...🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️...
...Hai-hai bertemu lagi di novel barunya Author yang kecenya gak ketulungan. Semoga kalian yang baca terhibur dan suka dengan jalan ceritanya ya....
Jangan lupa seperti biasa Author, yang ya ampun kacau abis ini Menanti Like, komen, Vote, Gift and rate bintang lima dari sahabat reader.
Hehehe... maaf jika banyak typo bagaikan bintang-bintang di Angkasa menemani Bulan berpijar🙏🙏🙏🙏
Peringatan: ada drama ngakak nya di bawah...
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Angkasa dan Bulan mengangguk bersamaan lalu menyalami punggung tangan wanita yang menyapa mereka.
"Ayah, kemana, Bu?" Angkasa menoleh ke beberapa titik yang terjangkau pandangan matanya.
"Pergi, ada temennya yang sakit katanya," jawab Bu Arumi santai. "O ya, Sekar anak perempuan jangan mandi malam-malam, cepat mandi sekarang," ujarnya mengalihkan topik pembicaraan. Apa lagi kalau bukan menghindari pertanyaan Angkasa yang selalu saja bikin pusing kepala.
Bulan mengembangkan senyum, Ia yakin kalau Pak Dewok pasti menengok adik lelakinya. "Baik, Bu. Bulan masuk dulu."
Bulan berlalu dari hadapan mereka dan Angkasa langsung berlari merangkul pundaknya. "Kita mandi sama-sama," teriaknya sampai ketelinga Bu Arumi.
"Ck, apa yang akan terjadi dengan dua anak itu. Aku tidak yakin gadis tersebut akan aman dari rayuan Angkasa," dumel Bu Arumi melanjutkan mengunyah kacang asin dari dalam keller berukuran sedang.
"Ya ampun, mertua kok jahat begitu sama menantu, amit-amit deh untung saya baik." Bu Arumi mengusap dadanya, langsung berkomentar dengan emosi melihat drama televisi "Ku Menangis" yang terkenal dengan kualitas drama keluarganya di salah satu stasiun televisi lokal.
"Sayang...." Angkasa selalu saja terobsesi memeluk Bulan tanpa A, I, U leboh dulu. "Mandi bareng ya?"
"Ha?" Bulan baru paham. "Mandi sendiri saja," jawabnya ketus dan sedikit berdegup. Menyambar handuk di atas gantungan dan hendak masuk tapi Angkasa menahan pintu kamar mandi lalu menggenggam tangannya.
"Kapan kita lakukan semuanya bersama? aku tidak sabar, Sayang?"
Bulan menghela nafas dan kesal. "Kau itu sudah dewasa, Sweety. Aku tidak terbiasa mandi bersama pria."
Wajah Angkasa yang awalnya ceria berubah padam. "Tapi kan kita sudah menikah dan halal kan? Emang tidak boleh kita mandi bersama? Apakah itu haram?"
Bulan mendongak menatap Angkasa tak mampu menjawab sepatah katapun sampai hampir menangis. Itu haram, Angkasa. Kamu tidak mengerti.
Angkasa mengeratkan giginya dan menggoyang tubuh Bulan. "Kenapa diam? ayo katakan! dimana letak salahnya?"
Bulan menunduk takut. Mata Angkasa menajam. "Maaf, sweety, aku belum sembuh dari tamu bulananku itu sebabnya aku malu," jawabnya pelan, berbohong akan menjadi kebiasaan.
Angkasa menggeleng kan kepala. "Oh ya, cuma itu?'
Bulan mengulum bibir, tidak punya alasan untuk menjawab selain diam. Angkasa mematahkan segala apa pun pernyataannya. Hingga tak disadari, Angkasa menarik Bulan di bawah guyuran air Shower yang diputar Angkasa sampai membasahi tubuh mereka.
Membingkai wajah Bulan dengan tatapan lekat, selang beberapa waktu Angkasa menempel kan kening keduanya sampai hidung mancung milik Angkasa menempel pada milik Bulan yang berbentuk bangir, kecil dan terlihat manis dipandang.
"Kenapa kamu jadi seperti ini? dulu kamu manja dan menggemaskan? tapi sekarang kamu sangat ketakutan dan selalu menghindari ku. Apa masalahmu?"
Karena aku bukan Sekar, Angkasa. Aku bukan istrimu
"Sayang, apa pun keadaanmu, kekurangan mu maupun kepemilikanmu sekarang adalah milikku. Aku akan menerima segala kekurangan mu apa pun itu, kau tidak akan berdosa untuk itu," ujar Angkasa, Bulan sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana jika Angkasa benar-benar melakukan hal mengerikan itu.
