Part 14 Hampir

"Alhamdulilah setelah hari itu akhirnya Bu Widya berkunjung juga," ujar Pak Dewo ramah. Lain dengan Bu Arumi yang terus memeriksa sekitaran takut tiba-tiba Bulan muncul di hadapan mereka.

Bu Widya membenarkan posisi duduknya. "Begini Bu, besok kan acara 40 hari_."

Bu Arumi dan Pak Dewok kalang kabut. "Eh_ aduh. Maaf Bu Widya tunggu dulu. Angkasa ambilkan buku dan pulpen sebentar biar Ibu gak lupa jadwal padet banget!" Ucapnya tersenyum dibuat-buat.

"Baik, Bu." Angkasa pergi kearah kamar.

"Ma_ maaf, Bu. Ibu mengerti kan keadaan Angkasa sekarang," ujar Pak Dewok.

Bu Widya tersenyum getir.

"Bukan maksud kami hendak membuat Angkasa melupakan Sekar tapi Angkasa masih belum bisa mengendalikan depresi beratnya. Dokter bahkan tidak sanggup memberi pengobatan menenangkan saat dia tengah kumat," imbuh Bu Arumi.

Bu Widya mengangguk mengerti. Tentu tidaklah mudah melepas kepergian orang yang dicinta. Sebab Ia juga seorang Ibu yang melahirkan Sekar dan membesarkannya dengan kasih sayang. Seharusnya sakit yang dirasakannya bisa dibilang lebih besar dari pada Angkasa sendiri.

"Saya yang minta maaf, Bu, Pak. Saya benar-benar lupa. Tapi saya sangat mengharapkan kedatangan Bapak dan Ibu untuk menghadiri acara pengajian itu besok," harap Bu Widya.

Pak Dewok menjawab dengan penuh kata penyesalan. "Tentu, Bu. Bagaimana pun juga mendiang Sekar adalah menantu kami."

Beberapa waktu kemudian, Angkasa kembali dan memberikan permintaan Ibu Arumi.

"Ini Bu, bukunya."

"Oh iya. Jam berapa tadi, Bu?" tanya Bu, Arumi lagi pura-pura didepan Angkasa.

"Jam satu siang, Bu," jawab Bu Widya.

Angkasa jadi ikut penasaran akan rencana Bu Widya sampai mengundang orang tuanya. "Ada acara apa, Bu. Kok Angkasa gak diajak?"

"Tidak ada, cuma acara biasa, Nak. Kamu tidak perlu hadir," ungkap Bu Widya.

"Oh, oke. Ibu mau bertemu Sekar?" Pertanyaan Angkasa sontak membuat ketiganya melongo.

"Maksudnya?" Bu Widya meratap.

Bu Arumi menepuk pah_a Pak Dewok. Ia tidak punya jawaban untuk menyangkal ucapan Angkasa pada Bu Widya.

"Sekar, Sayang. Kemarilah, ada Ibu disini!" panggilnya kearah dapur.

Bu Widya menutup mulutnya, Ia tidak percaya dan menganggap jika Depresi Angkasa benar-benar sudah parah. Pemuda itu mengingatkannya pada anak perempuan yang sudah pergi dari muka bumi. Tak sadar air mata Bu Widya meleleh tanpa henti.

Pak Dewok dan Bu Arumi jadi kebingungan. Semua akan terbongkar jika Bulan benar-benar muncul didepan mereka.

"Maafkan Sekar, Bu. Gara-gara dia Angkasa sangat menderita." Bu Widya merasa bersalah.

Pak Dewok menimpali. "Oh, tidak sama sekali, Bu. Kami mengerti kematian tidak kita rencanakan jadi biarkan Angkasa belajar menerima kenyataan."

"Kematian?" Angkasa menyorot ketiganya. "Siapa yang mati, Ayah?"

Lagi-lagi pertanyaan itu tidak bisa dijawab oleh mereka. Bu Widya yang takut mengundang emosi Angkasa memutuskan berpamitan.

"Pak, Bu, Angkasa, Ibu pergi dulu ya. Masih banyak yang harus diurus." Beranjak dan menyalami Pak Dewok dan Bu Arumi.

Angkasa jadi tak sempat mempertemukan keduanya. "Cepet banget, Bu. Gak mau ketemu_."

