Angkasa ingin membahagiakan wanita yang dicintainya, Ia berpikir untuk membawa Bulan jalan-jalan berdua. "Oya, karena hari ini adalah hari spesial bagaimana kalau kita jalan-jalan?"
"ha? jalan-jalan?" raga Bulan seolah belum sepenuhnya menyatu. Mungkin karena situasi itu tidak lah nyaman sama sekali.
Angkasa tergelak. "Kenapa wajahmu begitu? bukankah kamu paling hobi jika jalan berdua denganku?"
Bulan menunduk sejenak lalu menatap wajah Angkasa. "Maafkan aku sudah gagal menjadi istri."
Angkasa menyeringai aneh. "Apa maksudmu, Sayang?"
"Tidak papa, kalau begitu biar aku ganti baju dulu." Bulan melangkah kearah tas butut miliknya yang berada diatas meja untuk mencari baju yang pas guna merayakan hari penting tersebut.
Tentu Angkasa agak heran. Ia tahu persis dimana Lemari pakaian Sekar berada dan semua baju miliknya menyatu bersebelahan dengan pakaiannya.
"Sayang...!"
"Hem?" Bulan menoleh sebentar namun tetap sibuk karena tidak ada satupun barang yang cocok dengannya. Ia memang tidak punya pakaian bagus karena Bulan tidak pernah memikirkan soal penampilan.
"Kamu melupakan tempat pakaianmu? kenapa kau malah membongkar pakaian kumuh itu. Dari mana kau memungutnya?" Angkasa menjimpit dengan tatapan kearah baju-baju lusuh tersebut.
"A_ apa? I_ ini kan_."
"Buang!" perintahnya berubah menjadi dingin.
"Ti_ tidak Swe_ Sweety. Maaf, kepalaku ha_ habis terbentur. Jadi aku tidak fokus." Bulan memasukan kembali pakaian tersebut dan meletakkannya dibawah meja lalu berpindah ke laci kecil dan memeriksa pakaian yang di maksud Angkasa.
Hanya ada beberapa alat catok rambut dan berbagai alat-alat yang sama sekali tidak penting baginya. Berpindah kelaci-laci kecill tapi tidak ada. Bulan benar-benar bingung, Ia melihat Angkasa yang terus menatap tajam kearahnya.
Sesaat Ia kaku, kakinya terasa bergoyang. Kali ini Angkasa pasti mengetahui kedok ku? dimana aku menemukan pakaian itu?
Bulan melanjutkan kakinya kearah sebuah lemari kaca namun disana hanya ada benda-benda hias yang tertata rapi. Diedarkannya bola mata itu kesetiap penjuru tempat. Sayangnya tidak ada tempat yang bisa di anggap lemari pakaian.
Angkasa melipat tangan, tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Lama-kelamaan, Ia jengah dan menyambar tubuh Bulan yang melewati dirinya.
"Hiks...." Karna tidak bisa apa-apa Bulan menangis dalam rengkuhan Angkasa.
Angkasa tidak lah marah, Ia malah membalikkan tubuh Bulan dan membingkainya dengan senyuman. "Tenanglah, sayang. Sepertinya kau sedang ada masalah? katakan padaku, biar kita selesaikan sama-sama."
Bulan menggeleng, bukan masalah besar. Hanya saja dia tidak tahu letak pakaian istri Angkasa.
Pemuda itu mengusap air matanya, karena tidak ada jawaban dari Bulan Ia menarik lengan Istrinya kearah nakas lalu menekan tombol hijau hingga sebuah dinding yang semula nampak bagai ukiran terbuka memperlihatkan banyak gaun-gaun indah yang tergantung didalamnya. Juga milik Angkasa yang tertata sangat rapi disebelah pakaian tersebut.
Angkasa mengangkat satu alisnya agar Bulan segera memakai baju kesukaannya. "Ayo pilih salah satu, kita akan segera pergi!"
Bulan melongo dan perasaannya seakan berkecamuk bak benang kusut. Ia tidak yakin akan menggunakan salah satu pakaian mewah tersebut tanpa izin sang empunyanya.
Bulan melangkah penuh ragu, Ia takjub akan semua pakaian yang ada disana. Tak ada yang jelek apa lagi kusut tidak ada bedanya dengan pakaian di pasar bahkan lebih bagus sekelas pakaian artis.
Tuhan, bagaimana ini? haruskah aku memakainya. Ta_ tapi_.
"Sayang, kenapa malah melamun. Ini sudah siang lo, biar aku yang pilihkan. Ini adalah baju yang aku beli beberapa bulan sebelum pernikahan kita. Kau belum pernah memakainya kuharap baju-baju ini sesuai dengan seleramu."
Angkasa meraih satu dress cantik selutut berwarna hijau laut kotak-kotak dilengkapi tas mini cantik bawaannya.
"Ayo pakai ini, kau pasti cantik mengenakannya. Wajar, kau lupa karena aku pernah menunjukkan nya sekali saat kita belum akad."
