Part 15 Pagi Yang menyebalkan

Pagi yang indah, menyambut sejuknya embun yang menyeruak memasuki pori-pori. Bak gayung bersambut, Bulan yang sudah bangun langsung disapa oleh Angkasa yang tengah menungguinya.

"Pagi, Sayang. Apa tidurmu nyenyak!"

Bulan mengamati wajah Angkasa, dimana wajah itu kini ada didekatnya. Menaburkan senyum kebahagiaan yang tidak pernah terlepas dari jiwanya.

Lama saling pandang-pandangan Angkasa yang pandai ada kesempatan besar bergerak menempelkan kedua bibir mereka sampai menyatu.

Bulan membelalakan mata, jantung nya sudah tidak singkron lagi. Bergetar hebat didalam sana hingga wajahnya memerah.

Angkasa tidak hanya sekedar mencium tapi menyapu bibir lembut nan basah milik Bulan kemudian melllu_mmmatnya dan menye___dddddotnya.

Oh, astaga

Bulan kesulitan bernafas, entahlah Ia sendiri bingung tidak bisa berbuat apa-apa kalau Angkasa sudah mulai memberi sentuhan di tubuhnya. Berucap saja terasa begitu kesulitan.

"Meski belum cuci muka rasanya manis," tukas Angkasa, tersenyum memandangi lagi wajah Bulan yang sudah seperti pakaian kusut.

"Mau lagi?" tanyanya, menggoda. Jika sampai Bulan mengangguk, Angkasa tidak akan melepaskannya. Bola mata Angkasa tertuju pada dua gundukan indah yang terpampang didepan matanya tertutup indah dibalik baju tidur yang Bulan kenakan.

"Boleh aku melakukan sedikit saja disini." Angkasa hendak memegangnya tapi Bulan replek menepis tangan Angkasa.

"Jangan!"

Angkasa menganga. "Kenapa? sebentar saja, boleh ya. Tolong Sayang, aku sudah menunggu lama untuk ini. Kapan sih Ha_iiidmu selesai?"

"Sebulan," jawab Bulan asal.

Angkasa mengerutkan dahi. Wajahnya berubah jadi ubi bakar. "Selama itu? masak sih, Sayang? Bisa-bisa Milikku jadi batu nanti kalau tidak segera dilepaskan." Angkasa manyun.

"I_ iya memang begitu. Gimana dong, sebab kamu menikahiku saat masih subur-suburnya," bohong Bulan lagi.

Mimik wajah Angkasa berubah sedih. "Baik lah jadi sudah berkurang berapa hari?"

"Hm?" Bulan bingung, Ia memutar bola matanya kekiri dan kekanan. Lalu mengangkat empat jarinya.

"Ha?" Angkasa kian kesal. "Baru segitu? ayolah Sayang aku tidak mungkin menunggumu sampai 26 hari lagi," mohon Angkasa.

"Ya, mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa mempercepat waktunya," sahut Bulan. Ia sangat puas melihat Angkasa kecewa.

"Baiklah, biarkan aku melakukan apapun di bagian tubuhmu yang lainnya," ujarnya kemudian. Hendak kembali memegang phayhudhara Bulan.

"Hey, tunggu dulu." Bulan menahan lengannya.

"Kenapa lagi sih? masak nyentuh ini saja gak boleh?" Kesal Angkasa, Ia pun memaksa melepas tangan Bulan lalu merabanya.

Bulan semakin sesak, Ia tidak bisa lagi memberi alasan untuk Angkasa. Oh tidak , bagaimana ini?

"Hem? aku jadi penasaran dengan yang didalam. Bajunya lepas ya?" sambil memainkan tanganya diatas buah kenyal itu dan memberi pijitan relaksasi.

Bulan memejamkan matanya. Bingung harus apa sekarang. Sesekali mengamati pergerakan tangan Angkasa di daerah sensitifnya

Bulan tahu itu salah, tapi inilah resikonya jika Ia berani menyetujui syarat sebagai istri pura-pura, tentu saja Ia akan sering menemui hal semacam ini bahkan mungkin bisa lebih dari sekedar bayangannya dikemudian hari.