"Tidak, nak. Ibu buru-buru," tutur Bu Widya. Sesaat memeluk Angkasa lalu keluar meninggalkan mereka.

Angkasa sangat aneh akan tindakan Bu Widya biasanya beliau akan berlama-lama dirumahnya saat tengah berkunjung. "Ya udah, Bu. Saya mau lihat Sekar dulu kedapur!"

Keduanya bernafas lega, akhirnya mereka tidak jadi olahraga jantung jika sampai Bu Widya bertemu dengan Bulan.

Sampai diruang makan, Angkasa terperangai. Rupanya Bulan sudah ketiduran dikursi dengan menyandarkan kepala diatas tangan yang bersedekap meja.

"Dasar, istriku. Pasti dia kelelahan." Angkasa mendekat dan karena tidak ingin menganggu Bulan Ia pun membopong Bulan menuju kamar lalu menidurkan diatas ranjang.

Bulan nampak sangat tenang. Angkasa yakin sang istri sedang mimpi indah hingga tidak sadar akan gerakannya.

"Sayang, hidupmu adalah hidupku. Jadi jangan pernah pergi lagi ya. Aku takut kamu menghilang walau sebentar saja."

Angkasa mengecup tangan Bulan, lalu meletakan satu tangannya di bawah kepala Bulan agar Ia bisa leluasa memeluk tubuhnya.

Cinta tidak bisa digambarkan bahkan diungkapkan lewat kata-kata. Berada didalam asa dan sulit di pahami dengan sekedar cara. Sebab rasa itu terletak pada hati yang paling dalam. Hanya orang mengalaminya lah yang akan mengerti seberapa dalam Ia meletakan Cintanya.

Angkasa sangat menyayangi Sekar dan tidak bisa melepaskannya. Bayangkan saja banyak orang rela bunnnuh dirrri gara-gara putus Cinta karena tidak bisa menempatkan Cintanya pada seseorang. Begitu pula Depresi hingga hilang akal seperri Angkasa saat ini.

Malam kian melarut, Angkasa tidak memejamkan matanya. Sebab Ia tengah menikmati ke cantikan alami wanita disampingnya. Perasaanya terus mengikis relung. Angkasa sangat bahagia dengan posisinya sekarang.

"Sekar, kamu harus tahu. Tidak ada yang bisa menggantikan kamu dihidupku sampai saat ini dan berharap tidak akan pernah. Kalaupun nanti ada, aku tidak menjamin bisa mencintainya lebih dari cintaku padamu. Aku ingin setia, sampai nanti kesurganya. Semoga kita tetap disatukan ya."

Bulan tersentuh, Ia sebenarnya tidaklah tidur. Itu semua dilakukannya agar Angkasa tidak lagi memaksakan kehendak menginginkan tubuhnya.

Ada apa ini? kenapa kata-katanya membuat jantungku tiba-tiba berdegup cepat dan ini tidak pernah kurasakan ketika didekat Awan. Oh iya, Aku baru ingat besok sepulang dari rumah sakit aku harus menemuinya dan menjelaskan perihal Angkasa...

Angkasa meletakkan tangannya di dada Bulan membuatnya mengernyitkan mata.

Astaga, mau apa lagi dia?

Angkasa memasuki satu kancing baju Bulan pada lubang yang terlepas.

Syukurlah, kukira Ia akan menjamahku saat aku sedang lengah

Angkasa bergeser posisinya dan mematikan lampu utama menyisakan cahaya lampu dari meja hias yang hanya temaram. Kembali pada posisi semula memeluk Bulan dengan erat.

"Selamat malam, Sayang."

Cukup lama menahan nafas, Bulan membuka matanya dan memastikan jika Angkasa sudah terlelap.

Ini demi kamu, Fatan.

Angkasa ngigau. "Sekar, kenapa tersenyum memandangku?"

Deg! deg! deg!

Bulan berpikir jika Angkasa menyebut dirinya tapi tidak, dia cuma salah paham karena Angkasa kembali pulas.

"Tidur saja kebawa mimpi, aku jadi penasaran dengan wajah Sekar. Dimana ya aku bisa melihat fotonya," gumam Bulan bisik-bisik. Ia pun mendapati sebuah foto pernikahan di dinding. Tidak jelas, tapi Bulan sangat yakin itu adalah pernikahan Angkasa dan Sekar.

