Asyik menikmati berbagai gerakan dansa, Angkasa mengangkat satu tangan Bulan agar berputar mengikuti yang lainnya. Bulan terkesima sejenak lalu ambil contoh dari para perempuan itu.
Tubuhnya sangat kaku, tidak lentur seperti biasanya Sekar perlihatkan didepan Angkasa.
"Sayang, kakimu sakit ya?" Lirihnya pelan ketelinga Bulan.
Bulan yang tidak terpikir sama sekali mendapat angin segar agar Angkasa mengajaknya berhenti. "Aduh, iya Sweety. Aku tidak bisa leluasa bergerak." Bulan menunduk memegangi kakinya.
Tiga orang pemuda baru saja memasuki kafe. "Disana saja, Di!" tunjuk Putra disebelah bangku Angkasa dan Bulan.
"Iya, tu. Untung masih kebagian," jawab Adi.
Dino melihat kearah lantai dansa dan melihat sahabatnya Angkasa memeluk seorang perempuan mirip Sekar. Timbulan rasa penasaran dari dalam diri Dino tentang perempuan itu.
"Di, Put...!" menyenggol lengan keduanya yang fokus mengamati pengunjung.
"Apa sih Din?" kesal Putra.
"Lihat itu!" tunjukkan kearah yang menjadi fokus utama. "Kau lihat wanita yang disamping Angkasa?"
Putra dan Adi membelalakan mata. "I_ itu Sekar?"
"Iya, tapi kan Sekar sudah meninggal, apa mungkin dia hidup lagi atau jangan-jangan_ , itu penampakan," asal Adi. begidikan dua bahunya.
plak!
Dino memukul pundak kedua temannya. "Mana ada penampakan muncul disiang bolong."
"Iya sih, buktinya Angkasa memeluk wanita itu," tilas Adi, mempertajam bola matanya saat Angkasa dan Bulan sudah mendekat.
"Dari pada ragu, ayo kita tanya?" Putra mendahului menghampiri keduanya diikuti Adi dan Dino.
"Hai Sobat!" menepuk bahu Angkasa.
"Putra, adi, Dino kalian disini juga?" Angkasa menyambut tangan mereka dengan suka cita sebab tiga pria itu sudah menjadi sahabatnya sekitar 7 tahunan.
"Iya dong, sayang melewatkan makan siang diskonan di resto mewah," canda Dino.
"O ya, dia siapa?" Adi bertanya langsung sambil menggoyang-goyang kan alisnya yang sedikit tebal.
Angkasa mengerutkan dahi. "Hey, ada apa denganmu? kau lupa kalau dia ini istriku sekarang?"
Ketiganya saling melempar pandang. Bagaimana mungkin itu terjadi bahkan mereka melihat secara langsung proses pemakaman Sekar kala itu.
"Kau becanda, Angkasa?" delik Putra.
"Apa maksud kalian?" Angkasa agak kurang suka akan penuturan mereka.
Bulan mulai khawatir, Ia tidak berani mengangkat kepala nya pada ketiga teman Angkasa.
"Kamu yakin dia Sekar?" Putra mengulangi pertanyaan yang intinya sama-sama memastikan.
Angkasa menyeringai. "Apa maksudnya, ha?"
ketiganya menggeleng bersamaan. "Angkasa, kami tahu kau belum move on tapi masak kau lupa jika Sekar sudah meninggal Sebulan lalu. Kami turut hadir waktu itu," ucap Dino.
Brak!
Angkasa paling benci ada yang bilang Sekar meninggal. Ia langsung berdiri dan menggebrak meja. "Tutup mulut kalian! istriku masih hidup."
Ketiganya menodong Sekar dengan tatapan menyeluruh, tubuh Bulan sedikit berisi jika dibandingkan dengan Sekar yang cantik, seksi dan glamour dalam berpenampilan.
Putra dengan sikap lancangnya mengangkat dagu Bulan untuk mengintimidasi kenyataan agar Angkasa tidak gelap mata.
Bug!
Angkasa geram, Ia tidak rela Putra memperlakukan sang istri dengan tidak sopan hingga pukulan keras mendarat dirahangnya.
Putra membulatkan bola matanya, Ia tidak percaya Angkasa memukulnya demi wanita yang mereka bertiga sendiri meragu.
"Jangan sentuh istriku, atau aku akan mematahkan tulang belulang kalian!" amuk Angkasa, semua tamu disana mendadak ricuh.
"Ada apa tu? jangan-jangan itu pacar ceweknya yang ketahuan selingkuh?" tebak orang-orang diantara mereka.
Angkasa makin panas tapi menahan diri sebelum akhirnya Dino kembali memancing emosinya.
"Angkasa, kamu sadar dong. Sekar itu sudah mati. Lalu dimana kau menemukan gadis ini? Jangan hanya karena cinta buta kau bahkan tidak bisa mengenali istrimu sendiri."