Bulan geli, sesekali menggelinjang. "Hentikan Sweety!" melasnya.

"Sebentar lagi," jawab Angkasa. Terus bergerilya menyentuh lebih lama dan lembut hingga leguukkkan muncul dari bibir Bulan.

"Oh, tidak. Tolong hentikan!" Bulan ingin menjauhkan tangan Angkasa namun Ia mempererat sentuhannya lewat baju tipis Bulan.

"Biarkan aku melihatnya." Angkasa memasukkan sebelah tangannya dari bawah baju Bulan dan gadis itu menggeleng.

Ini tidak boleh terjadi. Angkasa tidak boleh menyentuh langsung tubuhku. Ini gila, ini tidak benar.

Baru tersentuh sedikit saja, Bulan histeris.

"Aw, aduh. Perutku sakit." Memegangi tempat yang dimaksud hingga Angkasa panik dan menarik tangannya.

"Kenapa, Sayang. Dimana nya yang sakit?" Angkasa mengusap perut Bulan dan sangat khawatir.

"Disini tadi kayak tertusuk," tunjuknya pada bawah tulang dada sebelah kiri.

"Harus diapain jadinya? kita ke Dokter saja ya."

Bulan menghela nafas. "Tidak, sudah hilang," jawabnya kemudian takut juga sampai berurusan dengan Dokter langsung. Ia malas harus memikirkan jawaban yang bisa saja tidak masuk akal akan kepiawaian pertanyaan sang Dokter nanti.

"Beneran sudah sembuh?" Angkasa menekan sedikit bagian yang Bulan maksudkan.

"Iya, aman. Ya sudah aku mau mandi dulu." Bulan bangun secepatnya. Angkasa mengikuti langkah Bulan yang keluar dari kamarnya.

Angkasa benar-benar dibuat gila. "ya ampun dia lolos lagi, bagaimana caranya aku menaklukan istriku itu?"

...***********...

Pukul O7 pagi mereka semua telah siap di meja makan. Bulan melayani Angkasa layaknya istri. "Yang ini mau?" tanyanya pada tumis kangkung dan mendapat anggukan Angkasa. Satu porsi penuh dengan lauk ikan goreng sebagai teman.

Bulan meletakan piring Angkasa didepannya dan segera dilahap olehnya. "Makasih, Sayang."

Bulan tersenyum lalu duduk disampingnya.

"Angkasa kamu mau kemana hari ini?" tanya Pak Dewok. Pemuda itu telah rapi berbalut jas yang biasa dipakai untuk bekerja.

"Kekantor, Yah. Sudah lama aku tidak mengecek kesana," jawabnya jujur dan itu membawa kebahagiaan hati Pak Dewok. Sedikit demi sedikit Angkasa mulai menunjukkan perubahan kearah yang positif. Tidak lagi marah dan menghancurkan benda dirumah tanpa aral.

"Oke, Baiklah. AYah ada perlu sebentar jadi kemungkinan Ayah datang selepas Zhuhur atau mungkin sore."

"Tidak apa, Ayah. Biar Angkasa yang handle." Angkasa menoleh kearah Bulan yang tidak terlalu semangat untuk makan. "Sayang, kenapa makanmu sedikit sekali? sini biar aku yang suapi." Angkasa mengambil alih.

Bulan memandangi Bu Arumi dan Pak Dewok. Ia tidak enak jika menikmati perhatian Angkasa. Pak Dewok paham, Ia mengangguk samar kearah Bulan.

Dengan begitu Bulan menerima suapan dari tangan Angkasa tanpa beban lagi.

"Bagus, jangan bandel. Aku tidak mau kamu sampai sakit gara-gara tidak makan." Angkasa terus menyuapinya sampai nasi Bulan habis. " Oh iya, Sayang,. Jangan keluar tanpa izin ku ya!"

Bulan mengangguk kecil, hanya dengan itu semua segera usai dan tidak lagi menjadi pertanyaan Angkasa.

"Baiklah, Ayah, Ibu aku pergi dulu ya." Ia segera menyalami kedua orang tuanya itu. "Assalamualaikum!"

"Wa'allaikumsalam."

