Part_07 Kehilangan

Keesokan harinya, sekitar pukul 06 pagi Bulan sudah ada dirumah sakit dimana Fatan dirawat. Bocah sepuluh tahun itu baru saja sadar dari operasi besar.

"Fatan, apa kau sudah lebih baikan sekarang?" Bulan memeluk tubuh yang terlihat kurus dan ringkih diatas ranjang Pasien.

Fatan tersenyum. "Makasih ya Kak, sudah berkorban untuk Fatan. Tapi dari mana Kakak dapat uang sebanyak itu. Tolong jangan menjual harga diri ya, kak?"

Bulan terenyuh, anak seusia itu mampu membuatnya tersadar hingga air matanya meleleh. Meski masih kecil namun Fatan lebih sering bijak ketimbang dirinya. Kasih sayang yang tercurah di dalam diri keduanya mengikat hubungan mereka semakin kuat.

"Tidak, Sayang. Kakak akan melakukan apa pun untuk kesembuhan kamu. Jangan tinggalin Kakak karena didunia ini yang Kakak punya cuma kamu." Bulan menyelimuti tubuh Fatan, udara pagi masih sangat dingin apa lagi kondisinya belum sepenuhnya pulih.

"Dek, Kakak tidak bisa lama-lama. Gak papa kan Kakak tinggal sendiri kalau ada apa-apa pencet tombol merah diatas kepala Fatan ya!"

Fatan mendongak. "Ruangan ini bagus kak, tidak seperti kemaren. Pasti biayanya mahal ya?"

Bulan menggeleng bohong. "Ah, murah kok. Cuma Sepuluh lembar saja."

"Sepuluh lembar merah, biru atau kuning kak?" tanyanya polos.

"Uang merah, tapi gajih Kakak kan 20 lembar jadi masih ada sisa buat makan dan nabung," jawabnya dengan sabar memberi pengertian supaya Fatan tidak kepikiran. Ia sudah sangat senang bisa melihat lagi senyum lugu dibibir Fatan yang menghilang sepuluh terakhir ini.

"Baik, Kak. Jangan pikirkan Fatan, bekerja saja yang fokus supaya Bos Kakak tidak marah dan pecat Kakak nanti," Jawab Fatan, penuh dukungan untuk kakak perempuannya.

"Makasih, dek." Bulan mengecup kening Sang adik dan berlalu keluar. Sebenarnya hatinya masih berat untuk meninggalkan Fatan tapi mau bagaimana lagi.Toh, yang dia lakukan juga buat kesembuhan adiknya.

...🌞🌞🌞🌞...

Pak Dewok dan Bu Arumi yang masih bercengkrama di meja tengah kembali di kagetkan oleh teriakan Angkasa sampai menggema memecahkan seluruh seisi rumah. "Ayah! Ibu! Sekar kemana? cepat cari dia!" Angkasa terus memekik nyaring didalam kamarnya. Ia menangis sebab seingatnya sang istri semalaman berada dalam pelukannya.

Mendengar keluhan Angkasa Bu Arumi merasa lelah dan meletakkan koffe yang tidak jadi diseruput nya. "Ada apa lagi itu, Yah?"

"Gak tau, Bu. Ayo kita periksa."

Keduanya melangkahkan kaki cepat-cepat sebelum Angkasa melakukan hal yang berbahaya.

"Angkasa, ada apa nak? ini masih pagi lo, kok teriak-teriak begitu?" tanya Bu Arumi. Selalu saja tidak tenang dengan putranya yang satu itu.

"Sekar, Ayah, Ibu. Dia hilang kemana? semalam aku memeluknya? aku yakin kok kalau aku sedang tidak bermimpi. Bahkan aku memeluknya sampai tidak bisa berkutik," jawabnya, terlihat syok.

Pak Dewok dan Bu Arumi saling pandang. Mereka juga sama-sama tidak tahu sebab Sekar pergi tanpa pamit lebih dulu.

"Jangan-jangan gadis itu ketakutan terus kabur, Yah," bisik Ibu Arumi menebak-nebak.

