Sekitar pukul 6.30 menit hujan tiba-tiba turun membasahi bumi. Angin berhembus cukup kencang dan sangat dingin. Angkasa yang masih setia menunggui sang istri di depan teras mulai resah. Ia mengkhawatirkan keselamatan Sekar yang belum juga kembali.
Mau menyusul pun percuma, sebab dia tidak tahu kemana istrinya itu pergi. Ayah dan Ibu nya juga tidak memberi tahukan apa pun padanya.
Angkasa terpaku dalam lesu, matanya berkaca. Bibirnya bergetar dan juga sangat mencemaskan Sekar yang tak tau kemana rimbanya.
"Kemana aku harus mencari dia? mungkin kah dia dirumah Bu Widya?"
Terlintas pikiran tersebut dibenaknya. Ia pun berlari masuk kedalam dan mengambil kunci mobil dari gantungan. Bu Arumi yang melihat Angkasa buru-buru jadi ikutan tegang.
"Angkasa, kamu mau kemana, nak? cuaca sedang tidak baik?" teriak Bu Arumi. Angkasa tidak melengos apa lagi menjawab. Ia terlalu takut dengan kondisi Sekar hingga tidak peduli akan apa pun lagi.
"Ayah, Ayah, sini, Yah!" panggilannya beralih pada Pak Dewok yang baru saja selesai mandi.
"Ada apa sih, Bu? belum pakai baju ni," jawabnya bersungut-sungut memperlihatkan bahwa dirinya masih memakai handuk yang menyelip asal di pinggangnya.
"Itu lo, Yah. Angkasa keluar, Ibu kan jadi takut. Ayah sih gak jujur aja, bilang kalau Bulan dirumah sakit," sewot Bu Arumi.
"Astaga, Ibu. Mana bisa begitu. Angkasa kan taunya Sekar anak semata wayang, pasti dia anehlah tahu Sekar punya adik sekarang." Pak Dewok membantah.
"Is, si Bapak. Ya bilang aja tu anak, diangkat jadi adek sama si Sekar."
Pak Dewok garuk-garuk kepala. "Apa Angkasa mau menerima anak itu, Bu?" Pak Dewok menatap lekat.
"Mudah-mudahan saja, dia kan sayang banget sama si Sekar. Pasti apa pun keinginan Sekar, dia tidak akan menolak. Percaya deh sama Ibu, huh."
Bu Arumi langsung melenggang pergi setelah mencebikkan bibir kearah Pak Dewok.
"Benar juga ya, dengan begitu semua pasti berjalan mudah."
Pak Dewok memikirkan semua ucapan Bu Arumi yang dirasa sangatlah masuk akal. Ia pun kembali kekamar, karena udara semakin dingin.
...🌾🌾🌾🌾...
Angkasa mempercepat laju mobilnya, Ia harus segera sampai dirumah Bu Widya untuk memastikan Sekar memang ada disana.
Namun saat hendak berbelok kekiri, Angkasa melihat seorang perempuan yang terpancar sinar lampu tepat di depan mobilnya hampir saja tertabrak, untung Ia segera mengelak dan membanting setir kekanan.
Perempuan itu berteriak ketakutan, Ia terduduk lemah di jalan sambil memegangi lututnya yang bergoyang seakan mau jatuh.
"Hiksss... Kenapa hidupku sial sih? tega sekali mereka menusukku," keluh sang perempuan. Suaranya sampai ke daun telinga Angkasa. Lekas Ia turun untuk memastikan gadis tersebut baik-baik saja.
"Maaf, Mbak. Saya tidak sengaja." Angkasa mengulurkan tangan berniat untuk membantu.
Gadis itu mendongak dan membulatkan kedua matanya. Ia sangat terkejut saat mengetahui jika pria yang hampir menabraknya tadi adalah suami pura-puranya. Begitu pula Angkasa.
"Sekar..." Angkasa sama terkejutnya, wanita dihadapannya ternyata adalah wanita yang ia cari.
"Kamu baik-baik saja, kan?" Angkasa membantu Bulan untuk bangun. Gadis itu basah kuyup, berantakan dan matanya terlihat membengkak.
"Kamu kenapa? apa aku melakukan kesalahan sampai kamu begini? katakan sama aku, Sayang?" Angkasa menganggap Ia sudah membuat kacau hidup Bulan. Sebab Sekar yang dulu sudah banyak berubah sekarang.
Bulan menggeleng, Ia masih terus menangis tak bisa membendung rasa sakit hatinya pada Awan dan Maya. Sebab Ia menyaksikan sendiri dengan kedua bola matanya saat kedua orang yang selama ini dikira malaikat sedang melakukan hubungan menjijikkkan di atas ranjang tanpa memakai apa-apa.