Bulan mengantar suaminya itu di depan pintu, satu kecupan mendarat lagi dikeningnya. "Baik-baik dirumah ya, jika perutmu sakit segera hubungi aku."

"Iya, baiklah. Aku akan baik-baik saja," jawab Bulan.

Angkasa melambaikan tangan lalu masuk kemobil meninggalkan Bulan yang masih terpaku.

Sekar pasti sangat bahagia, jika Ia masih hidup dan memiliki suami seperti Angkasa

"Bulan...!" panggil Pak Dewok.

"Iya, Om."

Pak Dewok menatap sayu wajah Bulan. Gadis itu sangat cantik dan imut. Sederhana tapi meneduhkan. Ia yakin Bulan mampu mengubah Angkasa lebih cepat dari dugaannya.

"Nak, maaf jika Om tidak bisa melindungimu dari kenakalan Angkasa. Kau baik-baik saja kan?" Pak Dewok mengira jika gadis itu sudah kehilangan kesuciannya.

Bulan menggeleng. "Aku tidak tahu harus apa? tapi tolong jangan putus pengobatan Fatan ya, Om. Aku tahu kemonya sangat mahal," ungkap Bulan. Kesedihan sangat nyata terlihat dimatanya.

"Jangan khawatirkan Fatan, Nak."