Pak Dewok mematung, Ia mulai berpikiran sama. "Bisa jadi, Bu. Tapi kan adiknya masih dirumah sakit," jawab Pak Dewok lirih.

Angkasa sudah menggelosor berguling-guling dilantai. "Ayah, cepat cari dia. Angkasa gak mau kehilangan dia, Ayah."

Pak Dewok memegangi dada, takut tidak kuat melihat kepribadian menggelikan yang di perlihatkan anak lelakinya itu. Usia 24 tahun yang seharusnya lebih bijaksana dan dewasa dalam menyikapi sesuatu namun kedua orang tua itu tengah diuji oleh gaya kekanak-kanakan Angkasa. Bu Arumi tidak tega dan mendekap sang Anak.

Cup! cup! cup!

"Sudah jangan nangis, sayang. Mungkin Sekar ada urusan sebentar. Dia kasihan mau bangunin kamu," rayu sang Ibu. Ia meraih gelas berisi air putih yang masih tertutup rapat diatas meja agar Angkasa minum dan sedikit tenang.

"Ayo minum, tunggu satu jam lagi. Sekar pasti pulang. Mau Ibu buatin pempek palembang kesukaanmu?" bujuk Bu Arumi lagi.

"Pempek?" Angkasa sedikit penasaran. "Pakai ikan tenggiri ya, jangan lama-lama. Aku mau makan sama istriku nanti," jawabnya memelan. Kadang mudah luluh kadang juga mudah mengamuk tanpa sebab.

"Iya, ya udah. Angkasa mandi dulu sana. Malu dong sama Sekar kalau masih bauk keringet gitu!" Pak Dewok menimpali.

Angkasa cekikikan. "Hehehe... iya Ayah." Setelah Angkasa beranjak kekamar mandi. Pak Dewok dan Ibu Arumi berpindah kedapur.

Sambil menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan Bu Arumi terus mengomel tanpa henti. "Ayah itu terlalu percaya sama Bulan. Lihat, belum apa-apa dia sudah menyerah duluan!"

"Ayahkan cuma usaha, Bu."

"Iya, tapi lihat orangnya dulu. Uang 130 JT itu bukan sedikit, Yah?"

Pak Dewok terdiam, Ia memang melakukan kesalahan. Bulan pasti ilfil dengan sikap Angkasa kepadanya. Apa lagi, jika Angkasa menuntut sesuatu darinya. Sudah dipastikan Bulan tidak akan terima.

"Om, Tante!" panggil seseorang dari pintu tengah.

Pak Dewok dan Bu Arumi membulatkan mata mereka. "Maaf, tadi saya menemui Fatan karena dia sudah siuman dari sakitnya."

Keduanya menghela nafas panjang. Padahal mereka sudah berprasangka buruk dan Menganggap Bulan tidak menepati janji.

"Tante, mau bikin apa?" tanya Bulan. Mengamati adonan yang dibuat Bu Arumi.

"Ha...?" masih ternganga. "Buat pempek kesukaan Angkasa," jawab Bu Arumi parau.

"Syukurlah kamu pulang, nak? cepat kau lihat Angkasa di kamar, tadi dia hampir mengamuk lagi!" titah Pak Dewok setelah selesai mengupas beberapa siung bawang putih.

Keluarga Pak Dewok sengaja tidak mempekerjakan ART sebab khawatir jika kelakuan Angkasa sampai menyebar ke telinga orang lain.

"Baik, Om." Bulan hendak pergi.

"Tunggu, jangan panggil kami Om dan Tante. Sebut saja Ayah dan Ibu takut nanti Angkasa tiba-tiba mendengar dan curiga pada kita." Pak Dewo mengingatkan.

Bulan hanya mengangguk dan segera kekamar. Ia melihat Angkasa sedang bercermin. Pemuda itu nampak gagah dan sangat tampan membuat Bulan terperangah. Sayang, penampilannya berbanding terbaik dengan sikapnya.

Angkasa yang melihat pantulan tubuh Bulan di dalam kaca langsung tersenyum. Ia meletakan sisir dan menghampiri sang istri.

Bulan masih belum mampu mengkondisikan diri. Ia langsung gemeteran ketika tangan Angkasa meraih lengannya.

