Ada Pilihan
4
Part 04 Menyetujui
5
Part 05 Kebahagian Angkasa
6
Part 06 Sport Jantung
7
Part_07 Kehilangan
8
Part 08 Serba Salah
9
Part 09 Merayakan Hari Jadi
10
Part 10 Biang Kerok
11
Part 11 Bertemu Pacar
12
Part 12 Memastikan
13
Part 13 Alasan
14
Part 14 Hampir
15
Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16
Part 16 Kemo Pertama
17
Part 17 Pengetahuan Baru
18
Part 18 Sakit Hati
19
Part 19 Cemas
20
Part 20 Usaha Angkasa
21
Part 21 Cemberut
22
Part 22 Cerita
23
Part 23 Tak Sadar
24
Part 24 Bertemu Bu Widya
25
Part 25 Pikiran Konyol
26
Part 26 Ucapan Indah
27
Part 27 Masa Lalu
28
Part 28 Alergi
29
Part 29 Angkasa Bikin Keder
30
Part 30 Beradu
31
Part 31 Anfal
32
Part 32 Pilihan
33
Part 33 Menenangkan
34
Part 34 Sabar Lagi
35
Part 35 Di bawa Pergi
36
Part 36 Menyiapkan Pesta
37
Part 37 Pengertian Angkasa
38
Part 38 Heart
39
Part 39 Nambah Kerjaan
40
Part 40 Bersiap
41
Part 41 Rule(Aturan)
42
Part 42 Duet
43
Part 43 Pengakuan
44
Part 44 Runyam
45
Part 45 Menggemaskan
46
Part 46 Kecelakaan
47
Part 47 Kabur
48
Part 48 Perhatian
49
Part_ 49 Harapan
50
Part 50 Menarik
51
Part 51 Cemburu
52
Part 52 Makan Malam
53
Part 53 Menegangkan
54
Part 54 Balasan
55
Part 55 Malam Istimewa
56
Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57
Part 57 Dihasut
58
Part 58 Bingung
59
Part 59 Sakit Kepala
60
Part 60 Menyadarkan
61
Part 61 Ronde Berlanjut
62
Part 62 Mulai Curiga
63
Part 63 Mencari Tahu
64
Part 64 Ketulusan Cinta
65
Part 65 Harinya Pelangi
66
Part 66 Salah Paham
67
Part 67 Dipertemukan
68
Part 68 Membuktikan
69
Part 69 Belum Menerima
70
Part 70 Tidak Sesuai
71
Part 71 Bersiap
72
Part 72 Mengharu Biru
73
Part 73 Berubah
74
Part 74 Marah
75
Part 75 Nasib
76
Part 76 Maaf
77
Part 77 Hasilnya
78
Part 78 Membandingkan
79
Part 79 Mengaku
80
Part 80 Terungkap
81
Part 81 Aneh
82
Part 82 Bayangan
83
Part 83 Rezeki Tak Kemana
84
Part 84 Berubah
85
Part 85 Benarkah?
86
Part 86 Di Peralat
87
Part 87 Memberi Tahu
88
Part 88 Pernikahan
89
Part 89 Fakta Baru
90
Part 90 Akhir
91
Part 91 Bonus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!