"Tenanglah, aku disini untukmu. Kita pulang ya!"
Angkasa menuntun Bulan masuk kemobil dan Angkasa memutar mobilnya untuk kembali kerumah.
Tidak ada pertanyaan apa-apa dari Angkasa. Dia akan menyimpan pertanyaan itu nanti jika Bulan sudah lebih tenang.
Setelah sampai rumah, Angkasa membawa Bulan masuk kamar. Ia meraih handuk di dinding lalu mengusap-usapkan handuk itu dirambut istrinya. Setelah sudah tidak ada lagi yang menetes. Angkasa memegang kedua pundak Bulan dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
"Apa kamu sudah lebih tenang?" tanya Angkasa. "jika sudah, lebih baik kamu ganti bajumu sekarang. Aku tidak mau kamu sampai sakit, nanti."
Wajah Bulan pasi, bibirnya sangat pucat. Tapi yang tidak bisa dimengerti oleh Angkasa, air mata Bulan terus saja meleleh. Entah apa yang ia lewati hari ini hingga tampak sangat hancur.
Angkasa menunggu jawaban dari bibir Bulan namun cukup lama saling bertukar gambar sepertinya Bulan belum mau bercerita apa pun padanya.
"Oke, baiklah. Lupakan dulu masalahmu dan mandi lah. Setelah itu aku akan siap mendengarkan ceritamu!"
Bulan mengangguk kecil. Ia segera masuk kekamar mandi lalu duduk di atas closed dan menangis sejadi-jadinya. Namun untuk menghindari pertanyaan Angkasa, Bulan menahan agar mulutnya tidak mengeluarkan suara apa pun.
Ia sangat sakit, dan terpukul. Dulu, Ia pernah memimpikan akan menikah dengan Awan dan hidup bahagia. Tapi semua telah rusak dalam sekejap saja. Maya sudah seperti saudara baginya, namun ternyata Maya tak sebaik bayangannya.
Awan pun sama, rupanya mereka bersembunyi di balik kelemahannya yang terlalu mempercayai mereka.
"Seharusnya aku sudah tahu dari awal, jadi aku tidak akan melihat hal itu hari ini."
Bulan menyesalkan pemandangan hina itu dilihatnya, Ia tidak tahu harus apa. Perasaannya benar-benar sangat hancur.
"Sekar? kenapa lama sekali!" teriak Angkasa dari luar. Pasti Angkasa mengkhawatirkan dirinya. "Apa kau baik-baik saja?"
Bulan berusaha menenangkan diri, meski isakan nya masih saja terdengar. Ia tidak boleh cengeng hanya karena putus dalam hal percintaannya.
"Aku tidak boleh seperti ini, Fatan sangat membutuhkan aku."
Bulan bangkit dan melepas kan semua pakaiannya teronggok dilantai lalu mengguyur tubuhnya cepat-cepat. Menyabuni asal. Cukup lima menit saja, Bulan sudah selesai dan keluar.
Angkasa yang melihat Bulan langsung melemparkan senyuman. Ia mengamati seluruh tubuh Bulan dengan ja'im.
Bulan yang tadinya sedih jadi salah tingkah. Ia paling tidak suka saat Angkasa mulai menatapnya begitu. Bola mata Angkasa berbinar. Wajah tampannya terlihat bercahaya. Senyumnya juga sangat manis menaikan magnet aneh di degupan jantung nya. Selalu saja datang tiba-tiba meski tidak diminta olehnya.
Kaki pria bertubuh tinggi dan tegas dihadapanya melangkah mendekat. Tatapan semakin menghujam, tidak bukan menghujam tapi semakin memikat. Ahk, entahlah. apa itu namanya. Yang pasti Bulan merasa sangat aneh dengan tatapan Angkasa kali ini. Sangat berbeda dari sebelumnya. Ia jadi tampak mempesona dan semakin gagah. degup jantung yang sudah kacau kini mempora-porandakan tubuhnya. Hingga terasa panas dingin tak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰 ❸﷽ ⃞⃝⃟⍣⃝🌺꧂
jangan terlalu mudah percaya kepada orang yang kita sayang, kebanyakan mereka terlihat baik, itu hanya untuk menutupi keburukannya. agar kita tidak mengetahui nya. 🤧🤧🤧
2022-07-02
2
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
koit bntr tar bgn lg🙊
2022-05-29
4
Indah Agung
neks
2022-05-26
3