"Selamat pagi, sayang? kamu dari mana tadi?" Angkasa mengecup nya dengan lembut. Perlakuan yang benar-benar mampu membuat wanita beruntung. Tapi tidak bagi Bulan.

Ia sedikit menarik sudut bibirnya sekilas tersenyum. Rasa gugupnya lebih besar dari rasa ibanya. Seandainya Fatan tidak sakit, Ia tidak akan sudi pura-pura menjadi istri Angkasa.

"Selamat ulang tahun, Sayang!" ucap Angkasa sembari mengerlingkan sebelah matanya pada Bulan.

Bulan menatap kecut. Ia benci sikap manis itu.

"Kamu lupa ya kalau ini hari jadian kita?" Angkasa bingung, Ia heran karena Bulan seperti tidak senang.

"E... I_ iya," jawabnya asal.

"Hm? sayang sekali. Tapi gak papa. Aku akan terus mengingatkan mu tentang hari ini setiap satu minggu sekali."

Terpopuler

Comments

🦋⃟💎⃞⃟𝘼𝙇𝚏𝚒𝐞𝐞𝐫𝐚.༄㉿ᶻ⋆ ❤

🦋⃟💎⃞⃟𝘼𝙇𝚏𝚒𝐞𝐞𝐫𝐚.༄㉿ᶻ⋆ ❤

hemmm.....