Bulan gemetaran, bibir sedikit tebal milik Angkasa menempel tepat di mulutnya. Ia tidak boleh pasrah begitu saja akan tindakan suami pura-pura nya itu, Bulan langsung berbalik untuk menghindari sentuhan berbahaya Angkasa. "Ma-maaf, aku malu. Tolong kasih aku waktu sampai ini berakhir."
"Tidak," tandas Angkasa.
"Aku tidak mau menunggu lagi," bisiknya, hembusan nafas sisa rasa es-cream menyambangi indra penciuman Bulan.
Angkasa memutar tubuh Bulan menghadapnya, tidak peduli wajah Bulan memerah ketakutan. Gadis itu menggigit bibir, pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Angkasa tersenyum, Ia akan menaklukan Bulan dengan cara lain jika miliknya belum bisa menyentuh langsung.
Astaga, bagaimana ini? aku tidak tahu harus apa sekarang. Pak Dewok, Bu Arumi tolong Bulan.
Bulan memejamkan matanya erat-erat, ketika tangan Angkasa hampir mendekati menggapai wajahnya.
"Aw...!" Bulan berteriak keras karena kaget saat tangan Angkasa rupanya sudah berhasil menyentuhnya. "To_ tolong hentikan, na_ nanti saja kalau aku sudah sembuh," ucapnya penuh permohonan akibat ketakutan berpikir Angkasa akan melakukan hal yang tidak diinginkannya.
Angkasa menggeret bangku kecil di dekat dinding dengan kakinya. "Ayo duduk, aku akan membasuh rambutmu."
Bulan mendongakkan kepalanya. "Membasuh?"
"Kamu pikir apa? lihat, rambutmu sangat kotor, pasti itu karena kamu jarang keramas." Angkasa menuangkan sampo ketangan nya lalu dengan sigap mengucek-nguceknya ke kepala Bulan.
"Sweety hentikan! kau akan membunuhku jika kau keras-keras begitu!" teriak Bulan kesal saking jengkelnya dengan kejahilan Angkasa. Bu Arumi yang melintasi pintu kamar Angkasa tersentak dan menguping. Tembok itu tembus suara, dan Bu Arumi langsung terhenyat mendengarnya.
"Ya ampun, Angkasa. Apa sudah sekeras itu batang bertopimu itu," geram Bu Arumi.
"Ibu, ngapain nguping?" tanya Pak Dewok, penasaran.
"As, AstaufiruLlah Ayah, ngagetin saja." Bu Arumi kembali mengusap dada. Akhir-akhir ini Ia sering sekali kaget meski sebenarnya tidak sedang memikirkan sesuatu. "Dengerin tu, Yah. Mereka sedang bergumuuul. Tanggung dosanya sama, Ayah!" oceh Bu Arumi, Ia pun melenggang pergi tidak mau tahu apa lagi kecipratan dosanya.
Pak Dewok ganti menguping, tapi Ia tidak mendengar apa pun disana. Pak Dewok memukul keningnya. "Ibu itu sudah pikun, orang di dalam hening begitu. kalau lagi kerja pasti ranjangnya rame."
"Ih, Ayah. Kasur kita kan bed kafer sekarang bukan lagi bed kapuk semasa AYah muda dulu," sahut Bu Arumi tidak terima. Rupanya pendengarannya masih sangatlah tajam meski jarak mereka cukup jauh.
Pak Dewok senyum sendiri, Ia malu mengingat malam pertama dengan Istrinya. Ranjang reyot kratak-kretek berbunyi riuh ketika Ia menggoyang pinggui_ilnya berdaya lemah takut jika ada anggota keluarga lain yang mendengar.
"Jadi kangen, Bu. Ayo kita lakukan lagi," ujarnya bergurau menjauhi kamar Angkasa dan duduk di meja makan dimana Bu Arumi menyajikan makan malam.
Bu Arumi menjebikkan bibir. "Sudah tua bangkotan masih saja kotor, pikirkan nasib gadis itu. Bagaimana kalau dia hamil karena anak kesayanganmu?" sasarnya.
Pak Dewok terhenyat lalu menyeruput air putih didepannya. Memikirkan cara agar Angkasa menahan diri sampai Ia pulih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Rika Jhon
aduh thor sakit mulutku ketawa mulu😀
2022-06-14
1
Rika Jhon
bed kafer VS bed kapuk😂😂
2022-06-14
1
Rika Jhon
ahahaha sumpah ngakak bgt gw..batang bertopi😀😀🤣🤣 bukan jamur payung ya bu 😂😂😂
2022-06-14
0