"Brengsek! tau apa kamu soal istriku?" Angkasa menyerang Dino sampai Ia terbelalak kelantai.
"Cih, jika tahu aku memiliki sahabat seperti kalian, sudah dari dulu aku menjauh," geram Angkasa.
"Maaf, Angkasa. Kami tidak tahu soal masalah yang kau hadapi, tapi kami hanya ingin kau jangan salah langkah." Adi menengahi.
"Aku yang tahu soal hidupku, bukan kalian!" Baru kali ini ketiganya mendapat perlakuan kasar dari Angkasa.
Putra tidak tinggal diam dan ingin Bulan mengaku. "Hey, wanita ***_*** mengaku saja siapa kamu? jangan memanfaatkan kelemahan Angkasa karena kami sangat care denganya?"
Bulan bungkam, Ia tidak bisa membela, karena dia memang bukanlah Sekar.
"Lihat Angkasa, Sekar tidak akan diam jika memang dia adalah Sekar saat kami menanyainya!" Jengah Dino.
"Sial! dia pasti ketakutan karena kalian!" pekik Angkasa.
Putra pun bangkit dan mendorong Bulan dari atas kursi karena tidak terima jika gadis itu mengambil keuntungan dari keterpurukan Angkasa.
"Aw...!" Bulan merintih, bok_ongnya cukup keras mendarat di bawah disertai isakan samar dari mulutnya.
Angkasa yang melihat aksi Putra langsung menghakiminya, dia berjalan menghampiri pemuda itu, mencekram kerah bajunya ke arah tempat yang cukup luas lalu memukul Putra secara bruntal.
Bug! Big? Bug!
"Bangs_at, kau benar-benar tidak tahu diri, aku tidak akan mengampunimu, Putra. Aku yang suaminya saja tidak pernah memperlakukannya dengan kasar kau yang bukan siapa-siapa malah seenaknya." Angkasa terus mengamuk berbarengan dengan tanganya yang mengepal menghantam dan menghabisi wajah Putra.
"Jangan, Angkasa. Kau bisa membunuh dia!" Adi dan Dino berusaha melerai.
"Lepaskan, biar saja dia mati agar tidak melecehkan istriku." Angkasa mendorong kedua nya dan menghajar Putra membabi buta.
"Hentikan, Sweety!" Bulan tidak sanggup melihat itu lekas Ia menahan lengan Angkasa hingga satu pukulan terlempar kewajahnya. Angkasa Syok, wajah Bulan sampai memerah karenanya.
"Sayang, kenapa kamu membela dia sih? Putra sudah menyakitimu." Angkasa merasa kecewa, karena Bulan mengorbankan wajahnya meski tidak disengajai.
"Aduh, Mas. Ada apa ini?" tanya sang manager Resto. Takut merusak suasana Resto.
Angkasa tidak merusak barang apa pun tapi Ia yang sadar sudah membuat kekacauan mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya ketangan Manager itu.
"Maaf, ini sebagai ganti rugi karena masalah saya!" Angkasa pergi tanpa membawa Bulan, gadis itu segera mengejar karena tahu Angkasa marah.
"Sweety tunggu!" Bulan berusaha membujuk tapi Angkasa terus berjalan, sampai Ia kewalahan dan melepas High heelnya.
"Sweety, maaf. Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu. Aku janji tidak akan melakukan lagi!" teriaknya tapi tidak didengarkan lebih tepatnya masa bodoh.
"Aw... kakiku sakit!" Bulan mengeluh kakinya memang memerah akibat gesekan dengan sendal tadi.
Angkasa langsung menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Bulan yang duduk meringis. Terpaksa Ia kembali lagi dan ikut duduk didepan Bulan. Ia kasihan mengetahui jika kaki Bulan membengkak lumayan parah.
"Maaf, Sayang. Sakit ya?"
Bulan mengangguk. "Sedikit," jawabnya.
Angkasa pun mengamati wajah Bulan yang juga membekas akibat pukulan tidak sengaja darinya. Ia pun menyentuh dan mengusapnya.
Bulan mengkerut. "Aw, sakit!"
"Menyebalkan, harusnya kau biar saja aku memukulnya." Angkasa pun membopong tubuh Bulan kedalam mobil dan membawanya kesebuah taman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Rika Jhon
oh putra gw kirain putri pas di pgil put tdi🤣
2022-06-14
0
🦋⃟💎⃞⃟𝘼𝙇𝚏𝚒𝐞𝐞𝐫𝐚.༄㉿ᶻ⋆ ❤
vote aku beri lg....dr mt dan nt....pakcikkk jgn lemahh...
2022-06-06
2
🦋⃟💎⃞⃟𝘼𝙇𝚏𝚒𝐞𝐞𝐫𝐚.༄㉿ᶻ⋆ ❤
semangat ya thorr jgn lemah.....😊😊
2022-06-05
2