2022-06-05

2

🌸 andariya❤️💚

🌸 andariya❤️💚

Alhamdulillah, datang Uda sadar 😊😊😊

2022-05-19

4

🌸 andariya❤️💚

🌸 andariya❤️💚

Arjuna .ini suka ngamuk²
bikin 😇😇😇😇

2022-05-19

3

lihat semua
Episodes
1 Part 01 Gadis mirip Sekar
2 Part 02 Tawaran
3 Part 03 Tidak Ada Pilihan
4 Part 04 Menyetujui
5 Part 05 Kebahagian Angkasa
6 Part 06 Sport Jantung
7 Part_07 Kehilangan
8 Part 08 Serba Salah
9 Part 09 Merayakan Hari Jadi
10 Part 10 Biang Kerok
11 Part 11 Bertemu Pacar
12 Part 12 Memastikan
13 Part 13 Alasan
14 Part 14 Hampir
15 Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16 Part 16 Kemo Pertama
17 Part 17 Pengetahuan Baru
18 Part 18 Sakit Hati
19 Part 19 Cemas
20 Part 20 Usaha Angkasa
21 Part 21 Cemberut
22 Part 22 Cerita
23 Part 23 Tak Sadar
24 Part 24 Bertemu Bu Widya
25 Part 25 Pikiran Konyol
26 Part 26 Ucapan Indah
27 Part 27 Masa Lalu
28 Part 28 Alergi
29 Part 29 Angkasa Bikin Keder
30 Part 30 Beradu
31 Part 31 Anfal
32 Part 32 Pilihan
33 Part 33 Menenangkan
34 Part 34 Sabar Lagi
35 Part 35 Di bawa Pergi
36 Part 36 Menyiapkan Pesta
37 Part 37 Pengertian Angkasa
38 Part 38 Heart
39 Part 39 Nambah Kerjaan
40 Part 40 Bersiap
41 Part 41 Rule(Aturan)
42 Part 42 Duet
43 Part 43 Pengakuan
44 Part 44 Runyam
45 Part 45 Menggemaskan
46 Part 46 Kecelakaan
47 Part 47 Kabur
48 Part 48 Perhatian
49 Part_ 49 Harapan
50 Part 50 Menarik
51 Part 51 Cemburu
52 Part 52 Makan Malam
53 Part 53 Menegangkan
54 Part 54 Balasan
55 Part 55 Malam Istimewa
56 Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57 Part 57 Dihasut
58 Part 58 Bingung
59 Part 59 Sakit Kepala
60 Part 60 Menyadarkan
61 Part 61 Ronde Berlanjut
62 Part 62 Mulai Curiga
63 Part 63 Mencari Tahu
64 Part 64 Ketulusan Cinta
65 Part 65 Harinya Pelangi
66 Part 66 Salah Paham
67 Part 67 Dipertemukan
68 Part 68 Membuktikan
69 Part 69 Belum Menerima
70 Part 70 Tidak Sesuai
71 Part 71 Bersiap
72 Part 72 Mengharu Biru
73 Part 73 Berubah
74 Part 74 Marah
75 Part 75 Nasib
76 Part 76 Maaf
77 Part 77 Hasilnya
78 Part 78 Membandingkan
79 Part 79 Mengaku
80 Part 80 Terungkap
81 Part 81 Aneh
82 Part 82 Bayangan
83 Part 83 Rezeki Tak Kemana
84 Part 84 Berubah
85 Part 85 Benarkah?
86 Part 86 Di Peralat
87 Part 87 Memberi Tahu
88 Part 88 Pernikahan
89 Part 89 Fakta Baru
90 Part 90 Akhir
91 Part 91 Bonus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Part 01 Gadis mirip Sekar
2
Part 02 Tawaran
3
Part 03 Tidak Ada Pilihan
4
Part 04 Menyetujui
5
Part 05 Kebahagian Angkasa
6
Part 06 Sport Jantung
7
Part_07 Kehilangan
8
Part 08 Serba Salah
9
Part 09 Merayakan Hari Jadi
10
Part 10 Biang Kerok
11
Part 11 Bertemu Pacar
12
Part 12 Memastikan
13
Part 13 Alasan
14
Part 14 Hampir
15
Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16
Part 16 Kemo Pertama
17
Part 17 Pengetahuan Baru
18
Part 18 Sakit Hati
19
Part 19 Cemas
20
Part 20 Usaha Angkasa
21
Part 21 Cemberut
22
Part 22 Cerita
23
Part 23 Tak Sadar
24
Part 24 Bertemu Bu Widya
25
Part 25 Pikiran Konyol
26
Part 26 Ucapan Indah
27
Part 27 Masa Lalu
28
Part 28 Alergi
29
Part 29 Angkasa Bikin Keder
30
Part 30 Beradu
31
Part 31 Anfal
32
Part 32 Pilihan
33
Part 33 Menenangkan
34
Part 34 Sabar Lagi
35
Part 35 Di bawa Pergi
36
Part 36 Menyiapkan Pesta
37
Part 37 Pengertian Angkasa
38
Part 38 Heart
39
Part 39 Nambah Kerjaan
40
Part 40 Bersiap
41
Part 41 Rule(Aturan)
42
Part 42 Duet
43
Part 43 Pengakuan
44
Part 44 Runyam
45
Part 45 Menggemaskan
46
Part 46 Kecelakaan
47
Part 47 Kabur
48
Part 48 Perhatian
49
Part_ 49 Harapan
50
Part 50 Menarik
51
Part 51 Cemburu
52
Part 52 Makan Malam
53
Part 53 Menegangkan
54
Part 54 Balasan
55
Part 55 Malam Istimewa
56
Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57
Part 57 Dihasut
58
Part 58 Bingung
59
Part 59 Sakit Kepala
60
Part 60 Menyadarkan
61
Part 61 Ronde Berlanjut
62
Part 62 Mulai Curiga
63
Part 63 Mencari Tahu
64
Part 64 Ketulusan Cinta
65
Part 65 Harinya Pelangi
66
Part 66 Salah Paham
67
Part 67 Dipertemukan
68
Part 68 Membuktikan
69
Part 69 Belum Menerima
70
Part 70 Tidak Sesuai
71
Part 71 Bersiap
72
Part 72 Mengharu Biru
73
Part 73 Berubah
74
Part 74 Marah
75
Part 75 Nasib
76
Part 76 Maaf
77
Part 77 Hasilnya
78
Part 78 Membandingkan
79
Part 79 Mengaku
80
Part 80 Terungkap
81
Part 81 Aneh
82
Part 82 Bayangan
83
Part 83 Rezeki Tak Kemana
84
Part 84 Berubah
85
Part 85 Benarkah?
86
Part 86 Di Peralat
87
Part 87 Memberi Tahu
88
Part 88 Pernikahan
89
Part 89 Fakta Baru
90
Part 90 Akhir
91
Part 91 Bonus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!