"Cantik!" Celotehnya. "Besok saja biar jelas," lanjutnya lagi. Bulan memejamkan matanya karena besok adalah hari menyakitkan untuk Fatan dan dia tidak boleh datang terlambat agar bisa menemani Fatan di Kemo.

Ia sama sekali tidak berharap hidupnya begitu miris, dibuang orang tua dan hidup dengan makan seadanya sudah cukup menyesakkan. Malah ditambah oleh kesakitan Fatan yang tidak mudah untuk disembuhkan dengan uang recehan.

Sebagai pekerja resto tidaklah mudah. Namun demi Fatan dan dirinya sendiri Bulan tidak pernah menyerah. Ia terlalu tangguh untuk menyerah sebelum berjuang.

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Jangan lupa di vote, biar semangat🙏🙏🙏

Yang mau masuk Grup Chat boleh banget ya silahkan klik ayo Chat di pojok cover untuk ikut meramaikan. Gc nya belum lama dibuat jadi masih sedikit anggotanya.

Terpopuler

Comments

Mamanya Glen

Mamanya Glen

ceritanya bgus bngat

2022-05-30

3

Indah Agung

Indah Agung

kenapa g dipertemukan dg Bu Widia....kan g ada salah nya.

2022-05-26

2

💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰 ❸﷽ ⃞⃝⃟⍣⃝🌺꧂

💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰 ❸﷽ ⃞⃝⃟⍣⃝🌺꧂

bukan cuma orang tua Angkasa yang dibuat olahraga jantung, aku yang baca pun ikut merasakan apa yang mereka rasakan dag, dig, dug, untung gak jadi DUUEEERRR.. 😁😁😁
Bu widya, cepat-cepat pergi, mungkin takut membuat Angkasa, tambah parah mungkin ya. 😁