Terpopuler

Comments

Rika Jhon

Rika Jhon

kasih aja obat perangsang pasti goolll🤣🤣🤣

2022-06-14

1

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

gak sekalian 40 hari aja biar jadi nifas 😁😁

2022-06-04

1

Indah Agung

Indah Agung

masa angkasa g ngerti ttg masa haid si thot

2022-05-26

2

lihat semua
Episodes
1 Part 01 Gadis mirip Sekar
2 Part 02 Tawaran
3 Part 03 Tidak Ada Pilihan
4 Part 04 Menyetujui
5 Part 05 Kebahagian Angkasa
6 Part 06 Sport Jantung
7 Part_07 Kehilangan
8 Part 08 Serba Salah
9 Part 09 Merayakan Hari Jadi
10 Part 10 Biang Kerok
11 Part 11 Bertemu Pacar
12 Part 12 Memastikan
13 Part 13 Alasan
14 Part 14 Hampir
15 Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16 Part 16 Kemo Pertama
17 Part 17 Pengetahuan Baru
18 Part 18 Sakit Hati
19 Part 19 Cemas
20 Part 20 Usaha Angkasa
21 Part 21 Cemberut
22 Part 22 Cerita
23 Part 23 Tak Sadar
24 Part 24 Bertemu Bu Widya
25 Part 25 Pikiran Konyol
26 Part 26 Ucapan Indah
27 Part 27 Masa Lalu
28 Part 28 Alergi
29 Part 29 Angkasa Bikin Keder
30 Part 30 Beradu
31 Part 31 Anfal
32 Part 32 Pilihan
33 Part 33 Menenangkan
34 Part 34 Sabar Lagi
35 Part 35 Di bawa Pergi
36 Part 36 Menyiapkan Pesta
37 Part 37 Pengertian Angkasa
38 Part 38 Heart
39 Part 39 Nambah Kerjaan
40 Part 40 Bersiap
41 Part 41 Rule(Aturan)
42 Part 42 Duet
43 Part 43 Pengakuan
44 Part 44 Runyam
45 Part 45 Menggemaskan
46 Part 46 Kecelakaan
47 Part 47 Kabur
48 Part 48 Perhatian
49 Part_ 49 Harapan
50 Part 50 Menarik
51 Part 51 Cemburu
52 Part 52 Makan Malam
53 Part 53 Menegangkan
54 Part 54 Balasan
55 Part 55 Malam Istimewa
56 Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57 Part 57 Dihasut
58 Part 58 Bingung
59 Part 59 Sakit Kepala
60 Part 60 Menyadarkan
61 Part 61 Ronde Berlanjut
62 Part 62 Mulai Curiga
63 Part 63 Mencari Tahu
64 Part 64 Ketulusan Cinta
65 Part 65 Harinya Pelangi
66 Part 66 Salah Paham
67 Part 67 Dipertemukan
68 Part 68 Membuktikan
69 Part 69 Belum Menerima
70 Part 70 Tidak Sesuai
71 Part 71 Bersiap
72 Part 72 Mengharu Biru
73 Part 73 Berubah
74 Part 74 Marah
75 Part 75 Nasib
76 Part 76 Maaf
77 Part 77 Hasilnya
78 Part 78 Membandingkan
79 Part 79 Mengaku
80 Part 80 Terungkap
81 Part 81 Aneh
82 Part 82 Bayangan
83 Part 83 Rezeki Tak Kemana
84 Part 84 Berubah
85 Part 85 Benarkah?
86 Part 86 Di Peralat
87 Part 87 Memberi Tahu
88 Part 88 Pernikahan
89 Part 89 Fakta Baru
90 Part 90 Akhir
91 Part 91 Bonus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Part 01 Gadis mirip Sekar
2
Part 02 Tawaran
3
Part 03 Tidak Ada Pilihan
4
Part 04 Menyetujui
5
Part 05 Kebahagian Angkasa
6
Part 06 Sport Jantung
7
Part_07 Kehilangan
8
Part 08 Serba Salah
9
Part 09 Merayakan Hari Jadi
10
Part 10 Biang Kerok
11
Part 11 Bertemu Pacar
12
Part 12 Memastikan
13
Part 13 Alasan
14
Part 14 Hampir
15
Part 15 Pagi Yang menyebalkan
16
Part 16 Kemo Pertama
17
Part 17 Pengetahuan Baru
18
Part 18 Sakit Hati
19
Part 19 Cemas
20
Part 20 Usaha Angkasa
21
Part 21 Cemberut
22
Part 22 Cerita
23
Part 23 Tak Sadar
24
Part 24 Bertemu Bu Widya
25
Part 25 Pikiran Konyol
26
Part 26 Ucapan Indah
27
Part 27 Masa Lalu
28
Part 28 Alergi
29
Part 29 Angkasa Bikin Keder
30
Part 30 Beradu
31
Part 31 Anfal
32
Part 32 Pilihan
33
Part 33 Menenangkan
34
Part 34 Sabar Lagi
35
Part 35 Di bawa Pergi
36
Part 36 Menyiapkan Pesta
37
Part 37 Pengertian Angkasa
38
Part 38 Heart
39
Part 39 Nambah Kerjaan
40
Part 40 Bersiap
41
Part 41 Rule(Aturan)
42
Part 42 Duet
43
Part 43 Pengakuan
44
Part 44 Runyam
45
Part 45 Menggemaskan
46
Part 46 Kecelakaan
47
Part 47 Kabur
48
Part 48 Perhatian
49
Part_ 49 Harapan
50
Part 50 Menarik
51
Part 51 Cemburu
52
Part 52 Makan Malam
53
Part 53 Menegangkan
54
Part 54 Balasan
55
Part 55 Malam Istimewa
56
Part 56 Perasaan Dokter Lintang
57
Part 57 Dihasut
58
Part 58 Bingung
59
Part 59 Sakit Kepala
60
Part 60 Menyadarkan
61
Part 61 Ronde Berlanjut
62
Part 62 Mulai Curiga
63
Part 63 Mencari Tahu
64
Part 64 Ketulusan Cinta
65
Part 65 Harinya Pelangi
66
Part 66 Salah Paham
67
Part 67 Dipertemukan
68
Part 68 Membuktikan
69
Part 69 Belum Menerima
70
Part 70 Tidak Sesuai
71
Part 71 Bersiap
72
Part 72 Mengharu Biru
73
Part 73 Berubah
74
Part 74 Marah
75
Part 75 Nasib
76
Part 76 Maaf
77
Part 77 Hasilnya
78
Part 78 Membandingkan
79
Part 79 Mengaku
80
Part 80 Terungkap
81
Part 81 Aneh
82
Part 82 Bayangan
83
Part 83 Rezeki Tak Kemana
84
Part 84 Berubah
85
Part 85 Benarkah?
86
Part 86 Di Peralat
87
Part 87 Memberi Tahu
88
Part 88 Pernikahan
89
Part 89 Fakta Baru
90
Part 90 Akhir
91
Part 91 Bonus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!