Angkasa mengitari lagi tubuh Bulan, menarik sleting pakaiannya kebawah menampakkan keindahan kulit Bulan. Ia tak bisa mengelak sebab Angkasa terlalu cepat.
Angkasa membuat jatuh kedua sisi baju Bulan sampai kebahu hampir memperlihatkan bagian belahan da_danya. Bulan menghela nafas saat merasai itu, Ia tidak kuasa menahan perlakuan Angkasa. Saat Angkasa hendak menurunkan lebih jatuh lagi Bulan menahan bagian dadanya.
"Tidak, jangan!" teriaknya spontan sambil memejamkan mata. "Maaf, biar aku sendiri. Aku malu," lanjutnya, supaya Angkasa mengerti.
Bukannya menjauh, Angkasa lagi-lagi mendekatkan wajahnya lalu melum_at lembut bibir Bulan.
"Kapan ini berakhir, aku tidak sabar," bisiknya membarakan sesuatu disana. Tubuh Bulan terasa panas dingin lebih parah dari pada demam tapi yang ini bukan menyakiti tapi lebih tepatnya menggunggah selera.
Angkasa menjauh, Ia keluar meninggalkan Bulan seorang diri. Sedangkan Bulan terpaku menatapnya, tubuhnya seakan lemas dan tidak terasa.
"Oh, Tuhan. Aku bisa saja gila kalau begini. Mengapa dia begitu cekatan tanpa memberi sela sedikitpun padaku. Aku sebenarnya ingin dia marah agar sedikit menjaga jarak, tapi reaksinya tadi malah membuat semuanya lebih dari sebelumnya."
Bulan mengacak-acak rambutnya. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana nantinya. Tanpa memikirkan yang muluk-muluk Ia segera berganti pakaian sebelum Angkasa masuk lagi dan melihat dirinya.
Benar saja, baru saja terpakai dan belum sempurna pemuda itu sudah berdiri diambang pintu. Bulan jadi tidak percaya diri untuk memasang lagi ress sleting dipunggungnya. Angkasa yang melihatnya kesulitan langsung berinisiatif mendekat. Namun sebelumnya Angkasa lebih dulu mengecup punggung Bulan.
Bulan menggeleng tak mengerti, Apakah ada pria yang sama sifatnya seperti Angkasa. Pergerakannya tidak mampu di tebak oleh pikiran dangkalnya.
"Kau tidak memoles wajahmu?"
"Ha!" Melongo lagi. "Iya, aku lakukan. Kau diam saja disini." Bulan takut Angkasa ikut andil lagi. Sudah cukup darahnya naik turun oleh ulah pria itu.
Bulan memberikan sentuhan cream sedikit lalu membubuhkan sedikit bedak kewajahnya. Ia terperangah, bedak itu tanpa indah di wajahnya tidak akan luntur meski jarinya memberi usapan.
Pasti barang-barang ini mahal semua
Bulan melirik Angkasa, masih setia menunggu mengamatinya. Ujung-ujungnya Bulan nyengir. Aslinya tidak tahu menggunakan make-up jadi Ia hanya memegangnya lalu meletakkan lagi di tempat semua. Bulan pun memilih salah satu lipstik yang berdiri sekitar sepuluh biji di sana. Asal comot, itu yang dilakukannya. Ternyata setelah di poles kan kebibir warnanya Merah muda dan serasi dengan bibir ranumnya.
Anggun, itu anggapannya. Satu lagi, menyisir rambut. Bulan tidak pernah melerai rambut jatuh kebawah tapi kali ini Ia melakukannya dengan memakaikan vitamin lebih dulu.
Angkasa mengembangkan senyum. Bulan nampak berbeda, tapi Ia mengabaikan nya. Justru perubahan Bulan yang dulunya serba glamour membuatnya semakin gemas.
"Ayo, aku sudah selesai!" ajak Bulan, melupakan sesuatu di kakinya.
"Kau akan pergi tanpa alas kaki?"
...🌾🌾🌾🌾...
Eee...reader tercinta. Hari ini semoga kita semua selalu dilimpahi kesehatan ya.
Jangan lupa dukung AKU BUKAN ISTRIMU dengan cara:
LIKE, Komen yang panjang plus- plus juga vote dan giftnya...🙏🙏🙏 maaf jika banyak typo maupun cerita tidak sesuai ekspetasi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
sebaiknya dinikahi aja, biar nggak ada dosa di antara kita 😀😀
2022-07-09
2
🦋⃟💎⃞⃟𝘼𝙇𝚏𝚒𝐞𝐞𝐫𝐚.༄㉿ᶻ⋆ ❤
bulan dalam situasi serba salah....eya..dia hanya berpura2 menjadi sekar isteri angkasa.apa2 yg dia laku kn smua tdk keruan....
2022-06-05
2
Cucum sumiati
semoga bulan jatuh cinta deeh
2022-05-26
3