2022-05-21

2

lihat semua
Episodes
1 Part 01 Gadis mirip Sekar
2 Part 02 Tawaran
3 Part 03 Tidak Ada Pilihan
4 Part 04 Menyetujui
5 Part 05 Kebahagian Angkasa
6 Part 06 Sport Jantung
7 Part_07 Kehilangan
8 Part 08 Serba Salah
9 Part 09 Merayakan Hari Jadi
10 Part 10 Biang Kerok
11 Part 11 Bertemu Pacar
12 Part 12 Memastikan
13 Part 13 Alasan
14 Part 14 Hampir
15 Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16 Part 16 Kemo Pertama
17 Part 17 Pengetahuan Baru
18 Part 18 Sakit Hati
19 Part 19 Cemas
20 Part 20 Usaha Angkasa
21 Part 21 Cemberut
22 Part 22 Cerita
23 Part 23 Tak Sadar
24 Part 24 Bertemu Bu Widya
25 Part 25 Pikiran Konyol
26 Part 26 Ucapan Indah
27 Part 27 Masa Lalu
28 Part 28 Alergi
29 Part 29 Angkasa Bikin Keder
30 Part 30 Beradu
31 Part 31 Anfal
32 Part 32 Pilihan
33 Part 33 Menenangkan
34 Part 34 Sabar Lagi
35 Part 35 Di bawa Pergi
36 Part 36 Menyiapkan Pesta
37 Part 37 Pengertian Angkasa
38 Part 38 Heart
39 Part 39 Nambah Kerjaan
40 Part 40 Bersiap
41 Part 41 Rule(Aturan)
42 Part 42 Duet
43 Part 43 Pengakuan
44 Part 44 Runyam
45 Part 45 Menggemaskan
46 Part 46 Kecelakaan
47 Part 47 Kabur
48 Part 48 Perhatian
49 Part_ 49 Harapan
50 Part 50 Menarik
51 Part 51 Cemburu
52 Part 52 Makan Malam
53 Part 53 Menegangkan
54 Part 54 Balasan
55 Part 55 Malam Istimewa
56 Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57 Part 57 Dihasut
58 Part 58 Bingung
59 Part 59 Sakit Kepala
60 Part 60 Menyadarkan
61 Part 61 Ronde Berlanjut
62 Part 62 Mulai Curiga
63 Part 63 Mencari Tahu
64 Part 64 Ketulusan Cinta
65 Part 65 Harinya Pelangi
66 Part 66 Salah Paham
67 Part 67 Dipertemukan
68 Part 68 Membuktikan
69 Part 69 Belum Menerima
70 Part 70 Tidak Sesuai
71 Part 71 Bersiap
72 Part 72 Mengharu Biru
73 Part 73 Berubah
74 Part 74 Marah
75 Part 75 Nasib
76 Part 76 Maaf
77 Part 77 Hasilnya
78 Part 78 Membandingkan
79 Part 79 Mengaku
80 Part 80 Terungkap
81 Part 81 Aneh
82 Part 82 Bayangan
83 Part 83 Rezeki Tak Kemana
84 Part 84 Berubah
85 Part 85 Benarkah?
86 Part 86 Di Peralat
87 Part 87 Memberi Tahu
88 Part 88 Pernikahan
89 Part 89 Fakta Baru
90 Part 90 Akhir
91 Part 91 Bonus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Part 01 Gadis mirip Sekar
2
Part 02 Tawaran
3
Part 03 Tidak Ada Pilihan
4
Part 04 Menyetujui
5
Part 05 Kebahagian Angkasa
6
Part 06 Sport Jantung
7
Part_07 Kehilangan
8
Part 08 Serba Salah
9
Part 09 Merayakan Hari Jadi
10
Part 10 Biang Kerok
11
Part 11 Bertemu Pacar
12
Part 12 Memastikan
13
Part 13 Alasan
14
Part 14 Hampir
15
Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16
Part 16 Kemo Pertama
17
Part 17 Pengetahuan Baru
18
Part 18 Sakit Hati
19
Part 19 Cemas
20
Part 20 Usaha Angkasa
21
Part 21 Cemberut
22
Part 22 Cerita
23
Part 23 Tak Sadar
24
Part 24 Bertemu Bu Widya
25
Part 25 Pikiran Konyol
26
Part 26 Ucapan Indah
27
Part 27 Masa Lalu
28
Part 28 Alergi
29
Part 29 Angkasa Bikin Keder
30
Part 30 Beradu
31
Part 31 Anfal
32
Part 32 Pilihan
33
Part 33 Menenangkan
34
Part 34 Sabar Lagi
35
Part 35 Di bawa Pergi
36
Part 36 Menyiapkan Pesta
37
Part 37 Pengertian Angkasa
38
Part 38 Heart
39
Part 39 Nambah Kerjaan
40
Part 40 Bersiap
41
Part 41 Rule(Aturan)
42
Part 42 Duet
43
Part 43 Pengakuan
44
Part 44 Runyam
45
Part 45 Menggemaskan
46
Part 46 Kecelakaan
47
Part 47 Kabur
48
Part 48 Perhatian
49
Part_ 49 Harapan
50
Part 50 Menarik
51
Part 51 Cemburu
52
Part 52 Makan Malam
53
Part 53 Menegangkan
54
Part 54 Balasan
55
Part 55 Malam Istimewa
56
Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57
Part 57 Dihasut
58
Part 58 Bingung
59
Part 59 Sakit Kepala
60
Part 60 Menyadarkan
61
Part 61 Ronde Berlanjut
62
Part 62 Mulai Curiga
63
Part 63 Mencari Tahu
64
Part 64 Ketulusan Cinta
65
Part 65 Harinya Pelangi
66
Part 66 Salah Paham
67
Part 67 Dipertemukan
68
Part 68 Membuktikan
69
Part 69 Belum Menerima
70
Part 70 Tidak Sesuai
71
Part 71 Bersiap
72
Part 72 Mengharu Biru
73
Part 73 Berubah
74
Part 74 Marah
75
Part 75 Nasib
76
Part 76 Maaf
77
Part 77 Hasilnya
78
Part 78 Membandingkan
79
Part 79 Mengaku
80
Part 80 Terungkap
81
Part 81 Aneh
82
Part 82 Bayangan
83
Part 83 Rezeki Tak Kemana
84
Part 84 Berubah
85
Part 85 Benarkah?
86
Part 86 Di Peralat
87
Part 87 Memberi Tahu
88
Part 88 Pernikahan
89
Part 89 Fakta Baru
90
Part 90 Akhir
91
Part 91 Bonus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!